scholarly journals Studi Preferensi Pemilihan Merek Dekanter 3 Fasa pada Pabrik Kelapa Sawit menggunakan Analytic Hierarcy Process

2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 147-158
Author(s):  
Muhammad Ansori Nasution ◽  
Meta Rivani ◽  
Arjanggi Nasution ◽  
Rizki Amalia ◽  
Ayu Wulandari ◽  
...  

Dekanter digunakan untuk memisahkan fasa minyak dari sludge underflow continuous settling tank (CST) pada unit klarifikasi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Jenis dekanter yang umum digunakan di PKS adalah dekanter 3 fasa. Tulisan ini membahas tentang preferensi pemilihan merek dekanter 3 fasa dengan menggunakan metode analisis Analytic Hierarchy Process (AHP). Sebelum dilakukan analisis AHP, koresponden ahli membuat daftar kriteria dan sub-kriteria pemilihan dekanter. Analisis AHP dilakukan tiga tahap, yaitu: i) pengelompokan kriteria, ii) penilaian perbandingan silang kriteria dan sub-kriteria oleh koresponden user, dan iii) penilaian perbandingan kriteria dan sub-kriteria terhadap merek dekanter oleh koresponden user. Analisis AHP menggunakan software Expertchoice® versi 11. Hasil analisis tahap pertama AHP berupa: i) daftar pertanyaan hubungan kriteria dan sub kriteria terhadap merek dekanter yang tersusun dalam kuesioner, dan ii) bobot nilai untuk setiap pertanyaan. Sebanyak 10 orang koresponden user diwawancara untuk menjawab pertanyaan kuisioner. Seluruh data dari kuisioner diinput ke dalam platform analisis. Hasil analisis tahap kedua AHP menunjukkan bahwa kriteria teknis menjadi preferensi utama konsumen dibandingkan kriteria ekonomi. Nilai preferensi tertinggi sub-kriteria ekonomi adalah ketersediaan spare part (KSP), nilai preferensi tertinggi sub-kriteria teknis adalah losis minyak (LM). Hasil analisis tahap ketiga AHP adalah dekanter Merek B berada pada peringkat pertama, dengan nilai preferensi ekonomi 0,148 dan teknis 0,130. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai preferensi dapat berubah jika melibatkan analisis yang kompleks antara kriteria, sub-kriteria dan merek dekanter. Hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa dekanter Merek B dan Merek E menjadi peringkat pertama preferensi, dimana Merek E berada pada rangking ketiga sebelum analisis sensitifitas.

PCI Journal ◽  
2019 ◽  
Vol 64 (4) ◽  
Author(s):  
Daniel J. Pickel ◽  
Dahlia K. Malek ◽  
Susan L. Tighe

Geotecnia ◽  
2015 ◽  
Vol 134 ◽  
pp. 21-42
Author(s):  
José Henrique Ferronato Pretto ◽  
◽  
<br>Priscila Batista ◽  
<br>Adilson Lago Leite ◽  
<br>Alessander C. Morales Kormann ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 1089
Author(s):  
Ghefra Rizkan Gaffara ◽  
Fitri Wulandari

Kota Semarang merupakan kota metropolitan yang memiliki tingkat bahaya amblesan tanah mencapai 14-19 cm/tahun pada lokasi tertentu (Abidin et al, 2010). Penyebab kritis terjadinya peningkatan amblesan tanah adalah meningkatnya kawasan terbangun secara masif di kawasan pesisir dan eksploitasi pengambilan air tanah, khususnya di Semarang Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan lahan yang terjadi pada tahun 2004 dan tahun 2013 dan untuk mengetahui indeks bahaya amblesan tanah di penggunaan lahan wilayah studi. Metodelogi yang muncul dalam penentuan land subsidence dengan sebuah konsesus melalui Analytic Hierarchy Process (AHP). Penentuan item yang digunakan mempertimbangkan adanya ancaman/bahaya, tingkat kerentanan, dan risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor termasuk penggunaan lahan menjadi penyebab amblesan tanah di wilayah studi. Persentase perubahan lahan sebesar 49,99% untuk perubahan lahan kosong menjadi lahan yang akan dibangun dan industri pergudangan. Faktor-faktor utama yang menjadi penyebab amblesan tanah berdasarkan kuesioner adalah penurunan Muka Air Tanah (MAT) dengan persentase sebesar 61% dan perubahan lahan dengan persentase sebesar 19 %. Penelitian ini menghasilkan rekomendasi baik bersifat teknis maupun non-teknis.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document