Do Free Trade Agreements Increase Australian Trade: An Application of Poisson Pseudo Maximum Likelihood Estimator?

2019 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 56-80 ◽  
Author(s):  
Krishna P. Timsina ◽  
Richard J. Culas
Author(s):  
Riska Pujiati

Pertanian memainkan peran penting bagi negara-negara berkembang, sebagian besar negara berkembang mengekspor bahan mentah ke pasar internasional sebagai sumber pendapatan utama. Kawasan Asia Tenggara adalah wilayah yang memiliki banyak negara berkembang dengan pendapatan menengah, dengan dua negara yang menjadi eksportir minyak sawit utama, yaitu Indonesia dan Malaysia. Minyak kelapa sawit diekspor sebagai dua bentuk utama, crude dan refined. Kelapa sawit memiliki nilai yang tinggi di pasar internasional dan diekspor ke lebih dari 50 negara dan memiliki banyak turunan. Perkembangan terakhir dari kebijakan perdagangan internasional untuk Indonesia dan Malaysia adalah pembentukan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreements), baik bilateral maupun regional. Sebagai produsen utama, bergabung dalam perjanjian perdagangan bebas menjadi peluang bagi Indonesia dan Malaysia untuk mempromosikan perdagangan karena mengurangi hambatan perdagangan. Meskipun Indonesia dan Malaysia memperdagangkan komoditas yang serupa, keterlibatan dalam perjanjian perdagangan bebas akan memberikan hasil yang berbeda dalam aliran perdagangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak penerapan kebijakan perjanjian perdagangan bebas terhadap aliran perdagangan kelapa sawit Indonesia dan Malaysia. Model Gravitasi dengan Regresi Poisson Pseudo Maximum Likelihood (PPML) digunakan untuk mengukur perubahan aliran perdagangan kelapa sawit. Hasil regresi menunjukkan dampak positif dari FTA terhadap Indonesia dan Malaysia berdasarkan jenis minyak sawit


2020 ◽  
Vol 47 (5) ◽  
pp. 1716-1739
Author(s):  
Jurgen Peci ◽  
Ana Isabel Sanjuán

Abstract Theoretical arguments and empirical evidence suggest that non-tariff measures (NTMs) generate a mixture of trade effects. Using the maximum level of disaggregation provided by the UNCTAD NTMs database (four-digit), and focusing on those measures applied by China in its pork trade, a gravity equation is estimated with the poisson pseudo maximum likelihood estimator. Results confirm both restricting and promoting effects that higher levels of NTM aggregation mask. Compared to the average tariff applied by main importers (9 per cent) and China (14 per cent), the most restrictive NTMs are more stringent, with ad-valorem equivalents between 15 and 33 per cent. Simulations illustrate the upper bound bilateral trade gain from NTM removal and the resulting repercussions for China’s pork import shares.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document