Geochemical characterization of proposed waste dumps over time and space

2008 ◽  
pp. 243-252
Author(s):  
Susan Poos ◽  
Larry Breckenridge ◽  
Dan Thompson ◽  
Amy Hudson
2013 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 294
Author(s):  
Irvan Setiawan

Abstrak Kesenian tradisional memegang peranan dalam pencirian dan menjadi kekhasan suatu daerah. Bagi wilayah administratif yang menjadi cikal bakal suatu kesenian daerah tentu saja tidak sulit untuk menyebut istilah kesenian khas dan menjadi milik daerah tersebut. Lain halnya dengan wilayah administratif yang tidak memiliki kesenian daerah sehingga akan berusaha menciptakan sebuah kesenian untuk dijadikan sebagai kesenian khas bagi daerahnya. Beruntunglah bagi Kabupaten Subang yang menjadi cikal bakal beberapa kesenian yang terlahir dan besar di daerahnya. Tidak hanya sampai disitu, Pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional tampak serius dilakukan. Hal tersebut terlihat dari papan nama berbagai kesenian (tradisional) di beberapa ruas jalan dalam wilayah Kabupaten Subang. Seiring berjalannya waktu tampak jelas terlihat adanya perubahan dalam pernak pernik atau tahapan pertunjukan pada beberapa seni pertunjukan tradisional. Kondisi tersebut pada akhirnya mengundang keingintahuan mengenai strategi kolaborasi apa yang membuat seni pertunjukan tradisional masih tetap diminati masyarakat Subang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang didukung dengan data lintas waktu baik dari sumber sekunder maupun dari pernyataan informan mengenai seni pertunjukan tradisional di Kabupaten Subang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kolaborasi yang dilakukan meliputi kolaborasi lintas waktu dan lintas ruang yang masih dibatasi oleh seperangkat aturan agar kolaborasi tidak melenceng dari identitas ketradisionalannya.AbstractTraditional arts play a role in the characterization of a region. The Regency of Subang became the pioneer for inventing and creating some traditional arts. They were born and grew in the area, and their preservation and development are seriously taken into consideration. It is evident that some changes occurred over time, for example in the accessories or phase of performances at several traditional performing arts. ThisNaskah Diterima: 28 Februari 2013Naskah Disetujui: 2 April 2013condition makes the author curious about the strategy of collaboration that makes the people of Subang interested in traditional performing art. The author conducted descriptive analytical method supported by cross-time data either from primary or secondary sources. The result shows that the strategy of collaboration across time and space in traditional performing


2016 ◽  
Author(s):  
Antonio Lanzirotti ◽  
◽  
Stephen R. Sutton ◽  
Matt Newville ◽  
Jeffrey P. Fitts ◽  
...  

2020 ◽  
Author(s):  
Nathalia Pineda rodriguez ◽  
◽  
Vanessa Colás ◽  
Vanessa Colás ◽  
José María González-Jiménez ◽  
...  

Author(s):  
Derek Nurse

The focus of this chapter is on how languages move and change over time and space. The perceptions of historical linguists have been shaped by what they were observing. During the flowering of comparative linguistics, from the late 19th into the 20th century, the dominant view was that in earlier times when people moved, their languages moved with them, often over long distances, sometimes fast, and that language change was largely internal. That changed in the second half of the 20th century. We now recognize that in recent centuries and millennia, most movements of communities and individuals have been local and shorter. Constant contact between communities resulted in features flowing across language boundaries, especially in crowded and long-settled locations such as most of Central and West Africa. Although communities did mix and people did cross borders, it became clear that language and linguistic features could also move without communities moving.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document