scholarly journals Aplikasi Bakteri dalam Perlakuan Seed Coating untuk Mempertahankan Viabilitas dari Benih Cabai (Capsicum annuum L.) yang Sehat

2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Herliyana Indahwardani ◽  
Eny Widajati ◽  
. Giyanto

<em>Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan pelapisan benih menggunakan bakteri Bacillus subtilis, Pseudomonas keompok. fluorescens dan Serratia marcescens terhadap viabilitas benih cabai (Capsicum annuum L.) selama di penyimpanan. Penelitian ini mengunakan rancangan petak tersarang dengan tiga ulangan. Petak utama adalah periode simpan (0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 minggu) dan anak petak adalah perlakuan coating dengan bakteri tertentu (Bacillus subtilis, Pseduomonas kelompok fluorescens, Serratia marcescen dan kontrol). Benih cabai IPB C5 masih memiliki viabilitas yang cukup baik  hingga akhir penyimpanan, ditunjukkan dengan nilai daya berkecambah sebesar 77.33%. Perlakuan kontrol dan coating menggunakan bakteri menunjukkan nilai daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal yang tidak berbeda nyata.</em> <em>Ketiga bakteri yang digunakan sebagai pelapis masih dapat hidup sampai periode simpan 24 minggu dengan populasi </em><em>5.89 x 10<sup>4</sup> cfu g<sup>-1</sup> untuk Pseudomonas kelompok fluorescens, 4.79 x 10<sup>4</sup> cfu g<sup>-1</sup> untuk Bacillus subtilis dan 1.70 x 10<sup>4</sup> cfu g<sup>-1</sup> untuk Serratia marcescens.</em>

2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9-16
Author(s):  
Herliyana Indahwardani ◽  
Eny Widajati ◽  
. Giyanto

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan pelapisan benih menggunakan bakteri Bacillus subtilis, Pseudomonas keompok. fluorescens dan Serratia marcescens terhadap viabilitas benih cabai (Capsicum annuum L.) selama di penyimpanan. Penelitian ini mengunakan rancangan petak tersarang dengan tiga ulangan. Petak utama adalah periode simpan (0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 minggu) dan anak petak adalah perlakuan coating dengan bakteri tertentu (Bacillus subtilis, Pseduomonas kelompok fluorescens, Serratia marcescen dan kontrol). Benih cabai IPB C5 masih memiliki viabilitas yang cukup baik  hingga akhir penyimpanan, ditunjukkan dengan nilai daya berkecambah sebesar 77.33%. Perlakuan kontrol dan coating menggunakan bakteri menunjukkan nilai daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan bobot kering kecambah normal yang tidak berbeda nyata. Ketiga bakteri yang digunakan sebagai pelapis masih dapat hidup sampai periode simpan 24 minggu dengan populasi 5.89 x 104 cfu g-1 untuk Pseudomonas kelompok fluorescens, 4.79 x 104 cfu g-1 untuk Bacillus subtilis dan 1.70 x 104 cfu g-1 untuk Serratia marcescens.


Agrociencia ◽  
2021 ◽  
Vol 55 (3) ◽  
pp. 261-272
Author(s):  
Luis Yobani Gayosso Rosales ◽  
Edgar Villar Luna ◽  
María Dolores Rodríguez Torres ◽  
María Valentina Angoa Pérez ◽  
Hortencia Gabriela Mena Violante ◽  
...  

El cultivo de chile (Capsicum annuum L.) destaca por el valor agro-alimenticio alto del producto, aunado a su valor comercial. Los nematodos Meloidogyne incognita y M. enterolobii (Me) afectan al cultivo; M. enterolobii (Me) es el más relevante por su agresividad notable. El estudio de alternativas ecológicas es de interés para control estos fitoparásitos. Los objetivos de esta investigación fueron conocer el efecto de Bacillus subtilis (Bs) (CH90) sobre la expresión de los genes PR-1, PR-5, y PR-12 que codifican proteínas relacionadas con patogénesis en chile cv. California Wonder (Cw) infectado con Me; y evaluar el efecto de Bs sobre agallamiento (A) y producción de huevos (H) del nematodo en raíces de Cw. Dos experimentos independientes (E1 y E2) se establecieron con diseño completamente al azar. En E1 y E2 los tratamientos fueron: Cw inoculado solo con Me (CwMe), Cw con Bs y Me (CwBsMe), Cw solo con Bs (CwBs), y Cw sin inoculación (Cw). En ambos experimentos, el nivel de inóculo de Bs fue 108 UFC mL-1, y para Me fue 500 J2 por planta. En E1 la expresión génica se determinó a 3, 7, y 14 d después de inoculación (DPI) con Me. En E2 las variables A y H se evaluaron 45 DPI con Me. PR-1 y PR-5 se sobre expresaron 3 y 7 DPI en los tratamientos CwBsMe y CwBs, en contraste con CwMe (p≤0.05). A los 14 DPI, los genes en todos los tratamientos tuvieron una expresión menor (p≤0.05). La sobre expresión máxima de PR-12 se registró a 14 DPI en los tratamientos CwBsMe y CwBs (p≤0.05). Las plantas de cv. C. Wonder tratadas con B. subtilis CH90 solo o en combinación con M. enterolobii activaron las rutas de defensa dependientes del ácido salicílico (AS) y jasmónico (AJ) pero dicha activación no afectó la reproducción del nematodo en raíces de chile.


2020 ◽  
Vol 38 (3) ◽  
pp. 693-704
Author(s):  
Liliana Lara-Capistrán ◽  
Ramón Zulueta-Rodríguez ◽  
Bernardo Murillo-Amador ◽  
Mirella Romero-Bastidas ◽  
Tomas Rivas-García ◽  
...  

El uso de agroquímicos en el cultivo de chile dulce ha originado la búsqueda de alternativas de fertilización como Bacillus subtilis y lombricomposta, los cuales, son una opción para producir alimentos sin afectar al ambiente, salud humana y animal. El objetivo de este estudio fue evaluar el efecto de la incorporación individual y en conjunto de B. subtilis y lombricomposta sobre la respuesta agronómica de chile dulce bajo invernadero. Se utilizó un diseño completamente al azar con 15 repeticiones por cada tratamiento donde; T1 = plantas con fertilizante químico; T2 = B. subtilis; T3 = B. subtilis + fertilizante químico; T4, T5 y T6 = 280, 380 y 570 g de lombricomposta, respectivamente; T7, T8 y T9 = B. subtilis + 280, 380 y 570 g de lombricomposta, respectivamente. A los 90 días después de la siembra se evaluó: altura, diámetro del tallo, número de hojas, número de botones, número de flores, área foliar, producción de fruto y población bacteriana (UFC). Las plantas de chile dulce con la dosis más alta de lombricomposta (570 g) más B. subtilis presentaron los mayores incrementos en todas las variables evaluadas superando signif icativamente a las plantas con fertilizante químico. La aplicación en conjunto de lombricomposta y B. subtilis puede ser una alternativa para la producción de chile dulce sin tener que emplear fertilizantes químicos.


2019 ◽  
Vol 4 (04) ◽  
pp. 72-74
Author(s):  
Anna Tefa ◽  
Aloysius Rusae ◽  
Febrianus Matnai

Pengembangan cabai merah bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman cabai guna memenuhi permintaan konsumen. Penelitian ini bertujuan mengetahui respon perkecambahan dan kejadian penyakit benih cabai merah besar pada perlakuan seed coating PGPR dan Fungisida antrakol. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2019, di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor Pertama: coating yaitu (C0) Tanpa Coating, (C1) Coating PGPR, (C2) Coating Fungisida Antrakol. Faktor kedua yakni: Periode simpan yaitu (P0) Tanpa Penyimpanan, (P1) Penyimpanan Bulan Pertama, (P2) Penyimpanan Bulan Kedua, (P3) Penyimpanan Bulan Ketiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor coating dan periode simpan terhadap parameter potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh sedangkan daya berkecambah, indeks vigor, keserempakan tumbuh, berat kering kecambah normal, kejadian penyakit menunjukkan terjadi interaksi. Perlakuan penyimpanan 2 bulan dan perlakuan coating PGPR memberikan prosentase pertumbuhan terbaik dan meminimalisir serangan penyakit.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Nusyirwan Nusyirwan ◽  
Rukiyah Abdi Syahadah

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah yaitu dengan menggunakan bakteri endofit. Salah satu bakteri endofit yang bersifat PGPR yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati adalah Bacillus subtilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari Bacillus subtilis untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabai merah. Metode penelitian yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan 8 kali pengulangan. Parameter pengamatan yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan tanaman yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan parameter pengamatan yang digunakan untuk mengamati produksi adalah jumlah buah pertama muncul. Data yang diperoleh diuji dengan ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan dengan taraf kepercayaan 95 % menggunakan aplikasi SPSS 2.2. dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Bacillus subtilis berpengaruh nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Dosis dan waktu pemberian yang paling berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai merah adalah 1% dengan waktu pemberian 10 hari sekali yaitu pada perlakuan A2B2 dan dosis dan waktu pemberian yang paling berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman cabai merah juga terdapat pada dosis 1% dengan waktu pemberian 10 hari sekali yaitu pada perlakuan A2B2.


2020 ◽  
Vol 38 (4) ◽  
pp. 817-826
Author(s):  
Julio Jacobo Gamboa-Angulo ◽  
Esaú Ruíz-Sánchez ◽  
Carlos Juan Alvarado-López ◽  
Federico Gutiérrez-Miceli ◽  
Víctor M. Ruíz-Valdiviezo ◽  
...  

El chile xcat´ik (Capsicum annuum L.) es el segundo más consumido en la península de Yucatán, después del habanero. Los biofertilizantes microbianos son una opción factible de integrarse a los sistemas de producción para disminuir el uso de fertilizantes químicos. El objetivo del trabajo se basó en la evaluación del efecto de la aplicación de Bacillus subtilis, Trichoderma harzanium y un consorcio microbiano en las características agronómicas de la planta y la calidad del fruto del chile xcat´ik. El experimento se realizó en condiciones de invernadero, a través de un diseño experimental de bloques completos al azar con cuatro repeticiones. De acuerdo a los resultados se encontró que la aplicación de B. subtilis incrementó significativamente la altura de plantas respecto al testigo, así mismo la aplicación de B. subtilis y T. harzanium incrementó el volumen de raíz. Se observó que existen diferencias estadísticas en los contenidos de lípidos y proteínas en el fruto de plantas biofertilizadas con T. harzanium, y que en los frutos de plantas tratadas particularmente con B. subtilis y T. harzanium se acumulan mayores cantidades de fósforo.


2007 ◽  
Vol 24 (7) ◽  
pp. 1139-1145 ◽  
Author(s):  
Kui Jae Lee ◽  
Seralathan Kamala-Kannan ◽  
Han Sang Sub ◽  
Cho Kyu Seong ◽  
Gun Woong Lee

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document