scholarly journals KAJIAN KUALITAS PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA LAUT DI TELUK SALEH, KABUPATEN DOMPU

Jurnal Segara ◽  
2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Yulius Yulius ◽  
Aisyah Aisyah ◽  
Joko Prihantono ◽  
Dino Gunawan

Teluk Saleh terletak di sebelah timur laut Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Secara administratif, Teluk Saleh berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu. Teluk Saleh merupakan pusat kegiatan perekonomian laut yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya laut seperti budidaya rumput laut dan budidaya keramba jaring apung (KJA). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 – 25 Mei 2016 di perairan Teluk Saleh, Kabupaten Dompu, NTB. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh variabilitas parameter kualitas air untuk budidaya laut. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24. Parameter yang diukur yaitu parameter fisika; kecepatan arus, padatan tersuspensi (TSS), padatan terlarut (TDS), kecerahan, kekeruhan, dan suhu. Parameter kimia; kebutuhan oksigen biologis (BOD), oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), kadar amonia, dan unsur hara (Nitrat-NO3, Fosfat PO4 dan Klorofil-a). Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan analisis PCA (Principal Component Analysis). Hasil analisis data menunjukan bahwa suhu, salinitas, DO, dan pH berada pada ambang normal antara 25 - 31 oC, 32 – 34 ppt, 5mg/l dan 8, yang artinya bahwa perairan di daerah penelitian secara umum tergolong perairan dengan produktifitas yang tinggi. Terdapat beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu untuk budidaya laut yaitu parameter fosfat dan nitrat. Nilai konsentrasi nitrat kurang dari 0.1mg/l diduga sebagai akibat dari aktivitas perekonomian masyarakat di sekitar muara sungai yang membuang limbah ke perairan. Berdasarkan analisa PCA didapatkan parameter yang berperan kuat di lokasi adalah arus dan TSS.

Jurnal Segara ◽  
2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Agustin Rustam ◽  
Ira Dillenia ◽  
Rainer A Troa ◽  
Dietriech G Bengen

Selat Dampir yang berada di daerah Raja Ampat merupakan salah satu gugusan pulau-pulau kecil yang berada di ujung kepala burung pulau Papua bagian dari kawasan Coral Triangle Initiative (CTI) yang memiliki biodiversitas tinggi. Selain itu di lokasi ini terdapat situs arkeologi maritim, sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang cocok sebagai kawasan marine eco archeo park. Perlu dilakukan penelitian awal keberadaan lokasi ini seperti kualitas perairan yang dilakukan pada tanggal 7 – 13  Mei 2014. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter secara in situ dan analisis sampel air di laboratorium. Parameter yang diukur yaitu salinitas, pH, turbiditas, padatan tersuspensi (TSS), Biological Oxygen Demand (BOD5), nitrat, tembaga dan nikel. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisis PCA (Principal Component Analysis). Hasil yang didapat untuk semua parameter masih sesuai dengan KMNLH no 51 tahun 2004, hanya nilai tembaga pada saat pengukuran tidak sesuai, walaupun secara keseluruhan perairan Selat  Dampir pada saat pengukuran masih dalam kondisi baik sebagai daerah taman nasional dan wisata bahari. Berdasarkan analisis PCA didapatkan parameter yang berperan kuat di lokasi adalah BOD5, pH, TSS dan kecerahan. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait lokasi penelitian sebagi situs maritim dan daerah wisata bahari di daerah konservasi dalam mewujudkan marine eco archeo park berbasis ekosistem lestari.


2017 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Mas Tri Djoko Sunarno

Aktivitas penangkapan lebih (over fishing), penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan perubahan kondisi lingkungan perairan menyebabkan kelestarian ikan belida (Chitala lopis) menjadi terancam. Untuk itu, diperlukan upaya konservasi yang tepat untuk melestarikan ikan ini. Tahap awal adalah melalui penelitian morfologi. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi keragaman jenis ikan belida di Sungai Tulang Bawang (Lampung), Kampar (Riau), dan Kapuas (Kalimantan Barat) melalui variasi bentuk tubuh dan karakter morfologi pembeda. Penentuan lokasi pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Untuk setiap spesies pengambilan contoh per lokasi berkisar antara 10 sampai dengan 30 spesimen. Contoh ditandai (tagging) dituliskan kode spesimen dan lokasi kemudian diawetkan dengan direndam larutan alkohol 75%. Pengukuran spesimen dengan digital kaliper di sisi tubuh sebelah kiri, pada 28 karakter morfologi. Data yang diperoleh distandarisasi, disajikan dalam % SL dan % HL yang merupakan subyek principal component analysis menggunakan Statistik 6.0. Tahap ke-2, menggunakan analysis diskriminan untuk mengisolasi ke tipe spesimen tadi menjadi kelompok yang terpisah, melihat karakter morfologi dominan (factor score coefficient) akhirnya hanya 1 karakter yang paling dominan. Terdapat 3 kelompok ikan belida yang memperlihatkan penampilan morfologi yang berbeda, dari ke-3 lokasi yang diamati. Pembeda ke-3 kelompok ikan belida di 3 sungai tersebut adalah peduncle length (tinggi punguk) (% HL) dan mouth width (lebar mulut) (% SL). Over fishing activities, implementation of unfriendly environmental gears and altered aquatic environment condition have endangered the feather fish (Chitala lopis). Therefore appropriate conservation efforts will be needed and research on morphology variance can be the starting point. The objective of research is to indentify the diversity of feather fish in Tulang Bawang (Lampung), Kampar (Riau), and Kapuas (Kalimantan Barat) rivers through body shape variations and it’s main morphology characters. Sampling station were chosen based on purposive sampling. Whatever possible, the number of samples range between 10 to 30 in every station sampling. Samples were tagged with specimen code and location, and then preserve using alcohol 75%. Measurements were made manually using dial calipers correct to tenth milimetre. Measurements were made on the left side of body, 28 point to point measurements. These characters were standardized, perform in % SL and % HL subject to principal component analysis using Statistica 6.0. Futher analysis using discriminant analysis to isolate 3 type specimens, find out the dominant characters, and finally see the most dominance characters. There are 3 groups of feather fish’s that performed different morphology characters from the sampling site, where as peduncle length (% HL) and mouth width (% SL) were the dominance characters.


2020 ◽  
Vol 4 (8) ◽  
pp. 1183-1195
Author(s):  
Tiara Indah Sukmasari ◽  
Brady Rikumahu

Dalam investasi, para stakeholder mengharapkan keuntungan, sehingga investor dan perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penentu harga saham. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penentu utama yang mempengaruhi harga saham pada sektor pertambangan.  Pada penelitian ini menggunakan 20 variabel yang berpengaruh terhadap harga saham yang akan diklasifikasikan menjadi beberapa faktor utama penentu harga saham pada perusahaan terkait. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) dengan tidak mengintervensi data dan dimensi waktu penelitian time series. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling dan diperoleh lima perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat variabel-variabel yang terkandung dalam faktor utama sebagai penentu harga saham pada PT. Aneka Tambang, Tbk, PT. Bayan Resource, Tbk, PT. Vale Indonesia, Tbk, PT. Indo Tambangraya Megah, Tbk dan PT. Medco Energi Internasional, Tbk.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 12-19
Author(s):  
Putra Sanjaya ◽  
Febrianti Lestari ◽  
Susiana Susiana

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola sebaran dan kepadatan Cerithiidae pada ekosistem Mangrove dan padang lamun di perairan Pulau Penyengat. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive sampling sebanyak 2 stasiun yaitu stasiun I kawasan ekosistem mangrove dan padang lamun, yang ada aktivitas masyarakat dan stasiun II kawasan ekosistem mangrove dan padang lamun tidak ada aktivitas masyarakat. Pengambilan sampel Cerithiidae dilakukan sebanyak 12 kali ulangan pada setiap stasiun, menggunakan transek 1x1 meter. Pola sebaran stasiun I dan II kawasan ekosistem padang lamun memiliki nilai yang cenderung sama dengan nilai Id (indek morisita) 8,19 dan Id 9,78 dikategorikan mengelompok. Sama halnya stasiun I dan II kawasan mangrove dengan nilai Id 2,29  dan Id 2,42 juga dikategorikan mengelompok. Sedangkan tingkat kepadatan stasiun I dan II ekosistem padang lamun memiliki kepadatan yang cendrung sama dengan nilai yaitu stasiun I, 25.555 ind/Ha dan stasiun II, 24.722 ind/Ha, sama halnya tingkat kepadatan stasiun I dan II kawasan mangrove tidak berbeda dengan nilai rata-rata tingkat kepadatan stasiun I yaitu 20.873 ind/Ha dan stasiun II 17.963 ind/Ha. Selanjutnya hasil analysis principal component analysis (PCA) dengan karakteristik penciri lingkungan pada stasiun I ekosistem mangrove yaitu pH tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat kepadatan Cerithiidae. Selanjutnya Pada stasiun I ekosistem padang lamun terdiri dari Salanitas, suhu, dan DO memiliki keterkaitan terhadap tingkat kepadatan. Pada stasiun II ekosistem mangrove dengan karakteristik penciri lingkungan yaitu TOM tidak memiliki keterkaitan terhadap tingkat kepadatan. Selanjutnya pada stasiun II ekosistem padang lamun dengan karakteristik penciri lingkungan yaitu Kecepatan arus dan Substrat juga tidak memiliki keterkaitan dengan tingkat kepadatan Cerithiidae.


2020 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Maryam Jameelah ◽  
Nafisah Eka Puteri

<p><em>Abstrak</em> - <strong>Sertifikasi Halal suatu produk pangan tentu meningkatkan kepercayaan konsumen pada produk pangan tersebut. Akan tetapi, kriteria ‘halal’ tidaklah cukup jika tidak memperhatikan aspek ‘thoyyib’. Masyarakat umumnya mengira bahwa pangan bersertifikat halal sebagai pangan yang ‘thoyyib’. Aspek ‘thoyyib’ yang dimaksudkan adalah aman dikonsumsi dan telah melalui tahapan atau prosedur yang sesuai, sehingga diharapkan tidak menimbulkan efek penyakit bagi konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi mengenai penerapan cara produksi pangan yang baik pada industri kecil menengah produk minuman dan bahan minuman yang telah tersertifikasi halal. Pada penelitian ini metode survei dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data yang diamati berupa pengetahuan pemilik mengenai CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik) dan ketercapaian penerapan CPPB, terutama pada fasilitas sanitasi, higienitas proses produksi, serta pengawasan proses produksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan bantuan kuesioner, panduan wawancara, dan lembar observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif melalui penyajian berbentuk grafik, tabel dan narasi. Data hubungan penerapan CPPB dan sertifikasi halal diolah menggunakan XLSTAT dengan Principal Component Analysis (PCA). Hasil analisa menunjukkan bahwa sertifikasi halal pada IKM tidak hanya mencerminkan aspek “halal” tetapi dapat pula mencerminkan aspek “thoyyib” produk yang dihasilkan. Sementara itu, tingkat pengetahuan pemilik IKM tidak dapat mencerminkan tingkat keamanan pangan yang diimplementasikan selama proses produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemilik dan penanggungjawab IKM dan tidak adanya pengawasan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab akan kulitas produk.</strong></p><p><em>Abstract</em> – <strong>Consumer trust in food products may increase with halal claims on the product. However, ‘halal’ is different from ‘thoyyib’. People assume that halal food is ‘thoyyib’. ‘Thoyyib’ means good to consume and health for the body. This study aimed to obtain the description of Good Manufacturing Practice (GMP) on Small and Medium Enterprises (SMEs) holding Halal certification. To gain the purpose, the purposive sampling method was applied to this research. The level of IRTP and knowledge level of GMP were observed. Data were collected by interview and observation. Data were analyzed by descriptive analysis using the graph, table, and narration. Correlation of GMP implementation and the halal claim was provided by Principal Component Analysis (PCA) using XLSTAT. Results showed that halal claims on SMEs may reflect the safety of the product. Halal-claimed food might be classified as ‘thoyyib’ food. However, the knowledge level of the owner can not reflect the food safety level of the product.</strong></p><p><em><strong>Keywords</strong><strong> - </strong>CPPB, Halal Certificate, LPPOM MUI, Small and Medium Enterprises (SMEs)</em></p>


2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 41-60
Author(s):  
Andi Ricardy Purba ◽  
Isnurhadi Isnurhadi ◽  
Marlina Widiyanti ◽  
Mohamad Adam

Tujuan penelitian – Penelitian ini ditunjukan untuk melihat perbedaan pengukuran kinerja akuntansi pada dua tipe strategi organisasional prospector dan defender. Kemudian juga bertujuan untuk menguji variabel independen yang di proyeksikan dari pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, deviden payout ratio dan return on investment terhadap return saham.Desain/Metodologi/Pendekatan – Analisis yang digunakan adalah Principal Component Analysis. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 32 perusahaan yang menjadi sampel.Temuan – Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan penjualan perusahaan prospector dan defender. Rata-rata pembayaran deviden perusahaan prospector lebih kecil dari perusahaan defender namun tidak signifikan. Rata-rata return on investment (ROI) perusahaan prospector lebih tinggi dari perusahaan defender dan perbedaan ini signifikan.Keterbatasan penelitian – Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu, rasio jumlah karyawan terhadap jumlah penjualan bersih (KARPEN), rasio Price to Book Value (PBV), rasio belanja modal terhadap total aset (CETA), dan rasio belanja modal terhadap nilai pasar ekuitas (CEMVE).Originality/value – Penelitian ini menambahkan variabel return on investment (ROI) sebagai indikator pengukuran kinerja akuntansi, seperti yang disarankan oleh Habbe dan Hartono (2001) serta Saraswati dan Atmini (2007) pada penelitian terdahulu. Keywords: Prospector   dan   Defender,   Pertumbuhan   Laba,   Pertumbuhan Penjualan, Dividend Payout Ratio (DPR), Return On Investment (ROI), Return Saham.


Jurnal Segara ◽  
2017 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
Author(s):  
Ni Luh Gede Rai Ayu Saraswati ◽  
Yulius ◽  
Agustin Rustam ◽  
Hadiwijaya L. Salim ◽  
Aida Heriati ◽  
...  

Perairan teluk Saleh memiliki keanekaragaman hayati laut yang berpotensi sebagai obyek wisata bahari. Keberadaan keanekaragaman hayati laut tersebut tidak terlepas dari kondisi kualitas perairan sebagai penunjang kehidupan organisme akuatik sebagai obyek dari wisata bahari. Oleh karena itu, penelitian terhadap analisis kualitas air untuk wisata bahari di teluk Saleh diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada 8-10 Mei 2015 di teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa dengan mengambil sebanyak 29 lokasi stasiun pengamatan. Pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara purposive sampling dengan menggunakan alat multiparameter WQC-24. Parameter yang diukur diantaranya adalah kecepatan arus, kecerahan, kekeruhan, suhu, pH, salinitas dan DO. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisa PCA (Principal Component Analysis). Hasil pengukuran menunjukan bahwa nilai kekeruhan (pada stasiun 25 dan 50), fosfat dan nitrat melebihi baku mutu Kepmenneg LH no 51 tahun 2004 Lampiran II dengan nilai rata-rata berturut-turut 20,5 NTU; 0,074 mg/L; dan 8,4 mg/L. Secara keseluruhan perairan teluk Saleh tergolong baik dan cocok sebagai kawasan wisata bahari. Berdasarkan analisis PCA diperoleh parameter yang berperan kuat di lokasi adalah konduktivitas, salinitas, suhu, kecepatan arus dan kekeruhan.


VASA ◽  
2012 ◽  
Vol 41 (5) ◽  
pp. 333-342 ◽  
Author(s):  
Kirchberger ◽  
Finger ◽  
Müller-Bühl

Background: The Intermittent Claudication Questionnaire (ICQ) is a short questionnaire for the assessment of health-related quality of life (HRQOL) in patients with intermittent claudication (IC). The objective of this study was to translate the ICQ into German and to investigate the psychometric properties of the German ICQ version in patients with IC. Patients and methods: The original English version was translated using a forward-backward method. The resulting German version was reviewed by the author of the original version and an experienced clinician. Finally, it was tested for clarity with 5 German patients with IC. A sample of 81 patients were administered the German ICQ. The sample consisted of 58.0 % male patients with a median age of 71 years and a median IC duration of 36 months. Test of feasibility included completeness of questionnaires, completion time, and ratings of clarity, length and relevance. Reliability was assessed through a retest in 13 patients at 14 days, and analysis of Cronbach’s alpha for internal consistency. Construct validity was investigated using principal component analysis. Concurrent validity was assessed by correlating the ICQ scores with the Short Form 36 Health Survey (SF-36) as well as clinical measures. Results: The ICQ was completely filled in by 73 subjects (90.1 %) with an average completion time of 6.3 minutes. Cronbach’s alpha coefficient reached 0.75. Intra-class correlation for test-retest reliability was r = 0.88. Principal component analysis resulted in a 3 factor solution. The first factor explained 51.5 of the total variation and all items had loadings of at least 0.65 on it. The ICQ was significantly associated with the SF-36 and treadmill-walking distances whereas no association was found for resting ABPI. Conclusions: The German version of the ICQ demonstrated good feasibility, satisfactory reliability and good validity. Responsiveness should be investigated in further validation studies.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document