scholarly journals CHARACTER EDUCATION THROUGH CORRECTIO FRATERNA (A CASE STUDY AT MIDDLE SEMINARY OF ST. YOHANES PAULUS II LABUAN

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 87-98
Author(s):  
Kristoforus Ramlino ◽  
Maria Dominika Niron

Program pendidikan di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II menekankan pada aspek sanctitas (kekudusan), Scientia (pengetahuan), Sapientia (kebijaksanaan), sanitas (kesehatan) dan Solidaritas. Untuk mencapai semua aspek tersebut, correctio fraterna menjadi salah satu program pendidikan di seminari yang khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan correctio fraterna di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo dapat menunjang pendidikan karakter seminaris. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pendekatan studi kasus tunggal. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara, observasi dan studi  dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa correctio fraterna menjadi kegiatan wajib dalam program pendidikan di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II. Kegiatan ini dilakukan dalam kelompok kecil yang beranggotakan 5-6 orang. Setiap anggota di dalam kelompok saling memberikan koreksi satu dengan yang lainnya, berkaitan dengan beberapa aspek pembinaan di seminari, seperti kerohanian, intelektual, kesehatan, kedisiplinan, kerja dan olahraga, relasi sosial, dan pelayanan. Nilai-nilai karakter peserta didik yang dapat dibangun dari kegiatan ini adalah kejujuran, tanggung jawab, kerendahan hati, keterbukaan, dan tanggung jawab. Kegiatan ini juga merupakan faktor penunjang bagi formator dalam mengukur keberhasilan peserta didik. Kajian ini menyimpulkan bahwa correctio fraterna dapat menunjang pembentukan karakter seminaris, sesuai dengan semangat kurikulum seminari dan Kurikulum 2013.  The educational program in the Minor Seminary St. Yohanes Paul II emphasizes the aspects of sanctitas (holiness), scienta (knowledge), sapientia (wisdom), sanitas (health) and solidarity. In achieving all these aspects, correctio fraterna becomes one of the typical seminary education programs. This study aims to determine how the activities related to correctio fraterna in Middle Seminary of St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, can support seminarian character education. The research method is descriptive qualitative, with a single case study approach. The techniques used in collecting data are interviews, observation and document study. The results showed that correctio fraterna became a mandatory activity in the educational program in the St. Yohanes Paul II Middle Seminary. This activity is carried out in a small group of 5-6 people. Each member in the group provides correction (criticism) with one another, relating to several aspects of coaching in the seminary, such as spirituality, intellectual, health, discipline, work and sports, social relations, and service. The character values of students that can be built from this activity are honesty, responsibility, humility, openness, and responsibility. This activity is also a supporting factor for the formator in measuring student success. This study concludes that correctio fraterna can support the formation of seminarian characters, in accordance with the spirit of the seminary curriculum and the 2013 Curriculum.    

2019 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Mulyadin Mulyadin ◽  
Amat Jaedun

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan: (1) nilai-nilai semboyan maja labo dahu dalam pendidikan karakter;  (2) implementasi semboyan maja labo dahu dalam pendidikan karakter;  (3) efektivitas implementasi semboyan maja labo dahu dalam pendidikan karakter di MTs Negeri 1 Kota Bima. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Penentuan  subjek penelitian yang dilakukan dengan teknik purposive. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif model interaktif dengan langkah-langkah: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai semboyan maja labo dahu sesuai dengan nilai-nilai dalam pendidikan karakter, yaitu: nilai religius, jujur, disiplin, mandiri, menghargai prestasi, dan cinta tanah air. (2) Implementasi semboyan maja labo dahu belum dirumuskan secara eksplisit atau dibakukan sebagai materi pelajaran. (3). Semboyan  maja labo dahu telah efektif memberikan pengetahuan moral tentang nilai-nilai semboyan maja labo dahu kepada siswa. Kata Kunci:   semboyan,  maja labo dahu,  pendidikan karakter MAJA LABO DAHU SLOGAN IN CHARACTER EDUCATION Abstract: The purpose of this research was to reveal: (1) ) the values of the maja labo dahu slogan in character education; (2)  the implementation of   maja labo dahu  slogan  in character education; (3) the effectiveness of the implementation  of maja labo dahu  slogan in character education in Public MTs 1 Bima City. This research is a qualitative descriptive research using case study approach in Public MTs 1 Bima City. Informants in this study were principals, teachers, and students of Public MTs 1 Bima City. Determination of research was subjects conducted with purposive techniques. Data were collected through observation, interviews, and documentation. The results showed that: (1) The values of maja labo dahu slogan were in accordance with the values in character education, namely: religious values, honest, disciplined, independent, appreciating achievement and loving the homeland. (2) the implementation of maja labo dahu slogan in Public MTs 1 Bima City was not formulated explicitly or standardized as subject matter. (3) The slogan maja labo dahu has effectively provided moral knowledge about the values of maja labo dahu  to learners. Keywords: Maja labo dahu slogan,,  character education


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 317-332
Author(s):  
Saridudin Saridudin ◽  
Ta'rif Ta'rif

Abstract This study aims to examine the implementation of strengthening character education in Jamaah Majelis Taklim Shirotol Mustaqim of Semarang City to respond to the implementation of PMA No. 29 of 2019 concerning Majelis Taklim. This research is qualitative research with a case study approach. Data collection is done by observation, interviews, and document searches. This study resulted in the finding that the socialization of PMA No.29 had not been carried out optimally in the city of Semarang. Majelis Taklim Shirotol Mustaqim has not yet received more in-depth information on how the PMA should be implemented, but substantively accepts what is contained in it. PMA No. 29 is urgently needed by Majelis Taklim to strengthen character education and to fortify society from radicalism and to realize a commitment to religious moderation. The effort made by Majelis Taklim is to develop character through professional-religious concepts. Professionalism is realized by congregations who have the expertise (skills) and live independently in social life. While religious character is reflected in the morality of al-karimah and understands Islam well. This study suggests that: (1) Strengthening the professional-religious character needs to be implemented more clearly in Majelis Taklim, (2) Ministry of Religion is more intense in conducting better socialization regarding the implementation of PMA No. 29 of 2019, (3) Ministry of Religion makes a more detailed technical guidance regarding the implementation of PMA No. 29.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi penguatan pendidikan karakter professional-religius pada jamaah Majelis Taklim Shirotol Mustaqim Kota Semarang dalam upaya merespons implementasi PMA No. 29 tahun 2019 tentang Majelis Taklim. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan penelusuran dokumen. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa upaya yang dilakukan Majelis Taklim Shirotol Mustaqim ialah dengan pengembangan karakter melalui konsep profesional-religius. Profesional diwujudkan dengan jamaah yang memiliki keahlian serta hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan religius tercermin dalam akhlak al-karimah serta memahami Agama Islam dengan baik. Majelis Taklim Shirotol Mustaqim belum mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang bagaimana PMA itu harus diimplementasikan, namun secara substantif menerima apa yang terkandung di dalamnya. PMA No. 29 sangat dibutuhkan oleh Majelis Taklim dalam rangka penguatan karakter jamaah untuk membentengi masyarakat dari paham radikalisme dan dalam upaya mewujudkan komitmen pada moderasi beragama. Penelitian ini menyarankan agar: (1) Penguatan karakter professional-religius perlu diimplementasikan secara lebih nyata di Majelis Taklim, (2) Kementerian Agama hendaknya lebih intens melakukan sosialisasi dengan lebih baik tentang implementasi PMA No. 29 tahun 2019, (3) Kementerian Agama hendaknya membuat Juknis yang lebih rinci terkait implementasi dari PMA No 29.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document