scholarly journals Kelayakan finansial teknologi produksi benih bawang merah asal biji botani (True Seed of Shallot = TSS) (Financial feasibility of True Seed of Shallot seed production technology)

2021 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Witono Adiyoga ◽  
Mathias Prathama ◽  
Rini Rosliani

<p>Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada Maret-November 2018. Tujuan penelitian adalah mengestimasi kelayakan finansial teknologi produksi benih bawang merah TSS (True Seed of Shallot). Percobaan lapangan produksi benih dilakukan untuk luasan 1.500 m2. Keragaan usahatani dievaluasi melalui analisis anggaran usaha berdasarkan pencatatan usahatani. Sementara itu, kelayakan finansial dianalisis menggunakan NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return),  B/C ratio (Benefit Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Hasil analisis anggaran menghasilkan indikator keragaan produksi benih sebagai berikut: (a) biaya produksi Rp. 255.320.280/hektar, (b) rasio penerimaan-biaya 1,49, (c) titik impas produksi 102 kg/hektar, dan (d) titik impas harga Rp. 1.789.628/kg. Analisis finansial berdasarkan parameter: periode proyeksi 3 tahun; aliran kas 12 bulan; suku bunga 18%/tahun; proporsi modal 40% (sendiri)  dan 60% (kredit); luas lahan 1 hektar; produktivitas 150 kg/ha; dan harga output Rp. 2.500.000/kg menghasilkan NPV = Rp. -108.564.638 (&lt;0), IRR = sampai tingkat bunga 2% masih menunjukkan besaran NPV yang negatif (&lt;18%), Net B/C Ratio = 0,62 (&lt; 1), dan PBP = 1,5 tahun (&lt; 3 tahun). Berbagai kriteria tersebut mengindikasikan bahwa usahatani produksi benih TSS belum dapat dikategorikan layak secara finansial. Analisis sensitivitas menunjuk-kan bahwa kelayakan finansial baru tercapai jika terjadi pengurangan biaya produksi minimal 22%. Kelayakan finansial juga dapat dicapai jika terjadi minimal 15% peningkatan produktivitas atau 15% peningkatan harga benih. Penelitian ini menyarankan studi lebih lanjut untuk mengidentifikasi agroekosistem produksi paling ideal berpotensi produktivitas optimal, serta memperbaiki teknologi produksi benih TSS berorientasi peningkatan produktivitas dan efisiensi penggunaan input. </p><p><strong>Keywords</strong></p><p>produksi benih; benih biji botani bawang; analisis anggaran;  kelayakan finansial</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>A trial of 1,500 m2 seed production was conducted in the Indonesian Vegetable Research Institute during March-November 2018. The objective was to assess the financial feasibility of True Seed of Shallot (TSS) seed production technology. Farm performance was assessed by using enterprise budget, NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C ratio (Benefit Cost Ratio), and PBP (Pay Back Period). Budget analysis results in (a) production costs of IDR 255,320,280/ ha, (b) revenue-cost ratio of 1.49, (c) 102 kg/ha yield break-even-point, and (d) IDR 1,789,628/kg price break-even-point. Meanwhile, financial analysis based on some predetermined parameters has provided NPV = IDR -108,564,638 (&lt;0), IRR = up to 2% interest rate still shows negative NPV value (&lt;18%), Net B/C Ratio = 0.62 (&lt;1), and PBP = 1.5 years (&lt;3 years). Those criteria suggest that TSS seed production business is not yet categorized as financially feasible. Sensitivity analysis shows that financial feasibility may be achieved if there is minimally 22% reduced cost of production, or 15% increased yield, or 15% increased seed price. Further studies on identifying the most ideal agro-ecosystem with optimal yield potential, and improving TSS technology with an orientation to increasing yield and input-use efficiency are recommended.</p>

2014 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 125 ◽  
Author(s):  
Ermiati Ermiati ◽  
Abdul Muis Hasibuan ◽  
Agus Wahyudi

<p>Penguasaan lahan dan produktivitas kakao di tingkat petani masih sangat rendah sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan petani. Kabupaten Kolaka merupakan salah satu sentra utama kakao dengan jumlah petani kakao sangat besar di Sulawesi Tenggara. Penelitian bertujuan mengetahui profil dan kelayakan usahatani kakao di tingkat petani. Penelitian dilaksanakan di Desa Atula dan Desa Dangia, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara pada bulan April sampai Juli 2012. Pengambilan data menggunakan metode survei dengan wawancara langsung terhadap 30 orang petani kakao yang diambil secara acak sederhana. Data dianalisis secara deskriptif dan kelayakan usahatani melalui analisis benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), dan internal rate of return (IRR). Hasil analisis dengan discount factor 18% per tahun diketahui nilai NPV Rp19.646.384,00; B/C ratio 2,87; dan IRR 51% sehingga diketahui usahatani layak untuk diusahakan. Pendapatan petani Rp7.697.674,00/tahun (Rp641.743,00/bulan). Jika produktivitas tetap (773 kg/ha) diperoleh break even point (BEP) harga sebesar Rp8.043,00/kg. Jika harga tetap (Rp18.000,00/kg), BEP produktivitas adalah 345,5 kg/ha/tahun. Periode pengembalian modal pada tahun keenam. Hal ini menunjukkan usahatani kakao di lokasi penelitian dapat memberikan sumbangan pendapatan ke petani, meskipun dengan keuntungan relatif kecil. Berdasarkan analisis tersebut, luas areal minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup layak petani adalah 2 ha atau produktivitas di atas 1,5 ton/ha/tahun.</p><p>Kata kunci: Profil usahatani, pendapatan petani, kelayakan usahatani, kakao</p><p>Limitation of land tenure and productivity in farmers’ level causing lower farmers income. Kolaka District is one of cocoa main producers in Southeast Sulawesi with a large number of farmers. The objective of this study was to investigate the profile and feasibility of cocoa farming system in farmers level. The research was conducted at Atula and Dangia Village, Ladongi Subdistrict, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi, in April to July 2012. Data was collected by survey method and direct interview with 30 farmers. Data was analyzed descriptively and feasibility analysis method with criteria of benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), and internal rate of return (IRR). The result showed that cocoa farming system is feasible (NPV of IDR19,646,384.00; B/C ratio of 2,87 and IRR of 51%). Farmers income was of IDR7,697,674.00 per year (IDR641,743.00 per month). If the yield is constant (773 kg/ha), then price break even point (BEP) is IDR8,043.00/kg. If the price is constant (IDR18,000.00/kg), then BEP of yield is 345,5 kg/ha/year. This result showed that cocoa farming gives a relatively low level of income for farmers, eventhough it is feasible. Based on those analysis, minimum area of 2 ha per households of productivity or 1.5 ton/ha/yr required to meet income decent life.</p>


2021 ◽  
Author(s):  
Sapmaya Wulan ◽  
Tya Mei Astuti

Dunia bisnis saat ini berkembang pesat pada kota-kota berkembang maka tidak dapat dipungkiri pula akan berkembangnya bisnis-bisnis yang ada saat ini. Berkembangnya bisnis tersebut dikarenakan banyakanya permintaan konsumen akan kebutuhan yang harus mereka penuhi. Kebutuhan yang semakin meningkat ini tentunya juga memerlukan sarana dan prasarana dalam pendistribusiannya karena tidak semua orang dapat membuat sendiri kebutuhan sandang yang mereka butuhkan oleh sebab itu mulai bermunculan industri- industri dibidang fashion. Butik merupakan toko pakaian ekslusif yang menjual berbagai macam pakaian yang berbeda. Untuk mendirikan Butik Lady Center perlu ada rancangan perkiraan biaya yang diperlukan, modal yang dibutuhkan dan benefit yang akan diperoleh. Sebelum rencana Butik Lady Center dilaksan akan terlebih dahulu perlu dilakukan Analisis Kelayakan Bisnis untuk mengetahui kelayakan usaha tersebut. Untuk itu yang menjadi permasalahan penelitian iniadalah: Apakah rencana mendirikan Butik Lady Center di Pringsewu layak untuk dilaksanakan ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan rencana usaha Butik Lady Center di Pringsewu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, dimana untuk metode kuantitatif digunakan tiga Kriteria Investasi yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR); Analisis Pay Back Period (PBP), dan Analisis Break Even Point (BEP)dan untuk metode kualitatif digunakan pendekatan non-finansial yakni aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek yuridis (hukum), aspek birokrasi, aspek manajemen dan sdm, aspek ekonomis, dan aspek lingkungan. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh NPV =Rp 467.412.569; Net B/C = 1,19 ; IRR = 35,83%, analisis Pay Back Period selama 3 tahun 9 bulan 9 hari, dan analisis Break Even Point selama 3 Tahun 1 Bulan 26 Hari. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa rencana mendirikan Butik Lady Center layak untuk dilaksanakan (go).


Author(s):  
Asriani Asriani

This study aims to analyze the financial feasibility of cashew agro-industry in Kendari City, Southeast Sulawesi Province. To select key informants carried out deliberately (purposive), namely the criteria of people or other parties who know about the cashew industry, experienced, know in detail about this business, and know the surrounding conditions. The informants chosen in this study are the owners of the cashew industry and related government agencies. Data analysis techniques used are (1) Benefit-Cost Ratio (BCR) analysis; (2) Net Present Value (NPV) analysis; and (3) Internal Rate of Return (IRR) analysis. The results obtained by the BCR value of 1.315, the NPV value obtained by 373.253.360, and the IRR value of 30%. Based on the value of the three criteria used, it shows that cashew agroindustry in Kendari City is financially feasible to be developed


Author(s):  
Indo Yama Nasarudin

This research analyze the economic and financial feasibility of Papua’s Batik Port Numbay. The economic performance for business was good at marketing aspect and good enough for management and human resource, production, and environment analysis aspect. While finance aspect assessment indicates that Benefit Cost Ratio (BCR) is 1,30, Value of Payback Period is 2,16 years which is below time specified 10 years. The Net Present Value is Rp 1.146.518.993, profitability index is 4,54, Internal Rate of Return (IRR) is 52,42%. Based on the overall financial measurement, it shows that the business is viable to be continued.


Jurnal IPTEK ◽  
2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 33-39
Author(s):  
Shinta Leonita ◽  
Graha Djustika Marsudi Harta ◽  
Annuridya Rosyidta Pratiwi Octasylva ◽  
Heru Irianto

Salah satu produk olahan kacang tanah yang cukup popular di Kota Tangerang Selatan adalah kacang sangrai.  Kacang tanah varietas lurik (Arachis Hypogaea L. ‘Lurik’ ) adalah kacang tanah unggul yang memiliki karakteristik berbeda dari  jenis kacang tanah pada umummnya dan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pada agroindustri kacang sangrai di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teknoekonomi industri pengolahan kacang lurik sangrai. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi, studi pustaka untuk mempelajari deskripsi produk, serta penelitian pengembangan industri kacang sangrai yang meliputi analisis produksi, analisis manajemen dan organisasi, analisis finansial, analisis sensitivitas, serta desain kemasan produk. Hasil penelitian diperoleh bahwa usaha kacang Lurik sangrai layak dijalankan dengan nilai investasi sebesar Rp520.095.000, biaya variabel Rp.1.638.128.668, kapasitas produksi 220 kemasan dengan netto 500 g, harga jual Rp. 29.908/kemasan, dan analisis usaha diperoleh nilai break even point 59.081/tahun, pay back period 1.23 tahun, net present value Rp. 1.097.788.068, net benefit cost ratio 1,34, internal rate of return 49,42%, dengan kapasitas produksi 405.594 kg per tahun, serta teknologi proses pengolahan kacang Lurik sangrai harus dilakukan sortasi bahan baku dan sortasi produk jadi agar menghasilkan produk kacang sangrai dengan karakteristik mutu yang baik.  


Author(s):  
Julita G.L. Pantow ◽  
Siti Suhaeni ◽  
Martha Wasak

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan nila (oreochormis niloticus ) Pada CV. Tiga Mas Di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan analisis kelayakan usaha untuk menentukan Operating Profit (OP), Net Profit (p ), Profit Rate (PR), Benefit Cost Ratio (BCR), Rentabilitas, Break Even Point (BEP), Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Sensitivitas. Hasil analisis usaha budidaya ikan nila pada CV. Tiga Mas layak untuk dijalankan karena nilai OP mencapai Rp 350.064.000 ; NP sebesar Rp.108.826.500 ; PR mencapai 25,62% ; Nilai BCR 1,26%; nilai rentabilitas 37,92%; BEP atau titik impas penjualan Rp.365.511.364 dan BEP satuan 17.405 kg, dengan tingkat pengembalian investasi selama 2 tahun 9 bulan 4 hari. Hasil analisis diperoleh NPV 579.128.084,63, IRR 27,19% dan sensitivitas penurunan harga jual 19,01%, penurunan produksi 19,01% serta kenaikan variable cost 55,85%. Berdasarkan perhitungan tersebut makas usaha budidaya ikan nila pada CV. Tiga Mas layak untuk dijalankan. Kata kunci: budidaya, finansial, dan kelayakan


ELKHA ◽  
2016 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Ferdyanto .

Abstract– Ketersediaan energi tak terbarukan yang kian menipis dapat menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia. Kapal Wisata di Kota Pontianak menggunakan BBM HSD. Untuk mendapatkan penghematan biaya penggunaan BBM HSD  menggunakan metode hybrid system. Keputusan pelaksanaan proyek dan kelayakan investasi menggunakan metode model ekonomi. Berdasarkan hasil rancangan diperoleh kapasitas baterai sebesar 48 volt 800 Ah. Waktu kemampuan baterai menggerakkan motor listrik DC selama 1 jam 25 menit dengan kecepatan 6,7 knots dan dapat menempuh sejauh 17,4 km. Penghematan biaya penggunaan BBM HSD setelah penerapan hybrid system dalam setahun sebesar Rp 37,777,500,- (60%). Parameter yang digunakan untuk analisis ekonomis adalah Break Even Point (BEP) pada periode tahun ke-9 dengan nilai surplus Rp 13.732.680,- Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah 1,32, Return on Investment (ROI) sebesar 32%, Net Present Value (NPV)senilai Rp 100.381.535,- dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 17,57% dalam periode 20 tahun. Hasil keputusan secara keseluruhan dari penerapan hybrid system adalah proyek dapat dilaksanakan serta investasi layak dan menguntungkan. Keywords– kapal wisata, motor listrik DC, hybrid system


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 100
Author(s):  
Kurnia Putri ◽  
Millatul Ulya ◽  
Umi Purwandari

AbstractSmall-medium enterprises “Bintang Kertasada” is the mackerel fish crackers industry in Sumenep which generates solid and liquid waste, negatively affecting the environment. Therefore, a strategy in reducing the volume of waste produced and its impacts is the implementation of cleaner production and further determined through this present study. A method of AHP (Analytical Hierarchy Process), followed by feasibility study through BEP (Break Event Point), PP (Payback Periode), B/C Ratio (Benefit-Cost Ratio), NPV (Net Present Value), and IRR (Internal Rate of Return) analysis were performed. This study demonstrated that the best alternative was processing fish skin into crackers that was attributed by the AHP score of 0.565. Furthermore, the financial feasibility analysis indicated that the production of fish scale crackers was feasible, indicated by the BEP of IDR 4,412 with 27,617 units produced, PP of 11 months, B/C ratio of 1.2, NPV of IDR 23,176,128, -, and IRR of 27.12%. Overall, the processing solid waste of fish skin into crackers was the best alternative with the most financial feasibility.AbstrakUD. Bintang Kertasada-Sumenep merupakan salah satu industri pengolahan kerupuk amplang yang menghasilkan limbah padat dan cair. Selama ini, limbah yang dihasilkan sudah ditangani secara optimal namun tidak pada limbah padat kulit ikan. Produksi Bersih merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan mengurangi jumlah sumber daya dan limbah hasil samping produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui alternatif terbaik penerapan produksi bersih di UD. Bintang Kertasada-Sumenep dan mengetahui kelayakan finansial dari alternatif terbaik tersebut. Alternatif penerapan produksi bersih yang digunakan adalah kerupuk kulit ikan, keripik kulit ikan crispy, kulit ikan goreng berbalut telur asin, minyak kult ikan, gelatin dan lem kulit ikan. Penentuan alternatif terbaik dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Parameter kelayakan finansial menggunakan perhitungan BEP (Break Event Point), PP (Payback Periode), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), dan IRR (Internal Rate of Return). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa alternatif terbaik yakni mengolah limbah padat kulit ikan menjadi kerupuk dengan nilai bobot sebesar 0,565. Analisis Kelayakan finansial menunjukkan bahwa produksi kerupuk kulit ikan layak untuk dilakukan dengan perolehan BEP harga sebesar Rp. 4.412, BEP produksi sebanyak 27.617 kemasan, PP selama 11 bulan, B/C Ratio 1,2, NPV sebesar Rp 23.176.128, dan IRR sebesar 27,12%.


JUMINTEN ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (5) ◽  
pp. 97-108
Author(s):  
Iqbal Yusriansyah ◽  
Budi Santoso

PT.XYZ berencana untuk membuat studi kelayakan pada bisnis produk software X miliknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan bisnis yang dilakukan oleh PT. XYZ secara kelayakan ekonomi, serta untuk mengetahui gambaran pada aspek finansial apakah proyek bisnis ini layak atau tidak untuk dilakukan. Untuk mengetahui kelayakan ekonomi pada bisnis ini, maka pada penelitian ini dilakukan analisa serta perhitungan kelayakan ekonomi dengan menggunakan perhitungan BEP (Break Even Point), PBP (Pay Back Period), NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio) dan IRR (Internal Rate of Return). Hasil perhitungan pada penelitian ini didapatkan parameter nilai kelayakan ekonomi sebagai berikut, nilai BEP = 14,5 < N (45 Unit), nilai PBP = 2 Tahun 3 hari < N (5 Tahun), nilai NPV = Rp 30.082.787.134 > 0, nilai BCR = 2,88 > 1 dan terakhir nilai IRR = 70,58% > MARR (25%). Dari hasil perhitungan ini maka bisa dikatakan bisnis produk software X pada PT. XYZ fisibel secara ekonomi dan bisnis layak / dapat dilakukan.


2021 ◽  
Vol 21 (01) ◽  
pp. 21-30
Author(s):  
Nelson Yuli Chandra ◽  
Hendra Taufik ◽  
Mardani Sebayang

[ID] Pembangunan gedung parkir Sukaramai Trade Center II ini direncanakan pada tahun 2016 dan di kelola oleh pihak PT. Makmur Papan Permata sebagai penunjang bangunan Sukaramai Trade Center I untuk memenuhi lahan parkir kedepannya, dikarenakan adanya  pembangunan tambahan Sukaramai Trade Center III sehingga pembangunan gedung parkir Sukaramai Trade Center II harus dilaksanakan, sesuai dengan bertambahnya permintaan  konsumen serta lahan yang tidak memenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dari gedung parkir Sukaramai Trade Center II layak untuk dilaksanakan berdasarkan aspek analisis kelayakan finansial dan untuk mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan seperti metode tarif parkir yang digunakan. Metode penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Berdasarkan data dan hasil penelitian di ketahui luas bangunan 3.466 m2 , kapasitas parkir sepeda motor 1103 kendaraan, parkir mobil 325 kendaraan, rata-rata 5 tahun belakang tingkat pertumbuhan kendaraan 10,48%, inflasi 4,87%, menggunakan suku bunga tertinggi pada bank BUMN yaitu bank BTN sebesar 10,50%, sehingga memerlukan total biaya Rp 42.472.500.000,- umur ekonomis bangunan 50 tahun. Dengan tarif parkir/jam Rp 2000,- untuk kendaraan sepeda motor, Rp 5000,- untuk kendaraan mobil, ditinjau dari aspek analisis kelayakan finansial dengan umur bangunan 50 tahun : Net Present Value(NPV)= Rp. (–12.333.948.000,) Benefit Cost Ratio(BCR)= 0,504, Internal Rate of Return(IRR)= 6,69%, dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan. Pembangunan gedung parkir tersebut perlu memperhatikan tingkat pertumbuhan kendaraan, kapasitas parkir, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga, serta tarif parkir yang ditetapkan oleh Pemerintah. [EN] The construction of the Sukaramai Trade Center II parking building was planned in 2016 and managed by PT. Makmur Papan Permata is supporting the Sukaramai Trade Center I building to fill the parking lot in the future, due to the additional construction of the Sukaramai Trade Center III so that the construction of the Sukaramai Trade Center II parking building must be carried out, by increasing consumer demand and land that does not meet. The purpose of this study is to determine whether the construction of the Sukaramai Trade Center II parking building is feasible to carry out based on the aspect of financial feasibility analysis and to determine the factors that need to be considered such as the parking fee method used. This research method uses observation and interviews. Based on data and research results, it is known that the building area is 3,465.98 m2, the parking capacity for motorbikes is 1103 vehicles, 325 car parks, the average 5 years behind the vehicle growth rate is 10.48%, inflation is 4.87%, using the highest interest rate in state-owned banks, namely BTN banks at 10.50% so that it requires a total cost of IDR 42,472,500,000, - the economic age of the building is 50 years. With parking rates/hour Rp. 2000, - for motorbikes, Rp. 5000, - for cars, in terms of financial feasibility analysis aspects with a building age of 50 years: Net Present Value (NPV) = Rp. (-12,333,948,000,) Benefit-Cost Ratio (BCR) = 0.504, Internal Rate of Return (IRR) = 6.69%, declared unfit to be implemented. The construction of the parking building need to pay attention to the growth rate of vehicles, parking capacity, inflation rates, and interest rates, as well as parking rates set by the Government.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document