<p>Kenaikan penduduk yang cepat di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia membutuhkan penangan yang tepat, sehingga diperlukan berbagai cara untuk mengontrol kehamilan. Pengaturan fertilitas wanita salah satunya dilakukan dengan kontrasepsi oral. Kontrasepsi sintetik mempunyai efek samping bagi pemakaianya antara lain ketidakseimbangan hormon, hipertensi, meningkatnya resiko kanker dan kenaikan berat badan. Berbagai tumbuhan mempunyai potensi sebagai antifertilitas, salah satunya adalah mete (<em>Anacardium occidentale</em> L)., terutama bagian kulit biji. Kulit biji mete yang dianggap sebagai limbah ternyata mengandung 30% <em>Cashew Nut Shell Liquid</em> (CNSL) atau minyak laka. Tujuan penelitian untuk mengetahui perubahan histologis struktur uterus tikus putih setelah pemberian ekstrak kulit biji mete, sehingga dapat dijadikan rekomendasi sebagai agen antifertilitas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu P1. kontrol, P2. placebo (larutan CMCNa 0,5%) dan P3. pemberian ekstrak kulit biji mete dosis 300 mg/ kg berat badan (BB). Pemberian ekstrak dilakukan secara oral selama 25 hari (5-6 kali siklus estrus). Pada akhir perlakuan tikus dikorbankan dan diambil uterus untuk membuat peparat histologis. Variabel yang diamati adalah pengamatan sayatan melintang struktur histologis uterus dengan metode parafin dan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Data dianalisis secara kualitatif dengan membandingkan struktur histologis ketiga perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit biji mete mempengaruhi struktur histologis uterus. Terjadi perubahan susunan epitel endometrium dari epitel berlapis kubus bersilia<em> </em>menjadi epitel selapis kubus. Perubahan ini mempengaruhi implantasi embrio, sehingga mempengaruhi fertilitas.</p>