scholarly journals Systematic Literature Review Implementasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) terhadap Hasil Belajar Siswa

Al Adzka ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 106
Author(s):  
Dea Ananda ◽  
Muhyani Muhyani ◽  
Tjetjep Suhandi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan tentang penerapan HOTS dalam proses pembelajaran ditingkat SD/MI terhadap hasil belajar siswa; dan 2) menjabarkan faktor-faktor pendukung maupun penghambat dalam menerapkan HOTS. Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literature Review atau kajian literatur yang menitikberatkan pada proses mengkaji dan menganalisis secara luas dan menyeluruh terhadap beberapa literatur yang relevan dengan topik penelitian. Data literatur yang digunakan sebagai sumber utama dalam penelitian ini sebanyak 10 literatur yang diperoleh dari beberapa data based seperti Portal Garuda, Google Scholar, dan DOAJ yang dipublikasikan dengan kisaran waktu 5 tahun terakhir (2016-2020). Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) penerapan HOTS dalam proses pembelajaran yang berlangsung ditingkat SD/MI efektif terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran komvensional; dan 2) keberhasilan dan ketidaktercapaian tujuan atau kriteria yang ditentukan tidak terlepas dari faktor-faktor pendukung maupun penghambat dalam menerapkan HOTS. Faktor pendukung diartikan sebagai komponen penting yang dinilai mampu menunjang keberhasilan penerapan HOTS yang meliputi kompetensi guru, sarana prasarana, manajemen kelas, dan perencanaan pembelajaran. Sementara faktor penghambat adalah kendala maupun kesulitan yang dihadapi dalam memaksimalkan penerapan HOTS yang meliputi kualifikasi pendidikan guru yang kurang memadai dan tingkat pemahaman guru yang relatif rendah terhadap penerapan HOTS.

2022 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 813
Author(s):  
Hainora Hamzah ◽  
Mohd Isa Hamzah ◽  
Hafizhah Zulkifli

Contemporary educational approaches which enculturate higher order thinking skills (HOTSs) through teaching and learning have become the latest trend in teaching. Knowledge clarity, understanding mastery, and teaching readiness are the catalysts for successfully implementing HOTS elements in teaching. However, even though HOTS learning is inextricably linked to metacognitive skills, teachers frequently underutilize metacognitive skills as an effective method of teaching HOTSs. Therefore, teachers face difficulties regarding their skills in integrating HOTSs into their teaching. Numerous studies on HOTS teaching and learning modules to guide teachers in applying these have been conducted; however, only a few researchers have conducted systematic literature reviews on the same subject. This article aims to produce a systematic literature review on the elements of a metacognition-based HOTSs teaching and learning module. The systematic literature review (SLR) writing process was conducted in accordance with the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis) framework. Using 2 databases, namely, Web of Sciences (WoS) and Scopus, 15 articles were extracted out of 252, from 2017 to 2021, with exclusion and inclusion criteria taken into consideration. Based on the study’s thematic analysis, 3 main themes were identified: (1) HOTS, (2) metacognitive, and (3) inquiry. This study suggests that these three elements should be included in the contribution element of metacognition-based HOTSs teaching modules in school. This study contributes knowledge and guidelines to the construction of metacognition-based HOTSs teaching modules in schools, teachers’ preparedness to plan, monitor, and evaluate students’ higher order thinking skills, and opportunities for students to learn through HOTSs learning elements, as suggested in metacognition-based HOTS teaching modules.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 195-216
Author(s):  
Iqbal Faza Ahmad ◽  
Nur Hidayanto Pancoro Setyo Putro ◽  
Zulkifli Syauqi Thontowi ◽  
Ahmad Syafii ◽  
M. Aldi Subakti

The new curriculum (2013 curriculum) encourages implementing the higher-order thinking skills (HOTS) approach in learning Islamic religious education in each academic unit in Indonesia. This paper intends to study the HOTS implementation trend in the learning process of Islamic religious education in Madrasas and schools. The method in this study is a systematic literature review. Researchers found that this trend began to emerge after implementing the 2013 curriculum by the Indonesian Government, where the curriculum used a scientific approach. Teachers, educators, and experts' efforts in implementing HOTS in Islamic Education learning can be grouped into two categories. The first is that they innovate the HOTS-based learning process, and the second is those who develop HOTS-based assessment instruments. Several innovations in the learning process were carried out by applying various learning methods, models, and strategies. The application of HOTS-based learning in Islamic Education learning can improve learning quality to be more effective, efficient, fun, and meaningful. This improvement, then, has an impact on increasing the quality of learning achievement. This study provides highlights and helps to understand the results of previous studies that discuss HOTS using systematic reviews in the implementation of Islamic Religious Education in Madrasas and Schools.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Ahmad Muradi ◽  
Faisal Mubarak ◽  
Ridha Darmawaty ◽  
Arif Rahman Hakim

Learning Arabic is more dominant as a skill than a Science. The learners’ goals are able to use Arabic both spoken and written well and correctly. While HOTS is more dominant in requiring learners to think integrally. Therefore, it is important to consider the extent to which the Ministerial Regulation accommodates HOTS through a study of the basic competence of Arabic contained in it. This study is a literature review of the basic competence of Arabic in the Decree of the Minister of Religion (KMA) number 183 in 2019 in HOTS perspective. The object of this study is the basic competence of Arabic in KMA 183 in 2019. The result shows the basic competence of Arabic in KMA 183 in 2019 to accommodate the ability in higher order thinking such as problem solving, critical thinking, and reasoning. While the Basic Competence in KMA didn’t achieve creative thinking and decision making.


2021 ◽  
Vol 2 (11) ◽  
pp. 1885-1896
Author(s):  
Hayu Ika Anggraini ◽  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Shirly Rizki Kusumaningrum

Latar Belakang: Dampak kurangnya semangat belajar siswa dalam pelajaran Matematika mengakibatkan terhambatnya keterampilan berhitung dan bernalar. Hambatan tersebut tentunya mempengaruhi proses belajar siswa. Siswa yang tidak memiliki semangat belajar akan mengalami penurunan kemampuan hasil belajar. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Penggunaan game digital dipandang sebagai salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Matematika. Tujuan: Untuk mendeskripsikan penggunaan game digital untuk meningkatkan penguasaan keterampilan dalam berhitung dan bernalar. Metode penelitian yang digunakan literature review dengan telaah kepustakaan dari buku dan artikel, selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif untuk menyelesaikan masalah. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature review.  Literature review merupakan metode penelitian dengan tujuan mengumpulkan dan memperoleh inti dari penelitian sebelumnya kemudian dianalisis. Hasil: Hasil analisis literature review bahwa penggunaan game digital berbasis komputer maupun android efektif dalam pembelajaran keterampilan berhitung Matematika dan juga memberikan pengaruh positif terhadap penguasaan kemampuan berpikir tinggi siswa. Game digital yang dinilai interaktif memberikan dampak positif ini nyatanya dapat memotivasi individu atau siswa dalam belajar serta membuat suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran. Kesimpulan: Berdasarkan analisis ketiga artikel dapat disimpulkan bahwa game edukasi menggunakan metode Game Based Learning yang berbasis Higher-Order Thinking Skills memadukan antara konsep belajar dan bermain dengan melalui beberapa fase yang harus dilakukan sehingga terciptanya prototype game edukasi. Fase-fase tersebut yaitu analisis desain, pengembangan jaminan kualitas kemudian implementasi dan evaluasi. Game edukasi yang berbasis Higher-Order Thinking Skills tersebut dapat membantu meningkatkan siswa dalam keterampilan berpikir kritis.


Author(s):  
Renita Prera Winsen

பேராக் மாநிலத்தில் தைப்பிங் மாவட்டத்தில் அமைந்துள்ள ஓர் இடைநிலைப்பள்ளியில் திருக்குறள் கற்றலின் வழி படிவம் 2 மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்தும் முயற்சியில் ஆய்வு மேற்கொள்ளப்பட்டது. தேர்ந்தெடுக்கப்பட்ட 10 மாணவர்கள் இந்த ஆய்வில் உட்படுத்தப்பட்டனர். திருக்குறளில் மாணவர்களின் ஆளுமையைக் கண்டறிய அந்த இடைநிலைப்பள்ளியின் தமிழாசிரியரிடம் நேர்காணல் நடத்தப்பட்டது. மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்த படிவம் 1 மற்றும் படிவம் 2-இல் வரையறுக்கப்பட்ட ஆறு திருக்குறள்கள் தேர்தெடுக்கப்பட்டன. தேர்ந்தெடுக்கப்பட்ட திருக்குறள்கள் யாவும் சீரமைக்கப்பட்ட புளூமின் அறிவுசார் முறைப்பாட்டியலின் துணைக்கொண்டு பலதரப்பட கேள்விகள் தயாரிக்கப்பட்டது. ஆறு வாரத் திருக்குறள் வகுப்பிற்குப் பின் இக்கேள்விகள் யாவும் மாணவர்களுக்கு வழங்கப்பட்டன. கேள்விக்கான பதில்களிலிருந்து மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனில் ஏற்பட்ட மாற்றங்கள் கண்டறியப்பட்டது. ஆய்வின் முடிவாக, முறையான திருக்குறள் கற்றலின் வழி மாணவர்களின் உயர்நிலைச் சிந்தனைத் திறனை மேம்படுத்த முடியும் என்பது உறுதிச் செய்யப்பட்டது. (This study has been conducted with the purpose of improving the level of HOTS (Higher order thinking skills) of Form 2 students through learning Thirukkural. For this study, the Thirukkural, a well-known literary work of Tamil Language was taken. Thus, this research was carried out in a secondary school which is located at Taiping, Perak. The research was carried out under the design of action research. The sample of this study consisted of ten Form 2 students. Besides that, a teacher also interviewed in order to know the students' personality in learning Thirukkural. In this research, the learning process of Thirukkural approach was implemented for 6 weeks. There are 6 couplets of Thirukkural selected according to the syllabus of Form 1 and Form 2. This six couplets of Thirukkural used to test the level of HOTS. The questions were created based on Thirukkural, according to Revised Bloom's Taxonomy. The data of the study was collected through pre-test, the questions asked in Thirukkural classes and post-test via qualitative and quantitative data collection tools. The findings obtained through qualitative and quantitative data collections showed that the level of HOTS through learning Thirukkural among Form 2 students has improved.)


2019 ◽  
Author(s):  
Adib Rifqi Setiawan

Karya ini menunjukkan rancangan soal HOTS (higher-order thinking skills, keterampilan berpikir tingkat tinggi) untuk mata pelajaran Akidah-Akhlak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah. Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asmā’ al-ḥusnā, serta perekaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī melalui unjuk kerja dan cara mengamalkannya dalam keseharian. Hasil (outcomes) pembelajaran Akidah-Akhlak diharapkan memiliki peran dalam memberi motivasi kepada murid untuk mempraktikkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī dalam keseharian sebagai wujud īmān kepada Allōh, para malāikat-Nya, seluruh kitab- Nya, semua rosūl dan nabī-Nya, hari akhir, serta qodō’ dan qodar dari-Nya. Ruang lingkup soal yang dirancang mencakup pembelajaran kelas 4 yang terbatas untuk Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan 1.1; 1.2; dan 1.3; serta Keterampilan 2.1; 2.2; dan 2.3.


2019 ◽  
Author(s):  
Adib Rifqi Setiawan

Karya ini menunjukkan rancangan soal HOTS (higher-order thinking skills, keterampilan berpikir tingkat tinggi) untuk mata pelajaran Akidah-Akhlak kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah. Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asmā’ al-ḥusnā, serta perekaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī melalui unjuk kerja dan cara mengamalkannya dalam keseharian. Hasil (outcomes) pembelajaran Akidah-Akhlak diharapkan memiliki peran dalam memberi motivasi kepada murid untuk mempraktikkan al-akhlāq al-karīmah dan al-adāb al-Islamī dalam keseharian sebagai wujud īmān kepada Allōh, para malāikat-Nya, seluruh kitab- Nya, semua rosūl dan nabī-Nya, hari akhir, serta qodō’ dan qodar dari-Nya. Ruang lingkup soal yang dirancang mencakup pembelajaran kelas 4 yang terbatas untuk Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan 1.1; 1.2; dan 1.3; serta Keterampilan 2.1; 2.2; dan 2.3.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Wiyaka Wiyaka ◽  
Entika Fani Prastikawati ◽  
AB Prabowo Kusumo Adi

<div><p class="StyleABSTRAKenCambria">The integration of higher-order thinking skills (HOTS) in language learning assessments has become a crucial issue in 21st-century learning. However, not many teachers are aware of the need to incorporate HOTS in assessments due to their insufficient knowledge and the absence of good examples. Further, there is not much research and literature on HOTS-based formative assessment that can be used as references. This research aims to fill the existing gap by providing a model of higher-order thinking skills (HOTS)-based formative assessments for English learning, especially in junior high schools. By employing research and development design, this research describes the validation of the assessment model. The proposed model of assessment may be used as a prototype for assessing language learning.</p></div><p> </p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document