EDUKASI Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

506
(FIVE YEARS 76)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Puslitbang Pendidikan Agama Dan Keagamaan Balitbang Kementerian Agama Ri

2580-247x, 1693-6418

2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 286-302
Author(s):  
Nurhattati Nurhattati ◽  
Ahmad Jauhari Hamid Ripki

Abstract The lack of teacher participation in the preparation of the RKAM has an impact on the disbursement of BOS funds of Private Madrasah Ibitdaiyyah in Karawang Regency. The initial assumption is the teacher's lack of knowledge regarding the RKAM , the level of participation in determining the RKAM and the factors that influence it . The study used a survey method of data collection techniques in the form of a questionnaire in the form of an attitude scales/scaled distributed among/over 301 respondents , strengthened by documentation studies and FGDs with key informants and informants. The results showed (1) teachers ' understanding of RKAM both in the aspect of activity planning, budgeting and operation of the e-RKAM system was very low; (2)Teacher participation in determining the RKAM both in determining the vision, mission, values, goals, targets is low; (3) The lack of socialization of the RKAM, the limited opportunities given to teachers to participate, in addition, the internal factors of teachers related to age, tenure and employee status and limitations in operating the e-budget have an impact on the low participation of teachers in determining the RKAM. For this reason, it is recommended that madrasas should socialize and provide opportunities for teachers to participate in RKAM, and the government will create a teacher participation system in RKAM.   Abstrak Minimnya partisipasi guru dalam penyusunan RKAM berdampak pada pencairan dana BOS di Madrasah Ibitdaiyyah Swasta di Kabupaten Karawang. Asumsi awal adalah kurangnya pengetahuan guru terkait RKAM, tingkat partisipasi dalam penetapan RKAM dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data berupa angket dalam bentuk skala sikap yang disebar terhadap 301 responden, diperkuat dengan studi dokumentasi dan FGD dengan informan dan narasumber kunci. Hasil penelitian menunjukkan (1) Pemahaman guru terhadap RKAM baik pada aspek rencana kegiatan, penganggaran dan pengoperasian sistem e-RKAM sangat rendah; (2) Partisipasi guru dalam penetapan RKAM baik dalam penetapan visi, misi, nilai, tujuan, sasaran rendah. (3) Kurangnya sosialisasi RKAM, terbatasnya kesempatan yang diberikan pada guru untuk berpartisipasi, selain, faktor internal guru terkait usia, masa kerja dan status pegawai dan keterbatasan dalam pengoperasian e-anggaran berdampak terhadap rendahnya partisipasi guru dalam penetapan RKAM. Untuk itu direkomendasikan madrasah hendaknya mensosialisasikan dan memberi kesempatan guru untuk berpartisipasi dalam RKAM, dan pemerintah membuat sistem partisipasi guru dalam RKAM.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 317-332
Author(s):  
Saridudin Saridudin ◽  
Ta'rif Ta'rif

Abstract This study aims to examine the implementation of strengthening character education in Jamaah Majelis Taklim Shirotol Mustaqim of Semarang City to respond to the implementation of PMA No. 29 of 2019 concerning Majelis Taklim. This research is qualitative research with a case study approach. Data collection is done by observation, interviews, and document searches. This study resulted in the finding that the socialization of PMA No.29 had not been carried out optimally in the city of Semarang. Majelis Taklim Shirotol Mustaqim has not yet received more in-depth information on how the PMA should be implemented, but substantively accepts what is contained in it. PMA No. 29 is urgently needed by Majelis Taklim to strengthen character education and to fortify society from radicalism and to realize a commitment to religious moderation. The effort made by Majelis Taklim is to develop character through professional-religious concepts. Professionalism is realized by congregations who have the expertise (skills) and live independently in social life. While religious character is reflected in the morality of al-karimah and understands Islam well. This study suggests that: (1) Strengthening the professional-religious character needs to be implemented more clearly in Majelis Taklim, (2) Ministry of Religion is more intense in conducting better socialization regarding the implementation of PMA No. 29 of 2019, (3) Ministry of Religion makes a more detailed technical guidance regarding the implementation of PMA No. 29.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi penguatan pendidikan karakter professional-religius pada jamaah Majelis Taklim Shirotol Mustaqim Kota Semarang dalam upaya merespons implementasi PMA No. 29 tahun 2019 tentang Majelis Taklim. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan penelusuran dokumen. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa upaya yang dilakukan Majelis Taklim Shirotol Mustaqim ialah dengan pengembangan karakter melalui konsep profesional-religius. Profesional diwujudkan dengan jamaah yang memiliki keahlian serta hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan religius tercermin dalam akhlak al-karimah serta memahami Agama Islam dengan baik. Majelis Taklim Shirotol Mustaqim belum mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang bagaimana PMA itu harus diimplementasikan, namun secara substantif menerima apa yang terkandung di dalamnya. PMA No. 29 sangat dibutuhkan oleh Majelis Taklim dalam rangka penguatan karakter jamaah untuk membentengi masyarakat dari paham radikalisme dan dalam upaya mewujudkan komitmen pada moderasi beragama. Penelitian ini menyarankan agar: (1) Penguatan karakter professional-religius perlu diimplementasikan secara lebih nyata di Majelis Taklim, (2) Kementerian Agama hendaknya lebih intens melakukan sosialisasi dengan lebih baik tentang implementasi PMA No. 29 tahun 2019, (3) Kementerian Agama hendaknya membuat Juknis yang lebih rinci terkait implementasi dari PMA No 29.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 303-316
Author(s):  
Moh Isom ◽  
Evi Sopandi ◽  
Achmad Siswanto

Abstract Conceptual discourse and practice of religious education is considered effective as a means of internalizing character values as early as possible for the provision of children's lives in the future. This study describes the implementation of religious education in instilling character values in early childhood by using a survey method in 624 early childhood education in 33 provinces in Indonesia. The results of this study indicate that the majority of early childhood education leaders implement religious education policies in the institutions they lead with a calculated value of (93.37%). Then the implementation of religious education strengthens cognitive knowledge through material content about God by (99.84%), Prophets by (100%), holy books by (100%), houses of worship by (100%), and material content about morals by (100%) 100%). While the affective aspect of religious education includes material content about value planting (100%), planting the value of helping to help (99.84%). While the material that leads to the psychomotor aspect includes material about mutual respect (99.52%), and material about politeness (99.84%). The narrative of the survey results shows that religious education at the early childhood education level has been carried out in accordance with early childhood education standards, namely placing religious education as a means of internalizing character values through material content that strengthens the cognitive, affective and psychomotor abilities of early childhood.   Abstrak Diskursus konseptual dan praktik pendidikan agama dinilai efektif sebagai sarana internalisasi nilai karakter sedini mungkin untuk bekal hidup anak ke depan. Penelitian ini menjelaskan implementasi pendidikan agama dalam menanamkan nilai karakter pada anak usia dini dengan menggunakan metode survei di 624 lembaga pendidikan anak usia dini yang ada di 33 Provinsi di Indonesia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa mayoritas pimpinan pendidikan anak usia dini menerapkan kebijakan pendidikan keagamaan di lembaga yang dipimpinnya dengan nilai perhitungan sebesar (93,37%). Kemudian implementasi pendidikan agama cenderung memperkuat aspek kognitif melalui konten materi tentang Tuhan sebesar (99,84%), Nabi sebesar (100%), kitab suci sebesar (100%), rumah ibadah sebesar (100%), dan konten materi tentang akhlak sebesar (100%). Sedangkan pendidikan agama yang menekankan aspek afektif meliputi konten materi tentang penanaman nilai kejujuran sebesar (100%), penanaman nilai tolong menolong sebesar (99.84%). Sementara untuk materi yang mengarah ke aspek psikomotor meliputi materi tentang saling menghormati sebesar (99,52%), dan materi tentang kesopanan sebesar (99,84%). Narasi hasil survey tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama pada jenjang pendidikan anak usia dini sudah dilaksanakan sesuai dengan standar isi pendidikannya, yaitu menempatkan pendidikan agama sebagai sarana internalisasi nilai karakter melalui konten materi yang memperkuat kognitif, afektif dan psikomotorik anak usia dini.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 333-345
Author(s):  
Fathur Rohman ◽  
Kusaeri Kusaeri

Abstract One of the competencies that became the main goals in the 2013 curriculum was critical thinking. All subjects, including Islamic Religious Education (PAI), should be able to deliver students to be able to think critically. However, critical thinking skills are not given much attention to PAI learning, especially Fiqh. Likewise, in the case of valuation, there are currently not many assessment instruments specifically developed to measure the ability to think in Fiqh learning. Therefore, this article intends to design a concept for assessing critical thinking skills by adopting the critical thinking test model developed by Watson and Glaser or commonly known as the Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal (WGCTA). Two problems will be discussed in this paper, namely, how about critical thinking in Fiqh learning, and how is the concept of Critical Thinking Ability Assessment in Fiqh learning with WGCTA. The result of this paper is a sample assessment of critical thinking skills in Fiqh learning based on five indicators in the WGCTA test, namely inference, recognition of assumptions, deduction, interpretation, and evaluation of argument.   Abstrak Salah satu kompetensi yang menjadi tujuan utama dalam kurikulum 2013 adalah berpikir kritis. Semua mata pelajaran, tak terkecuali PAI, hendaknya dapat mengantarkan peserta didik untuk mampu berpikir kritis. Meski demikian, kemampuan berpikir kritis tampaknya tidak banyak menjadi perhatian dalam pembelajaran PAI, khususnya fikih. Begitu pula, dalam hal penilaian, saat ini banyak instrumen penilaian yang secara khusus dikembangkan untuk mengukur kemampuan berpikir dalam bidang fikih. Oleh karena itu, artikel ini bermaksud untuk merancang sebuah konsep penilaian kemampuan berpikir kritis dengan mengadopsi model tes critical thinking yang dikembangkan oleh Watson dan Glaser atau lazim disebut dengan Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal (WGCTA). Ada dua permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini yakni, bagaimana kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fikih, dan bagaimana penilaian kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fikih dengan WGCTA. Hasil dari tulisan ini adalah sampel penilaian kemampuan berpikir kritis dalam fikih berdasarkan lima indikator dalam tes WGCTA yaitu penarikan kesimpulan, pengenalan asumsi, deduksi, interpretasi, dan evaluasi argumen.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 268-285
Author(s):  
Farida Hanun

Abstract Research on the Implementation of Teacher Professional Education for Islamic Religious Education Teachers at UIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten aims to find out the implementation of the Teacher Certification Program through PPG in position for GPAI with a qualitative method. The results of the study concluded that: (a) the PPG program has a very large role in improving the quality of PAI teachers, (b). The input component has been well proven by the readiness of participants, quality of lecturers, facilities and infrastructure that support the PPG program, c ) . Components of the learning process of the online learning system (online) and face to face directly through workshops, Peer Teaching, and PPL. Everything went well, although not optimally, (d). The output component of the PPG implementation was from 90 students that had participated in the PPL it was recorded that 100% of students passed the performance test. Meanwhile, in the knowledge test 58 participants (64%) passed and 32 people (36%)   Abstrak Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru bagi Guru Pendidikan Agama Islam di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten bertujuan mengetahui untuk mengetahui implementsi penyelenggaraan Program Sertifikasi Guru melalui PPG dalam jabatan bagi GPAI dengan metode kualitatip. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (a) Program PPG sangat besar peranannya terhadap peningkatan kualitas guru PAI, (b) Komponen input sudah baik terbukti dengan kesiapan peserta, kualitas dosen, sarana dan prasarana yang mendukung program PPG, (c) Komponen proses pembelajaran melalui sistem pembelajaran Daring (online) dan tatap muka secara langsung melalui loka karya, Peer Teaching, dan PPL. Semua berjalan dengan baik meskipun belum maksimal, d) Komponen output dari penyelenggaraan PPG adalah dari 90 mahasiswa yang telah mengikuti PPL, tercatat 100 % mahasiswa lulus dalam uji kinerja. Sedangkan pada ujian pengetahuan peserta yang lulus adalah 58 orang (64%) dan yang tidak lulus atau harus mengulang sebanyak 32 orang (36%).


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 346-361
Author(s):  
Dewi Khairani ◽  
Muhammad Iqbal ◽  
Dede Rosyada ◽  
Zulkifli Zulkifli ◽  
Fitri Mintarsih

Abstract This study discusses the acceptance of the use of e-learning and games in learning Arabic during the COVID-19 pandemic. Arabic learning experienced considerable challenges in learning before the pandemic and now with the pandemic, this process has even greater challenges which ultimately require an Arabic language learning method that adapts to the generation, situation and condition of the people who are experiencing the COVID-19 pandemic so that learning can still be carried out with good and fun outcomes. This research through its five hypotheses which are built based on the Technology Acceptance Model (TAM) theory, shows that with the use of e-learning and games, a positive perception of convenience which then supports usefulness and ultimately affects the attitudes and behaviour of users in learning Arabic can be proven by the acceptance of the five the hypothesis. The consistent use of e-learning and games in learning, especially Arabic learning and the implementation of e-learning and games to support the curriculum are expected to improve student learning experiences for the better and also increase the actual use of both methods.   Abstrak Penelitian ini membahas tentang penerimaan penggunaan e-learning dan gim dalam pembelajaran Bahasa Arab selama Pandemi COVID-19. Pembelajaran Bahasa Arab mengalami tantangan yang cukup besar dalam pembelajaran sebelum pandemi dan sekarang dengan adanya pandemi, proses ini memiliki tantangan yang lebih besar yang akhirnya membutuhkan sebuah metode pembelajaran bahasa Arab yang menyesuaikan dengan situasi generasi, situasi dan kondisi masyarakat yang sedang mengalami pandemi COVID-19 agar pembelajaran tetap dapat dilaksanakan dengan hasil keluaran yang baik dan menyenangkan. Penelitian ini melalui kelima hipotesisnya yang dibangun berdasarkan teori Technology Acceptance Model (TAM), menunjukkan bahwa dengan penggunaan e-learning dan gim, persepsi positif tentang kemudahan yang kemudian menunjang kebermanfaatan dan akhirnya mempengaruhi sikap dan perilaku pengguna dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dibuktikan dengan penerimaan kelima hipotesis tersebut. Penggunaan e-learning dan gim secara konsisten dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Arab dan implementasi e-learning dan gim untuk mendukung kurikulum diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa menjadi lebih baik dan juga meningkatkan penggunaan keduanya secara aktual.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 253-267
Author(s):  
Suhardin Suhardin ◽  
Hayadin Hayadin ◽  
Sugiarti Sugiarti ◽  
Ani Marlina

Abstract This article aims to discuss the development of Islamic religious education materials available for parents at home. The significance of home-based materials was motivated by the paralysis of the school's function in serving the learning process, including children's religious education, when the COVID-19 outbreak hit the world. This article comes from research and development involving education stakeholders, especially teachers, supervisors, and parents. The activities in focus group discussions were carried out in three places, namely in Bandung, Serpong, and Surabaya. Awareness of the importance of minimal material for parents at home to teach and educate their children about Islam is one of the reasons why this research was conducted. The main question is, what is the minimum content of Islamic religious education that parents should teach at home. After going through a series of discussions at three workshop locations, it was concluded that the material for Islamic religious education at home should be more straightforward and complementary to the subject matter of Islamic religion at school. The materials include the creed of monotheism, aqidah (theology), which discusses Allah SWT; worship (ritual) includes prayer, fasting; muamalat, which includes the introduction of buying and selling and transactions in Islam; and morality.   Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan pengembangan materi minimal pendidikan agama Islam yang dapat digunakan oleh orang tua dan pendidik di rumah. Ini dilatarbelakangi oleh lumpuhnya fungsi sekolah dalam melayani proses pembelajaran termasuk pembelajaran pendidikan agama anak saat wabah covid-19 melanda dunia. Artikel ini berasal dari riset dan pengembangan yang melibatkan stake-holders pendidikan khususnya guru pendidikan agama Islam, pengawas pendidikan agama Islam, dan orang tua. Kegiatan pengembangan berbentuk fokus grup diskusi dilakukan pada tiga tempat yakni di kota Bandung, kota Serpong dan kota Surabaya. Kesadaran tentang pentingnya materi minimal bagi para orang tua di rumah untuk mengajar dan mendidik anaknya tentang agama Islam menjadi salah satu alasan mengapa riset ini dilakukan. Pertanyaan utamanya adalah, apa konten minimal pendidikan agama Islam yang harus diajarkan oleh orang tua di rumah. Setelah melewati serangkaian diskusi pada tiga lokasi workhop, disimpulkan bahwa materi pendidikan agama Islam di rumah mesti lebih sederhana, dan bersifat komplementer dengan materi pelajaran agama Islam di sekolah. Materi tersebut meliputi: akidah tauhid, aqidah  (teologi) yang membahas tentang Allah SWT; peribadatan (ritual) mencakup Shalat, puasa, doa-doa; muamalat yang meliputi pengenalan jual beli dan transaksi dalam Islam; dan akhlaq.


2021 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 236-252
Author(s):  
Huriyudin Huriyudin

Abstract This study aims to explain the religious paradigm of lecturers in Islamic religious education at Tirtayasa University, Banten, using a qualitative approach. The research was conducted from April to June 2021. Data collection techniques used interviews, and content analysis. The informants involved were all lecturers of Islamic religious education. This study found that there were variations in religious paradigms, educational background and scientific interests, access to sources and reading materials, as well as religious styles adopted. The book used contains an acute problem related to the problem of religious moderation. The discussion on the themes of monotheism and Islamic theology has a significant difference with the general attitude of the people of Banten and its surroundings. An important implication of the results of this study is that several themes on history, Islamic social and political thought, as well as the science of monotheism and the science of kalam need to be reviewed, enriched by references, and further enrich the sources of religious thought.   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan paradigma keagamaan dosen mata kuliah pendidikan agama Islam pada Universitas Tirtayasa Banten, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juni tahun 2021. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dan konten analisis. Informan yang terlibat adalah seluruh dosen pendidikan agama Islam. Penelitian ini menemukan adanya variasi paradigma keagamaan, latar belakang pendidikan dan minat keilmuan, akses terhadap sumber dan bahan bacaan, serta corak keagamaan yang dianut. Buku yang digunakan mengandung problem akut terkait dengan masalah moderasi beragama. Bahasan tentang tema-tema tauhid dan teologi Islam memiliki perbedaan yang signifikan dengan anutan umum masyarakat Banten dan sekitarnya. Implikasi penting dari hasil kajian ini, beberapa tema tentang sejarah, pemikiran sosial dan politik Islam, serta ilmu tauhid dan ilmu kalam perlu dilakukan peninjauan ulang, pengayaan referensi, dan lebih memperkaya nuktah-nuktah pemikiran keagamaan.


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 220-235
Author(s):  
Juju Saepudin

AbstractThe educator's producer institution is required to improve quality to be able to produce great graduates. This paper presents the research results on the readiness of the educator's producer institution at Raden Intan State Islamic Institute in preparing professional teacher candidates through the Pre-service Professional Teacher training program. This study uses a qualitative approach, using observation, in-depth interviews, and documentation studies. The inductive data analysis results obtained several conclusions: First, based on accreditation status, academic position, education level, and the ratio of lecturers and students, only three study programs have met the criteria. Second, the program for improving and developing instructional activities, partnership networks, and quality assurance has been running effectively. Third, the high interest of prospective students entering the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training IAIN Raden Intan Lampung supports preparing professional educators. Meanwhile, the student selection process that puts aside the exploration of interests and talents and applied competencies, the limitations and lack of infrastructure, and the weak socialization of policies related to Pre-service PPG are part of the many inhibiting factors LPTKs in preparing prospective professional educators.AbstrakLembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga pencetak guru dituntut untuk meningkatkan kualitas program studinya agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang kesiapan LPTK Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung dalam menyiapkan calon guru profesional melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil analisa data secara induktif didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, berdasarkan status akreditasi, jabatan akademik, jenjang pendidikan serta rasio dosen dan mahasiswa hanya tiga program studi yang sudah memenuhi kriteria. Kedua, program peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional, jaringan kemitraan dan penjaminan mutu sudah berjalan dengan efektif. Ketiga, tingginya minat calon mahasiswa memasuki Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) IAIN Raden Intan Lampung merupakan faktor pendukung sekaligus modal awal bagi LPTK dalam menyiapkan pendidik yang professional. Sedangkan, proses penjaringan mahasiswa yang mengesampingkan penggalian minat dan bakat serta kompetensi terapan, keterbatasan dan ketiadaan sarana prasarana serta lemahnya sosialisasi kebijakan terkait PPG Prajabatan menjadi bagian dari sekian banyak faktor penghambat LPTK dalam menyiapkan calon pendidik profesional. 


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 112-126
Author(s):  
Opik Abdurrahman Taufik ◽  
Husen Hasan Basri ◽  
Sumarni Sumarni

AbstractDuring the pandemic, the government issued the policy to learning from home, followed by the other policy to open face-to-face learning in the New Normal era. This study aims to determine the implementation of learning from home policy and the readiness of madrasas to conduct face-to-face learning in the New Normal era. This research was conducted using an online survey method in 2021. The results showed that 85% of madrasas carried out the learning process online, of which 86.8% were carried out through the assignment method from the teacher. In the learning process at home, only 28.7% of students were accompanied, reminded, supervised, and assisted by their parents. It means that the role of parents in learning from home is minimal. However, 86.5% provide internet access. Regarding the readiness of madrasas in face-to-face learning, 62.24% were not ready to carry out face-to-face learning. This unreadiness relates to the difficulties in fulfillment of aspects that are required for face-to-face learning.AbstrakPada masa pandemi, pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, lalu disusul dengan kebijakan untuk membuka pembelajaran tatap muka di era New normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan belajar dari rumah dan kesiapan madrasah untuk melakukan pembelajaran tatap muka di era New normal. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dalam jaringan (daring) pada tahun 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 85,0% madrasah melakukan proses pembelajaran dalam bentuk daring, di mana  86,8% dilakukan melalui metode penugasan dari guru. Dalam proses pembelajaran di rumah, hanya 28,7% siswa yang didampingi, diingatkan, diawasi, dan dibantu oleh orang tuanya. Hal ini mengindikasikan peran orang tua dalam pembelajaran dari rumah terlihat minim. Namun demikian sebesar 86,5% menyediakan akses internet. Terkait dengan kesiapan madrasah dalam pembelajaran tatap muka, dari 2040 madrasah yang disurvei sebesar 62,2% tidak siap melaksanakan pembelajaran tatap muka). Ketidaksiapan tersebut berkaitan dengan pemenuhan aspek yang menjadi syarat pembelajaran tatap muka. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document