Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

165
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 1)

Published By Agency For Marine And Fisheries Research And Development

2527-3280, 2089-6980

2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Umi Muawanah ◽  
Nendah Kurniasari ◽  
Permana Ari Soejarwo ◽  
Christina Yuliaty

Sejak 2018 pemerintah Kabupaten Sorong telah melakukan pengembangan pariwisata bahari berbasis budaya bahari di Malaumkarta. Pengembangan pariwisata merupakan prioritas pembangunan ekonomi di Kabupaten Sorong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan minat pemangku kepentingan serta evaluasi dukungan terhadap peraturan di tingkat nasional dan lokal dalam pengembangan wisata bahari berbasis budaya bahari di Malaumkarta dengan mengunakan analisis hierarki proses (AHP) dan analisis konten. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019 di Kabupaten Sorong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan wisata bahari di Malaumkarta merupakan bentuk partisipasi bersama dari pemerintah daerah dan masyarakat lokal diantaranya Dinas Pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum, Loka Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Laut, Dinas Kelautan dan Perikanan, Bappeda Kabupaten Sorong serta Dewan “Adat” dan Lembaga Adat. Selain itu juga didukung penuh oleh dua peraturan daerah sangat mendukung wisata bahari yaitu Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sorong No. 10 Tahun 2017 tentang acknowledgement dan perlindungan tradisi serta Keputusan Bupati No. 7 Tahun 2017 tentang hukum tradisional, kearifan lokal dalam pengelolaan dan konservasi sumber daya laut di Malaumkarta, Kabupaten Sorong. Penelitian ini menunjukkan bahwa stakeholder utama, stakeholder kunci dan stakeholder pendukung harus melakukan langkah-langkah strategis untuk peningkatan sinergitas peran yaitu dengan peningkatkan koordinasi antar SKPD, pembangunan fasilitas umum di lokasi wisata serta memberikan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat lokal untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam mendukung pengembangan wisata bahari berbasis budaya bahari.Title: Role, Stakeholder Interest and Policy Support in the Development of A Marine Cultural Tourism in Malaumkarta, Sorong RegencyThe Development of marine tourism and maritime culture based tourism in Malaumkarta, Sorong was streghthened since 2018. Marine tourism has been a priority economic development in Sorong. This study aims to understand the role and interest from many Stakeholders in the further development of ecotourism in Sorong and to evaluate the support of laws and regulations in enhancing the ecotourism in Malaumkarta at national level and local level using Analysis of Hierarchy Proces (AHP). The research was carried out in May 2019 in the District of Sorong. The research shows that governance of marine tourism based on maritime culture in Malaumkarta is co-management tourism with strong supports from local government and local communities such as Office of Tourisme, office of Fisheries, Local Planning Bereu, and “Adat” council, and Village Adat Leaders. Two local regulation strongly support the marine tourism namely Peraturan Daerah (Perda) District of Sorong No. 10 year 2017 on Acknowledgement and Protection of Tradition and Bupati Decree No. 7 year 2017 on traditional laws and local wisdom in management and conservation of marine resources in Malaumkarta, District of Sorong. The study shows that main stakeholders, key stakeholders and supporting stakeholders need to have strategic programs and initiatives and to increase the roles sinergity among local government offices (SKPD), development of public faciltiy in tourism sites and provision of training and site assistance to local communiites enhanching their skills and knowledge in supporting the development of marine tourism based on maritime culture.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Tenny Apriliani ◽  
Rismutia Hayu Deswati

Impor ikan salmon-trout semakin meningkat seiring bervariasinya menu masakan Jepang di Indonesia pada sejumlah hotel, restoran dan katering. Pengendalian impor terhadap komoditas harus dilakukan sebagai upaya mengurangi defisit neraca perdagangan. Pengendalian impor ikan salmon-trout sangat penting dilakukan karena merupakan produk pesaing ikan lokal dan berpotensi menurunkan permintaan terhadap ikan lokal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pengendalian impor ikan salmon-trout terutama untuk konsumsi hotel, restoran, katering, pasar modern (Horekapasmod) dan industri pengolahan ikan (re-ekspor). Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Data primer berasal dari wawancara dan diskusi dengan pemangku kepentingan impor salmon-trout pada bulan bulan Maret hingga September 2019 di DKI Jakarta dan Jawa Timur sebagai pintu masuk impor utama ikan salmon-trout. Data sekunder juga dikumpulkan dari berbagai institusi seperti BPS dan berbagai hasil penelitian beberapa perguruan tinggi. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analysis hierarchy process (AHP) untuk merumuskan strategi pengendalian impor salmon-trout. Strategi pengendalian impor salmon-trout berdasarkan hasil analisis disusun berdasarkan prioritas. Prioritas pertama dengan bobot nilai 0,413 adalah sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang jenis ikan yang memiliki kandungan gizi sama dengan salmon-trout. Prioritas kedua adalah peningkatan ketersediaan dan perbaikan kualitas ikan lokal yang potensial mensubstitusi salmon-trout dengan bobot 0.363. Prioritas ketiga adalah mengikuti kerjasama perdagangan internasional untuk ekspansi pasar ekspor khususnya untuk fillet salmon-trout dengan bobot sebesar 0,224. Pelaksanaan strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ikan lokal yang asupan gizinya tidak kalah dengan salmon-trout sehingga alokasi impor dalam negeri dapat dikurangi secara bertahap.Title: Salmon-Trout Import Control Strategies for Domestic Market ConsumptionSalmon-trout imports has increased along with the growth of hotels, restaurants and restaurants with Japanese cuisine in Indonesia. Control of imports of commodities must be done as an effort to reduce the trade balance deficit. Import control of salmon-trout is very important because it is a local fish competitor and has the potential to reduce demand for local fish. Therefore, this study aims to formulate a salmon-trout import control strategy especially for hotels, restaurants, catering, retails and processing industry (re-export) consumption. Primary and secondary data were used in this study, primary data derived from interviews and discussions with salmon-trout importer stakeholders in March to September 2019 in DKI Jakarta and East Java as the main entry point for salmon-trout import. Secondary data was also collected and from various institutions such as BPS and various research results from several universities. The data collected then analyzed using the hierarchical process analysis (AHP) method to formulate salmon-trout import control strategies. Salmon-trout import control strategies based on the results of the analysis are arranged according to priority. The first priority with a weight value of 0.413 is socialization and education to the public about the types of fish that have the same nutritional content as Salmon-Trout. The second priority is increasing availability and improving the quality of local fish which has the potential to substitute Salmon-Trout with a weight of 0.363. The third priority is to participate in international trade cooperation for the expansion of export markets specifically for salmon-trout fillets with a weight of 0.224. The implementation of this strategy is expected to increase the consumption of local fish which are nutritionally inferior to salmon-trout so that the allocation of imports is gradually reduced.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Yeyen Mardyani ◽  
Tahmat Kurnia ◽  
Luky Adrianto

Pengelolaan perikanan skala kecil di Kabupaten Bangka pada beberapa kurun waktu terakhir menunjukkan produktivitas yang semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan ruang laut yang tidak hanya dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan, tetapi juga sebagai wilayah eksploitasi penambangan laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pemanfaatan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder; analisis bioekonomi digunakan pada ketiga zona daerah penangkapan ikan (DPI) dengan memisahkan sumberdaya ikan pelagis dan demersal untuk melihat status pemanfaatan perikanan pada masing-masing zona. Ketiga zona daerah penangkapan ikan didasarkan pada kondisi eksisting menurut RZWP3K Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: Zona A (DPI dengan IUP), Zona A1 (DPI dengan IUP tanpa kegiatan), dan Zona B (DPI tanpa IUP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perikanan pelagis Zona A cenderung economical overfishing; sedangkan perikanan demersal sudah menunjukkan kondisi economical overfishing; Zona A1 berada pada kondisi underfishing; serta Zona B berada pada kondisi underfishing. Pemanfaatan perikanan Zona A dan A1 tidak mencapai 50% TAC; sedangkan pada Zona B hanya 15% TAC. Agar pemanfaatan perikanan baik pelagis ataupun demersal dapat berkelanjutan baik secara ekologi maupun ekonomi, pengelolaan perikanan skala kecil di perairan Kabupaten Bangka perlu dilakukan pengelolaan input pada upaya tangkap yang berbeda-beda pada tiap zona serta pengelolaan ekologi dan ekosistem.Title: Management of Small-Scale Fisheries in The Coastal Waters of Bangka Regency with Bioeconomic ApproachManagement of small-scale fisheries in Bangka Regency has recently shown decreased productivity. This is caused by the management of marine area which is not only used as a fishing ground, but also as an area of exploitation for off-shore mining. Based on these conditions, this study aims to determine the level of utilization of small-scale fisheries in the waters of Bangka Regency. This research uses primary and secondary data; bio-economic analysis was carried out in the three fishing ground zones by separating pelagic and demersal fish resources to see the utilization status of each zone. The three fishing ground zones are based on the existing fishing ground conditions according to RZWP3K Bangka Belitung Islands Province, namely: Zone A (fishing ground with IUP), Zone A1 (fishing ground with IUP without activities), and Zone B (fishing ground without IUP). The results showed that Pelagic Zone A fisheries tend to be economical, whereas demersal fisheries have shown economical overfishing; Zone A1 is under fishing; Zone B is under fishing. The utilization of fisheries in Zone A and A1 does not reach 50% TAC, while in Zone B it is only 15% TAC. For the utilization of pelagic and demersal fisheries to be sustainable both ecologically and economically, the management of small-scale fisheries in Bangka Regency waters needs to carry out input management for different fishing efforts in each zone as well as ecological and ecosystem management.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Kastana Sapanli ◽  
Tridoyo Kusumastanto ◽  
Sugeng Budiharsono ◽  
Agus Sadelie

Amanat UU 32 tahun 2014 tentang Kelautan salah satunya percepatan dan penguatan ekonomi nasional dari potensi kelautan yang ada. Penelitian ini mengkaji kontribusi PDB ekonomi kelautan; dampak pengembangan ekonomi kelautan; dan implikasi kebijakan pengembangan ekonomi kelautan. Metode penelitian menggunakan analisis data sekunder. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2010-2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan model I-O (Input-Output) yang diupdate ke tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase produk kelautan terhadap PDB terus meningkat mencapai 28.01 % pada tahun 2015. Berdasarkan kajian terhadap dampak ekonomi yang dihasilkan, perlu diprioritaskan pengembangan ekonomi kelautan pada tiga sektor yaitu: industri kelautan, perikanan dan pariwisata bahari. Prinsip kebijakan pengembangan ekonomi kelautan harus inovatif dan berkelanjutan yang bertumpu pada peningkatan daya saing, modernisasi sistem produksi, penguatan kapasitas pelaku industri dan berbasis komoditas.Title: Dynamics and Policies of Indonesia’s Ocean Economic DevelopmentLaw number 32 of 2014 about The Sea mandates the national economic acceleration and empowerment from the potential of marine. This research examined the contribution of the ocean economy to GDP, impact of ocean economic development, and policy implication of ocean economic development. The research used secondary data analysis method. It used secondary data of 2010-2015 that were collected from Statistics Indonesia. Data were analyzed with quantitative descriptive method with I-O model (input-output), that were updated to 2015. The results showed that the percentage of marine products contribution to GDP increased to 28.01% in 2015. Based on the analysis of economic impact, it is necessary to prioritize the ocean economic development on three sectors: marine industry, fisheries, and marine tourism. The ocean economic development policies must be innovative, sustainable, increasing competitiveness, modernizing production systems, and strengthening the capacity of industrial and commodity-based players.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 169
Author(s):  
Iin Sulis Setyowati ◽  
Arif Satria ◽  
Titik Sumarti ◽  
Rilus A Kinseng

Kehidupan sosial nelayan di Kecamatan Paciran bersifat terbuka dan memungkinkan terjadinya mobilitas sosial secara vertikal dan horizontal serta relasi sosial yang terjalin antar nelayan. Mobilitas sosial ini terjadi karena adanya perbedaan modal produksi yang dimiliki oleh nelayan seperti armada dan jenis alat tangkap serta pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses mobilitas sosial vertikal dan horizontal nelayan di Kecamatan Paciran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer dan sekunder diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi dan Focus Grup Discussion (FGD). Analisis diskriptif tabulatif digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, hal yang mendorong nelayan Paciran melakukan mobilitas sosial vertikal keatas yakni karena adanya kemampuan secara finansial (modal) yang didapat dari meminjam kepada patron atau mendapatkan warisan, memiliki keterampilan dan pengetahuan sebagai nelayan serta juga didukung dari segi pendidikan. Sedangkan dalam beberapa kasus ditemui, nelayan mengalami mobilitas sosial vertikal menurun dikarenakan nelayan tersebut mengalami kerugian yang berulang kali dalam hal penangkapan, sehingga tidak memiliki cukup modal untuk melakukan aktivitas penangkapan kembali serta dililit hutang.Title: Social Mobility Process of Fishers in The Paciran Sub Regency (Case Study of Fishers Community in The Paciran Sub Regency, Lamongan Regency)The fishers in Paciran District have an open social life allowing for vertical and horizontal social mobility and social relations that exist between the fishers. This social mobility occurs due to variations in production capital such as fishing fleet, types of fishing gear and income. This study aimed to examine the vertical and horizontal social mobility processes of the fishers in Paciran District. This research used a qualitative method with a study approach. The primary and secondary data were collected through in-depth interviews, observations, documentation and Focus Group Discussion (FGD). Discriptive and tabulatif analysis methods were use in this study. The results showed that upward vertical social mobility impelled by the financial capabilities (capital) which are gained from patron loan or inheritance, good skills and knowledge as a fisher, and education. Meanwhile, some cases showed a downward vertical social mobility due to multiple losses in fishing activities that imposed the fishers to a condition of heavily indebted and lack of capital for more fishing activities.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Suci Asrina Ikhsan ◽  
Muhammad Nur Arkham

Perikanan skala kecil sangat penting di negara berkembang, dimana ketergantungan pada sumber daya pesisir sangat tinggi dan dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah adanya kebutuhan pangan yang sangat penting namun belum tereskplorasinya perikanan tangkap untuk daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan pemanfaatan sumber daya perikanan skala kecil di Kepulauan Kangean. Penelitian ini berlokasi di Kepulauan Kangean, tepatnya di Kecamatan Raas. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan pengarsipan data pendukung. Analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menyebutkan bahwa karakteristik perikanan tangkap yang ada di pulau-pulau di Kecamatan Raas adalah nelayan skala kecil. Nelayan skala kecil yang ada di lokasi penelitian melakukan aktivitas penangkapan hanya di sekitar pantai dan tidak jauh dari pantai. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan kecil di lokasi penelitian adalah pancing tonda, pancing gurita, gillnet, pancing ulur, dan bubu lipat. Armada penangkapan yang digunakan adalah kapal tanpa motor (sampan) sebanyak 62% dan kapal motor dengan kapasitas <5GT sebanyak 30%. Musim penangkapan nelayan kecil ini sangat dipengaruhi oleh musim dan kondisi ekosistem perairan disekitar.Title: Characteristics of Capture Fisheries In the Kangean Islands of Sumenep, Regency MaduraSmall-scale fisheries play an important role in developing countries where they highly depend on coastal resources. Moreover, small-scale fisheries make a significant contribution to food security and income enhancement. The problem occurs when the capture fisheries have not been explored in this area while there are a significant needs of food. The purpose of this research was to analyze the characteristics and utilization of small-scale fisheries resources in the Kangean Islands. The location of the research was in District of Raas, Kangean Islands. Data were collected from interviews, observation, and supporting data archives. The study used qualitative descriptive analysis. The results of this study identified that the characteristics of capture fisheries in the District of Raas, Kangean Islands, are small-scale fishers. The fishing activities of those small-scale fishers are conducted around the beach. They use trolling, octopus fishing rod, gillnet, fishing line, and folding traps. The fishing fleet used by the small-scale fishers are mostly non-motorized boats (canoe) as much as 62% and motorboats with capacities <5GT as much as 30%. The fishing season of these small-scale fishers is highly influenced by the season and condition of the surrounding aquatic ecosystem.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 131
Author(s):  
Estu Sri Luhur ◽  
Asnawi Asnawi ◽  
Freshty Yulia Arthatiani ◽  
Siti Hajar Suryawati

Kepiting/rajungan merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang terus meningkat permintaannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis permintaan ekspor kepiting/rajungan olahan Indonesia ke Amerika Serikat sebagai pasar tujuan utama. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat, volume produksi kepiting/rajungan di dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Data tersebut diperoleh dari UN-Comtrade, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis data yang digunakan adalah ekonometrika dinamis dengan pendekatan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh terhadap permintaan ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat pada jangka pendek adalah harga ekspor dan volume produksi di dalam negeri dengan nilai koefisien masing-masing sebesar -0.7818 dan 0.5270. Pada jangka panjang, variabel yang berpengaruh adalah harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dengan nilai koefisien sebesar - 0.7938. Upaya peningkatan volume ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilakukan dengan kebijakan melalui usaha nelayan dan perbaikan mekanisme rantai pasok (foodchains) yang berdampak menurunkan harga ekspor kepiting/rajungan Indonesia ke Amerika Serikat dan perbaikan kualitas produksi kepiting/rajungan di Indonesia. Selain itu, seiring dengan meningkatnya permintaan kepiting/rajungan di Amerika Serikat dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kepiting/rajungan ke Amerika Serikat.Title: Determinants of Demand for Indonesian Export of Processed Crabs to the United States: An Error Correction Model ApproachCrab is one of fishery export commodity that has continuing increase in demand. This study aimed to analyze demand for Indonesian processed crab exports to the United States as the main destination market. Data used are secondary data, namely data on export price of Indonesian crabs to the United States, the volume of domestic crab production, and exchange rate of the rupiah against the US dollar. Data was obtained from UN-Comtrade, Ministry of Marine Affairs and Fisheries (KKP), and Central Statistics Agency (BPS). Data were analyzed using dynamic econometrics method with the Error Correction Model (ECM) approach. Variables of the study are export price of Indonesian crab to the United States, production volume of crab in Indonesia, and exchange rate of rupiah against United States dollar. The results showed that export prices and domestic production volume are variables influencing demand for Indonesian crab exports to the United States in the short term with coefficient value of -0.7818 and 0.5270 respectively. In the long term, the influencing variables is domestic production volume with coefficient value of 0.7938. Export volume to the United States could be increased through policy on fishing effort and supply chain mechanism improvement that resulted in the decrease of export prices and improved quality of the crabs. In addition, the increasing number of crab demand in the United States provides opportunities for Indonesia to increase crab exports to the United States.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Dwi Rosalina

Kajian ini merupakan analisa pengembangan strategi perikanan pelagis di Kabupaten Banyuasin. Kajian ini bertujuan untuk (i) menentukan teknologi penangkapan ikan pelagis yang efektif, efisien dan berkelanjutan berdasarkan aspek biologi, teknis, sosial, ekonomi, dan keramahan lingkungan; (ii) menentukan alokasi jumlah unit penangkapan ikan pelagis yang optimum; dan (iii) menentukan strategi pengembangan alat tangkap ikan pelagis. Kajian ini menggunakan metode pemeringkatan (scoring), analisa optimum, analisa finansial usaha serta analisa SWOT. Hasil kajian menunjukkan bahwa rawai hanyut merupakan teknologi penangkapan ikan yang relatif lebih efektif, efisien dan berkelanjutan daripada alat tangkap jaring insang hanyut dan bagan tancap. Alokasi unit penangkapan rawai hanyut yang direkomendasikan sebanyak 51 unit. Hasil analisis kelayakan usaha alat tangkap rawai hanyut di Kabupaten Banyuasin menunjukkan keuntungan Rp. 18.767.666, nilai NPV Rp. 55.855.075, Net B/C sebesar 2,22 dan nilai BEP untuk nilai produksi per tahun Rp. 39.055.258 dan volume produksi per tahun 23.669 kg, nilai ROI 41 %, nilai IRR 48 %. Strategi pengembangan alat tangkap pelagis kecil di Kabupaten Banyuasin yangdisarankan adalah (i) optimalisasi usaha perikanan pelagis; (ii) pengembangan usaha perikanan pelagis di jalur 6 – 10 mil laut; (iii) peningkatan manajemen usaha perikanan pelagis; (iv) peningkatan skala usaha armada penangkapan ikan pelagis; dan (v) pembenahan fasilitas sarana dan prasarana perikanan.Title: Analysis of Strategy for Pelagic Fishery Development in the Banyuasin Regency of South Sumatera Province This research is an analysis strategy for pelagic fishery development in the Banyuasin Regency of South Sumatera Province. The objectives of the research (i) to determine more effective, efficient and sustainable fishing technology for pelagic fish based on biological, technical, social, economic and environment aspects; (ii) to assess optimum allocation for pelagic fish catching unit; and (iii) to determine development strategy of pelagic fisheries. This research used scoring method, optimum allocation, financial and SWOT analysis. This research results indicated that drift long-line fishing technology is more effective, efficient and sustainable than drift gillnet and lift-net. Suggested numbers of optimum allocation of fishing unit consist of 51 unit drift long-line. Output of feasibility analysis of drift long-line fishery indicated profit of IDR 18,767,666, NPV value was IDR 55,855,075, Net B/C was 2.22, the BEP value was IDR 39,055,258 that equal to production 23,669 kg, the ROI and IRR value were 41% and 48. This research suggested following development strategies of pelagic fisheries in Banyuasin Regency namely (i) optimization of drift long-line for pelagic fishery, (ii) focussing development pelagic fish fishery in 6-12 mile zone; (iii) increasing management effort of fisheries business; (4) revitalization of fisheries infrastructures and facilities; and (v) empowering scale of fishing fleet and its technology.


Author(s):  
Sonny Koeshendrajana ◽  
Tenny Apriliani ◽  
Maulana Firdaus ◽  
Zahri Nasution ◽  
Amula Nurfiarin

Penebaran ikan bandeng merupakan salah satu opsi pengelolaan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas perairan yang semakin menurun di Waduk Jatiluhur. Penebaran ikan bandeng ke perairan waduk Jatiluhur secara sistematis telah dilakukan sejak tahun 2008, namun demikian, manfaat yang dapat dirasakan belum banyak mendapat perhatian. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi secara sosial ekonomi dampak penebaran ikan bandeng di perairan Waduk Jatiluhur sebagai basis pengembangan di masa mendatang telah dilakukan. Penelitian di lapang menunjukkan bahwa penebaran bandeng memberikan dampak bagi kualitas sumberdaya perairan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka beberapa rumusan kebijakan yang perlu ditindak lanjuti adalah: (i) mengkaji dampak penebaran ikan bandeng terhadap pertumbuhan ikan budidaya dalam karamba; (ii) melakukan ujicoba penebaran dengan jenis ikan lainnya yang mampu bereproduksi secara alamiah di perairan waduk dan tidak menganggu kestabilan dinamika populasi ikan; (iii) penguatan kelembagaan penebaran ikan, serta; (iv) melakukan sosialisasi lebih intensif mengenai perlunya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya perairan.Title: Introducing Milkfish in the Jatiluhur Reservoir: Analysis of Impacts and Policies Development.Introducing milkfish is considered one of management options to improve water quality in the Jatiluhur reservoir. This activity has been systematically carried out since 2008; however, tangible benefits from this activity are less coverage. This research aimed to evaluate socio-economic impacts of milkfish stocking in the Jatiluhur reservoir that can be used as a basis for future fisheries development in this reservoir. Results of this research show that milkfish-stocking in the Jatiluhur reservoir contributed to the improvement of its aquatic resources environment and socio-economic conditions of the society. Based on these findings, several policies recommendation should be followed up and implemented, namely (i) immediately assess the impact of milkfish stocking to the growth of fish cultured in the cage; (ii) stocking different fish species that enable to reproduce naturally in the reservoir waters without disturbing population dynamic of fish stock; (iii) strengthening institution of the fish stocking program, and (iv) intensify dissemination and people awareness to conserve aquatic resources.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document