scholarly journals ANALISIS SUPPLY CHAIN DAN VALUE CHAIN DI SUBAK PULAGAN BALI

2021 ◽  
pp. 101
Author(s):  
Ni Nyoman Reni Suasih ◽  
Putu Yudy Wijaya

Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi beras tertinggi di dunia, dan Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Meski begitu, petani ternyata belum sejahtera dan hanya sebagai price taker. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis saluran distribusi padi pasca panen di Provinsi Bali melalui supply and value chain analysis. Penelitian ini menggunakan analisis supply dan value chain, analisis efisiensi pemasaran, serta menganalisis pola hubungan petani dan perantara. Data dikumpulkan melalui teknik snowball, yang diawali oleh petani di Subak Pulagan (daerah pertanian yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem distribusi padi pasca panen di Subak Pulagan terdiri dari tiga saluran distribusi. Saluran distribusi terbaik adalah saluran distribusi ketiga, karena petani mendapatkan persentase tertinggi dari harga eceran beras, dan harga yang diterima konsumen juga paling rendah.

2016 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 359-368 ◽  
Author(s):  
MS Islam ◽  
MM Haque ◽  
MG Rabbani ◽  
S Sharmin

Shrimp is an important fisheries resource in the national economy of Bangladesh. It is considered as an exportable item and in each year it shared about 2.75% of the total export earning of Bangladesh. The present study was conducted to examine the marketing system and value chain, and marketing efficiency of shrimp marketed both in domestic and export market. For this study a total of 182 stakeholders (market intermediaries) were selected where shrimp farmers, export oriented farms, depot owners and other market participants and selling agents were included. Data were collected for the period of 2012-13. The study revealed that 80% shrimp is exported and rest 20% is consumed in the local market. Usually shrimp is exported through exporting agencies and firms. Considering all kinds of market, the average gross marketing margin and profit of shrimp in the local market were Tk 171.00/kg and Tk 134.04/kg respectively but for export market, the corresponding amounts were Tk 142.76/kg and Tk 89.51/kg respectively. Shrimp is sold both in domestic and overseas market and accordingly major supply chain and value chain were identified. Shrimp farmers and exporting agencies supply shrimp to ultimate consumers through supply chain. Actually value chain actors added value at each level of market. After processing and adding value, domestic and overseas consumers purchase 1 kg of shrimp at Tk 55.00 and Tk 142.76 respectively. Marketing efficiency was studied only for domestic market. It revealed that shorter supply channel resulted efficient marketing of shrimp where the shrimp producer received the higher percentages of sales price provided by the retailer in consumer market.J. Bangladesh Agril. Univ. 12(2): 359-368, December 2014


2014 ◽  
Vol 85 ◽  
pp. 201-211 ◽  
Author(s):  
Marimin ◽  
Muhammad Arif Darmawan ◽  
Machfud ◽  
Muhammad Panji Islam Fajar Putra ◽  
Bangkit Wiguna

2014 ◽  
Vol 2014 ◽  
pp. 1-14 ◽  
Author(s):  
Natalie M. Hughes ◽  
Chander Shahi ◽  
Reino Pulkki

We reviewed 153 peer-reviewed sources to provide identification of modern supply chain management techniques and exploration of supply chain modeling, to offer decision support to managers. Ultimately, the review is intended to assist member-companies of supply chains, mainly producers, improve their current management approaches, by directing them to studies that may be suitable for direct application to their supply chains and value chains for improved efficiency and profitability. We found that information on supply chain management and modeling techniques in general is available. However, few Canadian-based published studies exist regarding a demand-driven modeling approach to value/supply chain management for wood pellet production. Only three papers were found specifically on wood pellet value chain analysis. We propose that more studies should be carried out on the value chain of wood pellet manufacturing, as well as demand-driven management and modeling approaches with improved demand forecasting methods.


Author(s):  
David H. Taylor

The chapter also gives a more general consideration to the potential of value chain analysis concepts and techniques to the measurement, evaluation, and improvement of humanitarian supply chain operations in locations and scenarios beyond that described in the current case study.


2017 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 445-454 ◽  
Author(s):  
Juliet Willetts ◽  
Anna Gero ◽  
Akhmad Akbar Susamto ◽  
Ryan Sanjaya ◽  
Thanh Doan Trieu ◽  
...  

This study examined the sanitation hardware supply chain in rural, low density settings in Indonesia and Vietnam. Actual costs along the chains were investigated to understand the challenges and opportunities to support affordable sanitation in remote, rural locations. Data were collected from four remote districts in Indonesia and Vietnam through a systematic value-chain analysis comprising 378 interviews across households and supply chain actors and both quantitative and qualitative analysis. Three main findings are presented. Firstly, poor households, often located in remote areas and with lower sanitation access, often experienced higher costs to build durable latrines than households in accessible areas or district capitals. Second, locally sourced materials (sand, bricks or gravel) had a greater influence on price than externally sourced materials (cement, steel and toilet pans), even accounting for cost increases of these materials along the supply chain. Thirdly, transport and labour costs represented considerable proportions of the overall cost to build a toilet. These findings highlighted logistical and financial barriers to poor, remote households in accessing sanitation. Findings can inform strategies to improve the availability and affordability of sanitation products and services, in particular key issues that need to be addressed through government and non-government pro-poor market-based interventions.


Jurnal PASTI ◽  
2020 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 338
Author(s):  
Hendri Hendri

Riset ini bertujuan untuk membuat Suplai Chain Management, mengetahui kondisi internal menggunakan value chain dan usulan perbaikan industri Pelumas. Rantai Pasokan (Supply Chain)  mencakup semua kegiatan yang terkait dengan aliran dan transformasi barang dan jasa dari tahap bahan baku (raw materials) ke pengguna akhir (pelanggan). Sedangkan Value chain adalah rantai nilai yang  yang digunakan untuk mengetahui kondisi internal perusahaan. Pelumas dan Pelumas (lubricant) adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang sangat diperlukan untuk semua bagian mesin yang bergerak di antara dua benda atau lebih untuk mengurangi gaya gesek, agar bagian yang sangat penting dapat berfungsi dengan baik dan tahan lama. Metode analisis yang digunakan adalah  supply chain management.dan value chain analisis. Adapun hasil penelitian ini adalah diketahui Suplai Chain Management Pelumas terdiri dari dua macam suplly chain, yakni: Suplly  Chain pelumas produk lokal 60% dan Suplly Chain pelumas import 40%. Untuk .bahan baku base oil sebagian bersumber dari local dan sebagian import sedangkan bahan baku additive bersumber dari import. Diketahui kondisi aktivitas pokok industri pelumas untuk tiga perusahaan yang diobservasi value chain, yakni PT.Pertamina Lubricants, PT. Idemitsu Lube Techno Indonesia dan  PT. Federal Karyatama dengan Inbound Logistic: Tiga perusahaan yang diteliti masih menggunakan metoda metoda yang sudah baik dengan menggunakan salah satu sistem otomatis (automated warehouse) atau  menggunakan informasi teknologi (IT). Operations: dua perusahaan sudah menggunakan mesin sebagian telah dikendaliakan dengan komputer (otomatis) dan sebagain semi otomatis. dan satu perusahaan menggunakan mesin semi otomatis Outbound Logistics, Tiga perusahaan yang diteliti aktivitas proses penyaluran produksi digudang telah melalui jalur distribusi dengan baik sehingga berjalan dengan cepat. Usulan perbaikan untuk Inbound Logistic:dapat ditingkatkan dengan menerapkan otomatis (automated warehouse) dan sistem just-in-time (JIT). Usulan perbaikan untuk Operations: dapat ditingkatkan dengan menggunakan mesin semi otomatis atau menggunakan otomatisasi penuh (mesin-mesin dikendalikan komputer, hingga kerja mesin lebih cepat, lebih akurat, dan lebih fleksibel). Usulan perbaikan untuk Outbound Logistics, dapat ditingkatkan dengan menggunakan proses order yang otomatis (automated order processing) menggunakan jaringan IT melalui jalur distribusi yang sudah ada.


2016 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 165
Author(s):  
Maharani Yulisti ◽  
Hertria Maharani Putri

Pengembangan budidaya patin pasupati didorong oleh besarnya permintaan daging patinberwarna putih. Patin produksi Indonesia seperti patin siam dengan daging berwarna merah kurangdisukai di pasar Internasional, untuk itu diperlukan pengembangan patin pasupati yang memiliki dagingberwarna putih. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari supply chain patin Pasupati yang telahdikembangkan di Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan analisis supplydan value chain. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder melalui studi literatur dansurvei terhadap pembudidaya, pedagang serta informan kunci seperti peneliti dan pejabat dinas terkait.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kuantitatif. Berdasarkan hasilanalisis, perbandingan rantai nilai patin pasupati dan patin siam dari pembudidaya dengan luasan lahansebesar 530 m2 ke pabrik fillet ikan ditunjukkan oleh nilai keuntungan yang diterima oleh pembudidayapatin siam lebih tinggi dibandingkan dengan pembudidaya patin pasupati. Sementara itu pada simpulpedagang pengumpul ke pabrik fillet ikan, patin pasupati lebih menguntungkan dibandingkan patin siam.Hal ini terjadi karena patin pasupati mempunyai harga relatif lebih tinggi dibandingkan denan hargapatin siam. Beberapa strategi pengembangan Patin di Tulungagung adalah: 1) penetapan kawasansentra patin pasupati di Tulungagung, 2) mengoptimalkan fasilitas Balai Bemih Ikan (BBI) denganBalai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi untuk produksi benih patin, 3) penguatan teknologibudidaya patin pasupati berdasarkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), 4) penguatan kapasitasSDM untuk pengolahan limbah patin, 5) membuka kembali pabrik pakan mandiri berbasis masyakaratdengan pemanfaatan limbah patin itu sendiri, serta 6) market intelligence untuk penetapan harga,sehingga usaha patin pasupati di pembudidaya tidak kalah dibandingkan dengan patin siam.Title: Supply Chain Analysis for Pangasius Pasupati AquacultureDevelopment at Tulungagung, East JavaAquaculture development of Pangasius sp. were driven by high demand of white meat ofpangasius. Indonesian Pangasius production such as Siamese conjoined with red meat is less preferredin the International market, it is necessary for the development of Pangasius aquaculture which haswhite meat. This research aimed to analyzed supply chain of Pasupati catfish that has been developedin Tulungagung. The method used is supply and value chain analysis approached. Data collected wereprimary and secondary data through literature studies and surveys of fish farmer , traders and keyinformants such as researchers and officers of relevant agencies . Data analysis in this research weredescriptive and quantitative. Based on the analysis, comparison of pasupati and siamese pangasiusvalue chain from farmers with land area of 530 m2 to fish fillet factory indicated that Siamese catfishfarmers gain more than pasupati catfish farmer. The value chain comparison of Pasupati and Siamesepangasius trading conjoined from the traders to the fillet factories is that Pasupati gained more profit ofselling. It happened because the price of Pasupati is better in fillet factories. Some development strategiesin Pangasius Development are: 1) Establishing The regional center of Pangasius at Tulungagung,2 ) Optimizing the facility of Fish Breeding Center owned the Agency with Sukamandi Fish Breeding Research Center (Marine and Fisheries Research and Development Agency) for seed production ofPangasius, 3) Strengthening the Pasupati aquaculture technology based on Standard of Aquaculture, 4)Strengthening the human resource capacity for pangasius waste treatment, 5) Reopen the independentfeed mills based on society with the raw material from the pangasius waste, and 6) Market intelligencefor pricing, untill the Pasupati business at farmers are not less than Siamese pangasius.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document