Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

120
(FIVE YEARS 45)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Riset Perkebunan Nusantara

2614-8889, 0853-196x

2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 167-175
Author(s):  
Edwin Aprianda ◽  
Gunawan Djajakirana ◽  
Darmawan Darmawan

Cordycep militaris (L) is known in oil palm plantations as a natural enemy of nettle caterpillars.  This fungus infects the caterpillars that descend down to become pupae around the palm circle, so that the pupae do not develop into imago and the pest's life cycle will be interrupted. This fungus is one of the 3 main entomopathogenic fungi used as bioinsecticides to control pests in oil palm plantations. In this study, the characteristics of C. militaris were observed from 5 oil palm plantations cultured in vitro using two types of media and two incubation methods. The results showed that there were mycelium pigmentation in nutrient-rich media Sabouraud Dextrose Agar plus Yeast extract (SDAY) when incubated with lighting.  Only one of five mycelium cultures using SDAY media showed pigmentation on the no-light incubation method. Pigmentation did not occur in nutrient-poor media such as agar (WA), either incubated with lighting or with no-light. The growth of isolates was generally higher on SDAY media than on WA media. This study showed that C. militaris is a facultative phagotrophic fungus. The highest growth of isolates cultured on SDAY media incubated with lighting was found in isolates A and C, with colony diameter 90 mm, high mycelium density (+++) and hairy texture like cotton at the end of the 3rd week after inoculation.  In the no-light incubation method, the highest growth was found in isolates B and C with colony diameter 90 mm, high mycelium density (+++) and hairy texture like cotton at the end of the 3rd week after inoculation. Isolates A and C showed high virulence potential to be used as bioinsecticides.


2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 137-146
Author(s):  
Chandra Gunawan ◽  
Alfi Asben ◽  
Tuty Anggraini ◽  
Athanasia Amanda Septevani

Selulosa mikrokristalin merupakan turunan dari selulosa atau selulosa yang dimodifikasi dalam skala mikro dengan ukuran panjang sekitar 10-200 µm yang bersifat kristalin. Batang kelapa sawit dapat digunakan sebagai salah satu alternatif produksi selulosa mikrokristalin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selulosa mikrokristalin dari batang kelapa sawit dan mengetahui karakteristik setiap tahapan perlakuannya. Diperoleh selulosa mikrokristalin dengan kandungan selulosa yang berhasil ditingkatkan dari 31,11 ± 2,01% menjadi 84,35 ± 1,04%, hal ini sesuai dengan gugus puncak serapan FTIR dan seiring dengan penurunan kandungan lignin dan hemiselulosa. Analisa XRD menunjukkan terjadinya peningkatan kristalinitas dari MCC hingga 78% setelah melalui tahapan perlakuan kimia. Hasil SEM didapatkan MCC dengan panjang dan lebar sebesar 43,2 ± 19,6 µm dan 11,4 ± 8,1 µm dan menunjukkan terjadinya pemecahan komponen kompleks pada serat Raw batang kelapa sawit yang digambarkan dengan struktur dari permukaan yang menjadi lebih halus dan berbentuk fibril yang teratur. Berdasarkan hasil penelitian ini, proses delignifikasi, pemutihan, dan hidrolisis asam secara bertahap berhasil memproduksi selulosa mikrokristalin dari batang kelapa sawit.


2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 127-136
Author(s):  
Mahardika Gama Pradana ◽  
Hari Priwiratama ◽  
Agus Eko Prasetyo ◽  
Agus Susanto

Pengendalian hama tikus di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan secara kimiawi menggunakan rodentisida atau secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami, maupun integrasi antar keduanya. Pada penelitian ini dilakukan efikasi dua jenis bahan aktif rodentisida yaitu kumatetralil dan Sarcocystis singaporensis terhadap serangan tikus pohon Rattus tiomanicus pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Percobaan dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri 3 perlakuan dan 6 blok/ulangan. Dosis perlakuan kumatetralil yaitu 1 blok per pohon sedangkan dosis perlakuan S. singaporensis yaitu 2 pelet per pohon. Aplikasi umpan rodentisida dilakukan dengan interval lima hari sekali 4 ulangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa persentase kejadian serangan tikus mengalami penurunan di seluruh blok percobaan. Kejadian serangan tikus pada blok aplikasi Kumatetralil secara nyata lebih rendah dibandingkan blok kontrol pada pengamatan 5 dan 10 hari setelah aplikasi (hsa), sedangkan pada blok aplikasi S. singaporensis hanya terlihat pada 5 hsa. Rerata laju penurunan serangan tikus selama aplikasi pada perlakuan Kumatetralil, S. singaporensis, dan kontrol adalah berturut-turut sebesar 53,80%; 38,58%; dan 21,86%. Intensitas serangan tikus pada bunga jantan sebelum aplikasi cukup tinggi yakni sebesar 31,87% - 40,64% sedangkan intensitas serangan tikus pada buah kelapa sawit hanya bekisar antara 4,85% - 7,52%. Penurunan kejadian dan intensitas serangan tikus selaras dengan penuruan umpan yang dimakan. Pada perlakuan kumatetralil umpan yang dimakan turun dari 75,02% menjadi 57,03%, sedangkan pada perlakuan S. singaporensis turun dari 61,38% menjadi 47,20%. Pada pengujian ini, nilai efikasi terbaik diperoleh pada perlakuan kumatetralil di 5 has sebesar 56,68%.


2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 159-166
Author(s):  
Retno Diah Setiowati ◽  
Yurna Yenni ◽  
Frisda Rimbun Panjaitan ◽  
Sujadi Sujadi ◽  
Mahmud Irfan Lubis ◽  
...  

An oil palm variety with high vitamin E has an added value because of its benefit as pharmaceutical and nutraceutical source. The measurement of the vitamin E content in CPO from eight varieties of oil palm is an effort to obtain high vitamin E varieties with the optimum oil yield. The varieties used in this experiment were DxP PPKS 718, DxP PPKS 239, DxP PPKS 540, DxP Yangambi, DxP Lame, DxP Avros, DxP Simalungun, and DxP Langkat, which were planted in a demonstration block, located at Kebun Adolina PTPN IV. The result showed that the average of the vitamin E from 8 varieties ranged from 477.36 ppm up to 582.78 ppm. The DxP Yangambi has the potency to be improved as the candidate of DxP variety with high vitamin E added value due to its highest vitamin E content. On the other hand, the DxP PPKS 540 is appropriate as candidate of ortets for high vitamin E clones regarding the vitamin E content; which is the highest over the whole samples


2021 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 147-158
Author(s):  
Muhammad Ansori Nasution ◽  
Meta Rivani ◽  
Arjanggi Nasution ◽  
Rizki Amalia ◽  
Ayu Wulandari ◽  
...  

Dekanter digunakan untuk memisahkan fasa minyak dari sludge underflow continuous settling tank (CST) pada unit klarifikasi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Jenis dekanter yang umum digunakan di PKS adalah dekanter 3 fasa. Tulisan ini membahas tentang preferensi pemilihan merek dekanter 3 fasa dengan menggunakan metode analisis Analytic Hierarchy Process (AHP). Sebelum dilakukan analisis AHP, koresponden ahli membuat daftar kriteria dan sub-kriteria pemilihan dekanter. Analisis AHP dilakukan tiga tahap, yaitu: i) pengelompokan kriteria, ii) penilaian perbandingan silang kriteria dan sub-kriteria oleh koresponden user, dan iii) penilaian perbandingan kriteria dan sub-kriteria terhadap merek dekanter oleh koresponden user. Analisis AHP menggunakan software Expertchoice® versi 11. Hasil analisis tahap pertama AHP berupa: i) daftar pertanyaan hubungan kriteria dan sub kriteria terhadap merek dekanter yang tersusun dalam kuesioner, dan ii) bobot nilai untuk setiap pertanyaan. Sebanyak 10 orang koresponden user diwawancara untuk menjawab pertanyaan kuisioner. Seluruh data dari kuisioner diinput ke dalam platform analisis. Hasil analisis tahap kedua AHP menunjukkan bahwa kriteria teknis menjadi preferensi utama konsumen dibandingkan kriteria ekonomi. Nilai preferensi tertinggi sub-kriteria ekonomi adalah ketersediaan spare part (KSP), nilai preferensi tertinggi sub-kriteria teknis adalah losis minyak (LM). Hasil analisis tahap ketiga AHP adalah dekanter Merek B berada pada peringkat pertama, dengan nilai preferensi ekonomi 0,148 dan teknis 0,130. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai preferensi dapat berubah jika melibatkan analisis yang kompleks antara kriteria, sub-kriteria dan merek dekanter. Hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa dekanter Merek B dan Merek E menjadi peringkat pertama preferensi, dimana Merek E berada pada rangking ketiga sebelum analisis sensitifitas.


2021 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 73-80
Author(s):  
Ernayunita Ernayunita ◽  
Sri Wening ◽  
Hernawan Y Rahmadi ◽  
Yurna Yenni ◽  
Taryono Taryono

Kelapa sawit turunan SP540T telah banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan maupun produksi komersial varietas unggul kelapa sawit. Oleh karena itu, konservasi sumber daya genetik SP540T sangat diperlukan, salah satunya melalui kultur jaringan yang dapat menghasilkan tanaman yang true to type. Media kultur jaringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi MS diantaranya media MS+110,5 mg/l 2,4-D, media MS+110,5 mg/l 2,4-D+karbon aktif, dan media MS modifikasi Protokol Kultur Jaringan PPKS sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan kalus primer dan sekunder terbaik teramati pada perlakuan MS+110,5 mg/l 2,4D+karbon aktif yaitu sebesar 13,00% dan berbeda nyata dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, media tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan maupun konservasi sumber daya genetik SP540T.


2021 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 115-126
Author(s):  
Fandi Hidayat ◽  
Rana Farrasati ◽  
Winarna

Penelitian ini dilaksanakan di lahan gambut pada Kebun Panai Jaya, PT Perkebunan Nusantara IV, Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan cara Pit Fall Trap (untuk menjebak fauna permukaan tanah), Barlese Tullgren (untuk melihat fauna tanah yang aktif di dalam tanah) dan membuat lubang (untuk mendapatkan cacing). Metode yang mendapatkan fauna terbanyak yaitu dengan cara Pit Fall Trap. Fauna tanah berkorelasi positif terhadap suhu, kadar air dan respirasi tanah, sedangkan terhadap pH dan C/N berkorelasi negatif. Hasil penelitian menunjukkan, diantara fauna tanah pada plot penelitian, diketahui bahwa jumlah fauna yang paling mendominasi adalah semut rangrang dan diikuti oleh cacing tanah. Baik fauna tanah (makrofauna dan mesofauna) dan mikroorganisme eukariotik tanah (jamur dan bakteri) ditemukan paling banyak pada areal rumpukan kebun kelapa sawit.


2021 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 81-96
Author(s):  
Sri Wening ◽  
Heri Adriwan Siregar ◽  
Edy Suprianto ◽  
Dani Setyawan ◽  
Hernawan Y Rahmadi ◽  
...  

Usaha pencarian marka DNA yang berhubungan dengan sifat yang diinginkan pada Elaeis oleifera guna introgresi sifat tersebut ke genome Elaeis guineensis memerlukan marka DNA yang polimorfik. Untuk menghasilkan marka DNA yang polimorfik dengan jumlah banyak, identifikasi SNP genom dilakukan melalui pengurutan kembali (resequencing) 12 individu contoh populasi hibrida E. guineensis x E. oleifera (hibrida OxG), yaitu E. oleifera tipe liar, F1 hibrida interspesifik, pseudo-backcross dan material maju E. guineensis, menggunakan next generation sequencing (NGS). Read (urutan basa yang “dibaca”/merupakan keluaran mesin NGS) dari 12 contoh memiliki mutu yang baik dan 96% total read yang disaring dapat dilakukan demultipleks dan ditentukan pada contoh yang sesuai. Setelah proses penyaringan dan pemotongan, 84% read dapat digunakan untuk pemetaan genom dan menghasilkan 5,7X hingga 10,42X cakupan genom. Dari 34.410.224 SNP yang teridentifikasi, 98,7% diantaranya adalah varian non-coding, dan berdasarkan lokasi, 69,1% total SNP adalah SNP intergenic. Sebanyak 5.618 SNP dari total SNP yang dihasilkan dibuktikan menggunakan targeted genotyping by sequencing pada 500 individu contoh. Sebanyak 74% SNP yang digunakan bermutu tinggi yang dibaca pada setidaknya 95% contoh. Principal component analysis menggunakan SNP tersebut mampu mengidentifikasi setiap latar belakang genetik contoh. Pembuktian tersebut menyimpulkan bahwa identifikasi SNP yang dilakukan melalui pengurutan kembali menghasilkan SNP bermutu tinggi yang dapat digunakan untuk pengembangan marka DNA yang dapat diperbantukan pada seleksi populasi pemuliaan E. guineensis x E. oleifera.


2021 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 97-114
Author(s):  
Heri Adriwan Siregar ◽  
Edy Suprianto ◽  
Sujadi Sujadi ◽  
Hernawan Y Rahmadi ◽  
Mohamad Arif ◽  
...  

The oil palm breeding program for the species Elaeis guineensis and the backcross Elaeis oleifera is running slowly because oil palm is an annual plant. Therefore, it is necessary to have an alternative approach that can accelerate the oil palm breeding program. The SNP (single nucleotide polymorphism) genome-wide approach was then used to study the association between 18 phenotypes of bunch component in oil palm germplasm of E. oleifera from Suriname and Brazil Coari, some interspecific hybrids and some elite progeny of E. guineensis. The genotyping by sequencing (GBS) analysis produced a total of 459 million or approximately 798 thousand reads per sample and 3,252 SNPs were eligible for 456 genotypes. Using various association models, eleven normalized phenotypic data showed significant associations with 29 SNPs. Based on the annotations, 17 SNPs were related to genes wtih certain biological functions. Three SNPs were found to be at the exon of a gene, namely SNP4416, SNP349 and SNP3865, while the other 15 SNPs were at the intragenic to a gene. Four SNPs are common SNPs in phenotypes C16:0 and C18:1 as weel as in C20 0 and C20:1. This research shows the potential of SNPs that can be used as an alternative approach to E. oleifera backcross breeding, although further research is needed for validation purposes.


2021 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 63-72
Author(s):  
Ghana Simatupang ◽  
Novelita Mondamina ◽  
Listiana Oktavia
Keyword(s):  
Palm Oil ◽  

Asam Lemak Bebas (ALB) merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan kualitas CPO (Crude Palm Oil). Adanya perlakuan restan dapat memberikan peningkatan yang siginifikan kadar ALB pada CPO dapat berakibat pada penurunan kualitas CPO yang berkorelasi langsung pada turunnya harga CPO. Perlakuan tambahan diperlukan guna menahan kenaikan ALB yang signifikan pada saat kondisi restan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh pemberian larutan kalsium karbonat pada buah sawit restan. Berondolan Buah sawit restan disemprot secara merata pada permukaan buah dengan larutan Kalsium karbonat (CaCO3). Konsentrasi larutan CaCO3 yang digunakan yaitu 300 g/l, 350 g/l, dan 400 g/l. Variasi waktu restan yang diterapkan adalah 18 jam, 23 jam, dan 28 jam. Kondisi berondolan buah sawit yang digunakan adalah berondolan buah sawit yang luka dan tidak luka. ALB di ekstraksi dengan metode soxhlet sedangkan nilai ALB ditentukan dengan metode titrasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan CaCO3 efektf untuk menurunkan nilai ALB pada buah sawit normal dengan konsentrasi optimum CaCO3 yang memberikan hasill penurunan FFA tertinggi adalah 400 g/l. Efektivitas penuruan ALB sebesar 39.08%, 24.29% dan 19.04% pada masing-masing waktu restan 18, 23 dan 28 jam. Penambahan CaCO3 kepada buah luka tidak efektif untuk menurunkan kadar ALB pada buah luka dengan perlakuan restan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian lanjutan guna perbaikan tahapan proses guna meningkatkan kualitas CPO.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document