Jurnal Hortikultura
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

359
(FIVE YEARS 89)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 1)

Published By Indonesian Agency For Agricultural Research And Development (Iaard)

2502-5120, 0853-7097

2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Ismail Saleh ◽  
Ida Setya Wahyu Atmaja ◽  
Ray March Syahadat

<p>Kenikir dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dengan cara mengonsumsi pucuknya. Kenikir banyak dijumpai sebagai tumbuhan liar sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi pucuk kenikir. Produksi pucuk kenikir dapat dioptimalkan dengan melakukan perbaikan teknik budidaya, salah satunya pengaturan komposisi media tanam dan interval panen pucuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh komposisi media tanam dan interval pemanenan terhadap pertumbuhan dan produksi pucuk kenikir. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2019 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UGJ, Cirebon. Percobaan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi pucuk kenikir pada panen pertama serta pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dan interval pemanenan terhadap produksi pucuk pada panen kedua. Rancangan percobaan pada percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu komposisi media tanam dengan sembilan ulangan dan rancangan percobaan pada percobaan kedua menggunakan RAK faktorial dua faktor. Faktor pertama adalah komposisi media tanam dan faktor kedua adalah interval pemanenan dan diulang sebanyak tiga kali. Komposisi media tanam terdiri atas tanah, tanah : pukan (2:1), dan tanah : pukan (1:1). Interval pemanenan yang dicobakan terdiri atas tiga taraf, yaitu 10, 15, dan 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam tanah : pukan (1:1) meningkatkan pertumbuhan dan produksi pucuk kenikir baik pada saat panen pertama maupun panen kedua. Interval pemanenan 20 hari menurunkan produksi pucuk total disebabkan interval pemanenan yang terlalu lama menyebabkan banyaknya pucuk kenikir yang berbunga sehingga menjadi tidak layak untuk dipanen.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Interval pemanenan; Kenikir (Cosmos caudatus); Media tanam; Pertumbuhan; Produksi pucuk</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>Cosmos caudatus can be used as vegetable by its shoots. Cosmos are found as wild plant so that efforts are needed to increase shoot production. Shoot production can be optimized by media composition and harvesting interval. This research objective was to investigate planting media composition and harvesting interval effect on growth and shoot production of cosmos. The research was carried out for three months at Cirebon. The experiment was carried out in two stages: (1) the effect of media composition on growth and shoot at the first harvest and (2) the effect of interaction between media composition and shoot harvesting interval at the second harvest. The experimental design for first experiment used Randomized Block Design (RBD), namely the composition of media of soil, 2:1 soil-manure and 1:1 soil-manure with nine replications. Meanwhile, we used two factor factorial RBD for second experiment. The first factor was the media composition and the second factor was three harvest interval with three replications. The result showed that planting media of soil and manure (1:1) increased the growth and shoot both in the first and second harvesting. The harvesting interval of 20 days decrease the total shoot because many branches to flower so they cannot be harvested.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 153
Author(s):  
Heni Purwaningsih ◽  
Endang Wisnu Wiranti ◽  
NFN Kristamtini ◽  
Siti Dewi Indrasari

<p><strong>(<em>Production, Physical, and Organoleptic Characteristics of Superior Varieties Specific Location “Srikayang” Special Region of Yogyakarta</em>)</strong></p><p><strong><br /></strong>Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura semusim yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif di Kabupaten Kulon Progo. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui produksi, karakteristik fisik, dan organoleptik bawang merah lokal Kabupaten Kulon Progo, yaitu varietas Srikayang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas lokal Srikayang memiliki keunggulan dibanding varietas eksisting lainnya, yaitu Tajuk, Bima, dan Siem. Hasil ubinan tertinggi varietas Srikayang 10,63 ton/ha. Varietas Srikayang memiliki, berat umbi 5,47 g sedangkan Tajuk 3,65 g, Bima 5,69 g, dan Siem 4,14 g. Jumlah umbi per rumpun verietas Srikayang lebih banyak dibanding varietas lain, yaitu 9,82 g, Tajuk 8,37 g, Bima 6,78 g, dan Siem 9,37 g. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa varietas Siem dan Srikayang tidak berbeda nyata. Jumlah umbi per rumpun tertinggi varietas Srikayang 50,03 g. Kecerahan umbi varietas Srikayang tertinggi sebesar 43,74 dibanding varietas lainnya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa varietas lokal Srikayang layak dibudidayakan karena memiliki keunggulan dibanding varietas lain (Tajuk, Bima, dan Siem).</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Karakteristik fisik; Organoleptik; Srikayang; Varietas lokal</p><p><strong>Abstract </strong></p><p>Shallot is one of the leading commodities of horticultural crops that have long been cultivated by farmers intensively at Kulon Progo Regency since long time. The aim of research was to know the production, physical and organoleptic characteristics of local shallot at Kulon Progo Regency, namely Srikayang variety. The experimental design used Completely Randomized Block Design (CRBD) with five replications. The results showed that local variety of Srikayang have advantages compared to other existing varieties namely Tajuk, Bima, and Siem. Srikayang variety hads a weight tuber of 5.47 g, while Tajuk 3.65 g; Bima 5.69 g; and Siem 4.14 g. Total of tubers per clump Srikayang more than other varieties that was 9.82 Tajuk; 8.37, Bima, 6.78 and Siem 9.37. The results of statistical analysis show that Siem and Srikayang were not significantly different. Srikayang had highest of total of bulb was 50.03 g and yield was 10.63 tonnes/ha. The brightness of Srikayang was the highest 43.74 compared to other varieties. Srikayang variety had the highest panelist acceptance value of 3.33 means that this variety was favored based on the result of organoleptic test. From the result of research it can be concluded that Srikayang decent cultivated because it hads moreadvantages compared to other varieties (Tajuk, Bima, and Siem).</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Apri Laila Sayekti ◽  
Rima Setiani ◽  
Nur Qomariah Hayati ◽  
Rizka Amalia Nugrahapsari ◽  
Sulusi Prabawati ◽  
...  

<p>Keputusan untuk mengadopsi varietas atau teknologi baru, terutama bagi petani skala kecil,  sangat dipengaruhi oleh kepemilikan sumber daya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh kepemilikan aset produksi petani terhadap keputusan petani menggunakan Varietas Unggul Baru (VUB) pepaya Merah Delima. Survei dilaksanakan di beberapa sentra produksi pepaya (Sumatra Barat, Riau, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat) melibatkan 46 responden terpilih yang terdiri atas 17 petani pengguna pepaya Merah Delima dan 29 petani penanam pepaya varietas lainnya. Faktor-faktor determinan penggunaan varietas dianalisis dengan menggunakan model regresi Logit dan Tobit. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi berpengaruh signifikan terhadap keputusan petani menggunakan VUB pepaya Merah Delima. Pengaruh sarana dan prasarana produksi terhadap  probabilitas peningkatan penggunaan varietas lebih dominan dibanding pengaruh faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, program pengembangan VUB pepaya Merah Delima lebih lanjut disarankan perlu didukung dengan bantuan penyediaan alat semprot (sprayer) bertenaga mesin atau ditargetkan di lokasi-lokasi yang tidak terlalu bermasalah dengan tata kelola air.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Adopsi; Pepaya Merah Delima; Varietas Unggul Baru</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>The decision to adopt a new variety or technology, especially for small-scale farmers, is heavily influenced by resource ownership. The purpose of this study was to evaluate the effect of farmer production asset ownership on farmers’ decisions to use Merah Delima papaya high yielding variety (HYV). The survey was conducted in several papaya production centers (West Sumatra, Riau, East Java, Central Java, and West Java) involving 46 selected respondents consisting of 17 farmers using Merah Delima papaya and 29 farmers growing other papaya cultivars. The determinants of farmer decision were analyzed using the Logit and Tobit regression models. The results show that the availability of production facilities and infrastructure has significant effects on farmers’ decisions to use Merah Delima papaya HYV. The influence of production facilities and infrastructure on the probability of increasing the usage of Merah Delima papaya is more dominant than the influence of other factors. Therefore, it is recommended that further Merah Delima papaya HYV development program needs to be supported by the assistance of providing farmers with machine-powered sprayers or prioritized at locations that have few water/irrigation management problems.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Witono Adiyoga ◽  
Darkam Musaddad ◽  
Asma Sembiring

<p>Salah satu faktor utama yang dapat menjaga keberlanjutan dan kontinuitas produksi industri pengolahan pertanian adalah ketersediaan pasokan bahan baku. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik industri dan merancang upaya perbaikan rantai pasok bahan baku keripik kentang industri rumah tangga di Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di Garut dan Pangalengan, Jawa Barat pada bulan Agustus 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui metode survey dan focus group discussion (FGD). Survey dilaksanakan melalui wawancara 19 responden prosesor keripik kentang skala rumah tangga. Focus group discussion diarahkan untuk mengelaborasi kondisi aktual dan potensi perbaikan rantai pasok bahan baku keripik kentang. Alat analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif, analisis strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT,) matriks strategic position and action evaluation matrix (SPACE), dan analisis quantitative strategis planning matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pasokan bahan baku per industri adalah 2,8 ton per bulan. Sistem pembelian bahan baku adalah spot market. Kapasitas produksi keripik kentang per bulan berkisar antara 15–540 kg (84,2%). Spesifikasi bahan baku masih belum terstandarisasi dan bersifat ekstrinsik kualitatif. Analisis SWOT dan pemetaan faktor-faktor eksternal-internal menunjukkan bahwa perbaikan rantai pasok dapat ditempuh dengan menggunakan strategi agresif. Penyusunan prioritas strategi melalui analisis QSPM menyarankan agar strategi promosi masif varietas alternatif kentang prosesing non-Atlantik (termasuk Median) dan kemudahan akses petani terhadap benihnya, serta strategi perbaikan sistem pembelian bahan baku dapat diimplementasikan secara simultan.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Keripik kentang; Industri rumah tangga; Rantai pasok bahan baku; Analisis kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>One important factor that could maintain production sustainability of agro-processing industry is the availability of raw material. The study was aimed at examining potato chips household industry characteristics and designing strategies to improve the raw material supply chain in West Java. The study was conducted in Garut and Pangalengan in August 2016. Data collection was carried out through survey of 19 household industries. Meanwhile, FGD involving relevant participants was conducted to elaborate household industries’ existing conditions and potentials for improvements. The analytical tools used were descriptive statistics, analysis strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT),  strategic position and action evaluation (SPACE) matrix, and quantitative strategic planning matrix (QSPM) analysis. The results showed that the industry was characterized by average raw material demand of 2.8 tons/firm/month, spot market purchasing system, and production capacity of 15–540 kg/month. SWOT analysis and mapping in SPACE demonstrate that the improvement of raw material supply chain is best pursued by employing aggressive strategy.  Priority setting by QSPM suggests that the strategy of promoting massively non-Atlantic potato processing varieties (included Median) by also increasing farmers’ seed access, and improving potato chips raw material procurement systems should be implemented simultaneously.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Zulfa Rahmadita Nur Azizah ◽  
Etik Wukir Tini ◽  
Joko Maryanto

<p>Perbanyakan tanaman secara vegetatif menggunakan teknik sambung pucuk dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan benih yang bermutu. Namun, masalah yang sering terjadi pada sambung pucuk adalah kegagalan sambung. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis zat pengatur tumbuh, jumlah daun entres, dan kombinasi perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap keberhasilan sambung pucuk durian. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai Januari 2019 di Desa Alasmalang, Kemranjen, Banyumas. Percobaan yang dilakukan merupakan percobaan pot dengan rancangan faktorial. Perlakuan pada penelitian ini adalah kombinasi antara zat pengatur tumbuh (kontrol, ekstrak tauge, air kelapa, IBA, dan BAP) dan jumlah daun entres (2, 4, dan 6 helai). Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 15 perlakuan dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan ZPT IBA dan BAP memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas sambung pucuk tanaman durian, yaitu sebesar 2,711 dan 2,822 dan perlakuan jumlah daun entres dua helai memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu pecah tunas, jumlah tunas, dan pertambahan jumlah daun sambung pucuk tanaman durian, yaitu sebesar 2,3 helai.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Sambung pucuk durian; Daun entres; Zat pengatur tumbuh</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>Vegetative propagation of plants using shoot grafting can be used as an alternative to produce quality seeds. The problem that often occours in top grafting is the failure to graft. This experiment aims to obtain the type of plant growth regulator, the number of scion’s leaves, and the combination that give the best results for growth of top grafting in durian. The research was conducted in November 2018 to January 2019 in Alasmalang Village, Kemranjen, Banyumas. The experiment was a pot experiment with a factorial design. The treatment was a combination of growth regulator (control, bean extract, coconut water, IBA, and BAP) and number of scion leaves (2, 4, and 6 strands). The research design used was a RCBD with 15 treatments and three replications. The results showed that the treatment of PGR IBA and BAP had a significant effect on the number of grafted shoots of durian plants, namely 2.711 and 2.822 and the treatment of the number of leaves of two leaves had a significant effect on shoot break time, the number of shoots and the increase in the number of grafted leaves of durian plants, namely amounting to 2.3 strands.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Anella Retna Kumala Sari ◽  
Arrohmatus Syafaqoh Li’aini

<p>Antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici masih menjadi penyakit utama yang menyerang buah cabai merah. Selama ini, penggunaan Curcuma aeruginosa sebagai antimikrobe patogen penyebab penyakit pada manusia lebih populer daripada sebagai antimikrobe fitopatogen. Rimpang Curcuma diketahui mengandung senyawa volatil/atsiri dan nonvolatil. Potensi senyawa volatil/atsiri Curcuma sebagai antimikrobe telah banyak dilaporkan, namun masih sangat terbatas untuk senyawa nonvolatilnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas antifungi senyawa nonvolatil dari ekstrak C. aeruginosa terhadap C. capsici pada buah cabai merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Mei 2015 di Universitas Brawijaya. Senyawa nonvolatil didapatkan dengan merendam rimpang C. aeruginosa menggunakan pelarut metanol kemudian didistilasi menggunakan rotary vacuum evaporator dan diidentifikasi menggunakan HPLC. Efektivitas antifungi senyawa nonvolatil dari ekstrak rimpang C. aeruginosa diuji secara in vitro dan in vivo di laboratorium menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diujikan yaitu konsentrasi senyawa nonvolatil terdiri atas 0 (kontrol), 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm. Senyawa nonvolatil dari ekstrak rimpang C. aeruginosa sangat efektif menghambat pertumbuhan C. capsici baik secara in vivo maupun in vitro di laboratorium bahkan konsentrasi 12 ppm menunjukkan persentase penghambatan antraknosa hingga 100%. Hasil identifikasi HPLC menunjukkan bahwa senyawa nonvolatil dari ekstrak rimpang C. aeruginosa mengandung kelompok Curcuminoid yang terdiri atas curcumin dan demethoxycurcumin yang berperan sebagai antifungi sehingga sangat berpotensi dikembangkan sebagai fungisida nabati.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Antraknosa; Cabai merah; C. aeruginosa; Senyawa nonvolatil</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>Anthracnose caused  by Colletotrichum capsici  is  still  as  major disease against  chilli pepper fruit. During this time, utilization of C. aeruginosa as pathogen antimicrobial caused disease to human is more popular than to crops. Curcuma has been known containing volatile and nonvolatile compound. Potential of volatil compound from Curcuma as antipathogen has been reported widely, nevertheless it is still limited known for nonvolatile compound. This research aimed to understand the antifungi effectivity of nonvolatile compound from C. aeruginosa extract to C. capsici on chilli pepper fruit. Research was conducted in November 2014 to Mei 2015. Nonvolatile compound was obtained by soaking C. aeruginosa rhizome into methanol solvent then distilated using rotary vacuum evaporator  and identified with HPLC instrument. Antifungi  effectivity  of nonvolatile compound  from  C. aeruginosa  extract  was experimented by in vitro and in vivo test using Completely Randomized Design with three replications. Treatments tested were various concentrations of nonvolatile compound namely 0 (control), 4, 6, 8,10, and 12 ppm. Nonvolatile compound from C. aeruginosa extract was highly effective to inhibit growth of C. capsici by both in vitro and in vivo test. HPLC identification result showed nonvolatile compound from C. aeruginosa extract contains Curcuminoid group play role as antifungi.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 185
Author(s):  
Rizka Amalia Nugrahapsari ◽  
Sulusi Prabawati ◽  
Nur Qomariah Hayati ◽  
Djoko Mulyono ◽  
NFN Hardiyanto ◽  
...  

<p>Pengembangan hortikultura di lahan rawa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi pangan nasional, mengatasi masalah gizi, dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan strategi pengembangan hortikultura di lahan lawa. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan buah/sayur dan merumuskan strategi pengembangan hortikultura di lahan rawa. Penelitian dilakukan di lokasi SERASI, yaitu di Kecamatan Muara Telang, Banyuasin, Sumatra Selatan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara 81 orang responden dan Focus Group Discussion (FGD) dengan 18 orang stakeholder. Metode analisis yang digunakan adalah Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas tujuan dalam pengembangan hortikultura di lahan rawa adalah peningkatan produksi dan keragaman produk yang dapat dicapai melalui strategi pemberdayaan petani dan penerapan teknologi ramah lingkungan dengan menjalin sinergi antaraktor yang paling berperan dalam mencapai tujuan tersebut. Langkah operasional untuk mencapai tujuan ini pada tahap awal pembangunan model adalah dengan memprioritaskan langkah operasional yang memiliki ranking tertinggi, yaitu: (1) penerapan teknologi inovasi hortikultura melalui demplot, (2) sinergi antara teknologi inovasi hortikultura dengan pengalaman petani, dan (3) mengkoordinir kelompok tani dalam penetapan pola tanam. </p><p><strong>Keywords</strong></p><p>AHP; Hortikultura; Rawa; Strategi; SWOT</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>Horticulture development in swamps land is basically aimed at supporting programs to increase food production, fulfill nutritional needs and improve farmers’ welfare. The main objective of this study was to identify internal and external factors that influence the development of fruit/vegetables and formulate horticultural development strategies in swamp lands. The study was carried out in Muara Telang District, Banyuasin, South Sumatra. The data used are primary data obtained through interviews with 81 respondents and FGD with 18 stakeholders. A combined SWOT and AHP was used to analyze data. The results showed that the priority goals in the development of horticulture in swamps land are increased production and produce diversity that can be achieved through farmer empowerment strategies and the application of environmentally friendly technology. Therefore, it requires synergies between actors who have an important role in achieving these goals. The operational steps to achieve these goals in the early stages of model development are to prioritize activities that have the highest ranking, namely: (1) disseminating/applying horticultural innovation technologies through demonstration plots, (2) building synergies between horticultural innovation technology and farmer experience, and (3) coordinating farmer groups to determine cropping pattern. </p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Wilhelmus Terang Arga Sanjaya ◽  
Desak Ketut Tristiana Sukmadewi ◽  
Fahrizal Hazra ◽  
Aisamrotul Hasanah ◽  
Dwi Andreas Santosa

<p>Usaha pengendalian hama ulat grayak (Spodoptera litura) di tingkat petani masih mengandalkan pestisida sintetik. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi bakteri potensial pengendali hama ulat grayak (S. litura) dan menguji ketahanan bakteri potensial pada bahan pembawa kompos dan zeolit. Isolat tanah diisolasi dari tiga jenis sumber, yaitu sampel tanah daerah rhizosfer (padi, kelapa sawit, terung, jagung), sampel buah busuk (kakao, kelapa sawit, jambu air), dan sampel bangkai serangga (ulat api, belalang, kumbang tahi, kupu-kupu) yang diambil dari kawasan Dramaga dengan metode purposive sampling. Penelitian di laboratorium meliputi isolasi bakteri, uji patogenitas, pewarnaan gram, pengamatan morfologi koloni, uji toksisitas, uji biokimia, dan uji bahan pembawa. Berdasarkan penelitian ini didapatkan dua strain yang berpotensi sebagai agens biokontrol dengan kemampuan membunuh hama yang tinggi pada pengujian toksisitas tahap kedua, yaitu IRJ 10 (tingkat kematian 90%) dan ISU 4 (tingkat kematian 100%). Kedua isolat ini merupakan anggota genus Bacillus. Pada uji bahan pembawa kompos dan zeolit, penurunan jumlah sel bakteri pengendali hama paling tinggi adalah pada bahan pembawa zeolit dibandingkan dengan menggunakan bahan pembawa kompos. Jumlah sel bakteri pengendali hama pada masa penyimpanan 3 minggu masih di atas 108 CFU/g.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Bakteri; Bahan pembawa; Ekplorasi; Agens pengendali hama; Ulat grayak (Spodoptera litura)</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>The effort to control the Spodoptera litura at the farm level still used synthetic pesticides. This research aimed to explore potential bacteria as biological control of S. litura and do viability test of potential bacteria on compost and zeolite carrier. Soil potential bacteria had been isolated from three sources, including rhizosphere soil samples (rice, oil palm, eggplant, corn), rotten fruit samples (cocoa, oil palm, water), and insect samples (fireworms, locusts, dung beetles, butterflies) taken from Dramaga area with the purposive sampling method. Stages of laboratory study include isolation of bacterial isolates, pathogenicity tests, gram staining, colony morphology observation, toxicity test, biochemical test, and viability test. Two strains that have potential as biocontrol agents with a high ability to kill pests in the second stage of toxicity testing are IRJ 10 (90% mortality rate) and ISU 4 (100% mortality rate). Both of these isolates are members of the genus Bacillus. The highest number of viability was found in zeolite carriers. The number of bacterial cells in the three-week storage period is still above 108 CFU/g.</p>


2021 ◽  
Vol 30 (2) ◽  
pp. 115
Author(s):  
NFN Nurhidayati ◽  
Masyhuri Machfudz ◽  
Nisma Ula Shoumi Rahmawati

<p>Budidaya tanpa tanah pada dekade terakhir ini semakin berkembang seiring dengan munculnya beberapa permasalahan budidaya tanaman konvensional di lahan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh aplikasi vermikompos padat dan cair terhadap pertumbuhan, kandungan hara, dan hasil tanaman selada hijau dengan jumlah tanaman per pot yang berbeda. Penelitian ini merupakan percobaan pot di rumah plastik yang menggunakan kultur substrat campuran cocopeat, zeolit, pasir dan vermikompos sebagai sumber nutrisi. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Faktor I adalah macam aplikasi vermikompos (padat, padat+cair,dan cair) dan Faktor II adalah jumlah tanaman per pot (satu, dua, dan tiga tanaman per pot). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos padat memberikan pertumbuhan tinggi tanaman (22,73 cm), jumlah daun (8,81), dan luas daun tanaman (974,76 cm2) tertinggi. Kandungan hara tertinggi terdapat pada aplikasi vermikompos padat dengan rata-rata masing-masing sebesar N= 4,39%, P=0,77% dan K=9,07%. Penanaman tiga tanaman per pot cenderung memberikan kandungan hara terendah pada ketiga metode aplikasi vermikompos. Namun, bobot segar biomassa dan hasil ekonomis tertinggi diperoleh pada aplikasi vermikompos padat dengan tiga tanaman per pot masing-masing sebesar 122,22 g dan 111,77 g. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos padat dan tiga tanaman per pot dapat disarankan untuk budidaya tanpa tanah tanaman selada hijau.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Vermikompos; Pertumbuhan; Serapan hara; Hasil tanaman selada</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>This study was a pot experiment in a plastic house using substrates culture and vermicompost as a source of plant nutrients. The purpose of this study was to test the effect of the application of vermicompost on growth, nutrient content and yield of green lettuce with different number of plants per pot. This experiment used a factorial randomized block design. The first factor was kinds of vermicompost application. The second factor was number of plant per pot. The research results showed that the application of solid vermicompost had the highest growth and nutrient uptake in plant height (22.73 cm), number of leaves (8.81) and leaf area (974.76 cm2) as well as an average of N = 4.39%, P = 0.77% and K = 9.07%. The treatments of solid+liquid vermicompost and liquid vermicompost alone, three plants per pot tend to provide the lowest nutrient uptake. However, the highest fresh weight of biomass and marketable yield was obtained in the application of solid vermicompost with three plants per pot by 122.22g and 111.77g, respectively. These results suggest that the application of solid vermicompost and three plants per pot is recommended in soilless culture for green lettuce plants.</p>


2021 ◽  
Vol 31 (1) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Lyli Mufidah ◽  
Lizia Zamzami ◽  
Zainuri Hanif

<p>Studi pola konsumsi buah nasional sebelum dan di awal masa pandemi Covid-19 perlu dilakukan sebagai langkah awal inventarisasi ada atau tidaknya pergeseran, agar strategi dan antisipasi pembenahan dapat dirancang sejalan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan keberlanjutan pangan. Empat ratus enam puluh enam responden terlibat dalam studi ini, melalui survei yang dilaksanakan secara daring. Metode analisis deskriptif, uji tanda, dan Fishers exact test digunakan. Hasil studi mengindikasikan adanya pergeseran pola konsumsi sebelum dan pada awal masa pandemi covid-19 untuk lima atribut, yaitu (1) dana alokasi pengeluaran buah per bulan, (2) frekuensi pembelian, (3) tempat, (4) kesulitan dalam perolehan, dan (5) jenis buah nasional yang dikonsumsi. Pergeseran ini menjadi isyarat perlunya upaya peningkatan kesadaran konsumsi buah nasional untuk menjaga imunitas dan krusialnya sinergi antara produsen dan distributor akan rantai pasok yang efisien dan efektif, serta penggunaan platform digital. Pembenahan diharapkan membuat konsumen dapat menikmati buah nasional berkualitas dari rumah dengan harga yang terjangkau. Segmentasi demografis berdasarkan kelompok umur dapat menjadi pertimbangan penyedia, karena memiliki hubungan yang signifikan dengan atribut pola konsumsi kedua sampai kelima. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memotret dampak pergeseran terhadap supply dan value chain.</p><p><strong>Keywords</strong></p><p>Daring; Imunitas; Preferensi konsumen; Rantai pasok; Sinergi</p><p><strong>Abstract</strong></p><p>Studies of national fruit consumption patterns before and at the beginning of the Covid-19 pandemic period need to be carried out as an initial step for improvement to achieve food sustainability. A total of 466 respondents were involved in the survey which was conducted online. Descriptive analysis, sign test, and Fishers exact test were used. The results indicated there was a shift in consumption patterns before and at the beginning of the Covid-19 pandemic period, in terms of (1) expenditure allocation for fruit per month, (2) frequency, (3) place of purchase, (4) difficulties in procurement, and (5) types of national fruit consumed. The shift is a sign of the need for efforts to increase awareness of national fruit consumption. The synergy between producers and distributors to form an efficient and effective supply chain, and the use of digital platforms, is crucial, so that consumers can enjoy high quality national fruit from home at affordable prices. Demografic segmentation based on age group can be considered by providers, because it has a significant relationship with the second to fifth consumption pattern attributes. Further studies are needed to capture the shift impact on the supply and value chain.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document