scholarly journals The Difference of Students Mathematical Problem Solving Ability and Self Regulated Learning Taught Contextual and Cooperative Learning Models

Author(s):  
Meytri Laurence Sihotang ◽  
Mulyono ◽  
Ani Minarni ◽  
Else Frine Tamba
2018 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 425-432
Author(s):  
Puji Lestari ◽  
Rina Rosdiana

AbstrakKemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum pendidikan matematika saat ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih belum optimal, salah satu penyebabnya adalah masih banyak siswa yang menemui kesulitan dalam hal pemahaman konsep dasar. Mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah diantaranya dapat ditempuh melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dan Problem Based Learning merupakan dua dari beragam model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan Problem Based Learning. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan Problem Based Learning. Sementara itu, untuk kualitas peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan Problem Based Learning masing-masing berinterpretasi sedang namun skor perolehan nya berbeda. Secara umum, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan Problem Based Learning masing-masing berinterpretasi baik. Abstract (Students’ Problem Solving Ability through Learning Cycle 7E and Problem Based Learning)Currently mathematical problem solving ability was a part of mathematics curriculum. In fact, the mathematical problem solving ability of students was not optimized, one of the reasons is there are still many students who have problems in terms of understanding the basic concepts. To optimizing the mathematical problem solving ability of students, it, can be reached by implementing student-centered learning. Learning Cycle 7E and Problem Based Learning are two of a lot of student-centered learning models. The purpose of this study was to determine the difference of achievement mathematical problem solving ability between students who get Learning Cycle 7E and Problem Based Learning models.  The results of this study are there is not a difference enhancement of mathematical problem solving ability between students who get Learning Cycle 7E and Problem Based Learning models. Meanwhile, the quality of enhancement mathematical problem solving ability students who get Learning Cycle 7E and Problem Based Learning models are in the middle interpretation. In general, students' attitudes toward learning mathematics using Learning Cycle 7E and Problem Based Learning models each in good interpretation.


2003 ◽  
Vol 95 (2) ◽  
pp. 306-315 ◽  
Author(s):  
Lynn S. Fuchs ◽  
Douglas Fuchs ◽  
Karin Prentice ◽  
Mindy Burch ◽  
Carole L. Hamlett ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 35
Author(s):  
Lisa Dwi Afri ◽  
Rahmadani Rahmadani

<p class="AfiliasiCxSpFirst" align="left"><strong>Abstrak:</strong></p><p class="AfiliasiCxSpMiddle">Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan <em>Think Pair Share </em>(TPS) dan <em>Group Investigation </em>(GI) di kelas X MAS Amaliyah Sunggal. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis eksperimen kuasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAS Amaliyah Sunggal Tahun Ajaran 2019/2020, yang selanjutnya dipilih sampel sebanyak dua kelas secara acak yaitu X-IPA3 dan X-IPA2. Data pada penelitian ini diperoleh melalui tes kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji ANAVA dua jalur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, (1) terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan TPS dengan siswa yang belajar dengan GI; dan (2) tidak ada interaksi antara model pembelajaran (TPS, GI) terhadap kemampuan matematis (penalaran, pemecahan masalah). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TPS dan GI memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa.</p><p class="AfiliasiCxSpMiddle" align="left"><strong> </strong></p><p class="AfiliasiCxSpLast" align="left"><strong>Kata Kunci</strong>:</p><p>Penalaran, Pemecahan Masalah, <em>Think Pair Share, Group Investigation</em></p><p> </p><p class="AfiliasiCxSpFirst" align="left"><strong><em>Abstract:</em></strong></p><p class="AfiliasiCxSpMiddle"><em>The purpose of this research was to determine differences in students’s reasoning and mathematical problem solving abilities by cooperative learning in </em><em>Think Pair Share</em><em> (TPS) and </em><em></em></p><p class="AfiliasiCxSpMiddle"><em>Group Investigation</em><em> (GI). This research was quantitative study and a quasi eksperimen. The population was all students of grade X MAS Amaliyah Sunggal in Academic Year 2019/2020, then two class is selected as sample randomly. They were X-IPA2 dan X-IPA3. Data was collected by test of </em><em>reasoning and mathematical problem solving. Then data were analyzed using the two-way ANAVA. The result showed that, (1) there were significant differences in the ability of reasoningg and mathematical problem solving of students who studied by TPS and students who studied by GI; and (2). There is no interaction between learning models (TPS and GI) and the mathematics ability (reasoning and problem solving). So it can be concluded that the TPS and GI gives a different effect on students’ mathematical reasoning and problem solving abilities.</em><em></em></p><p class="AfiliasiCxSpMiddle" align="left"> </p><p class="AfiliasiCxSpLast" align="left"><strong><em>Keywords</em></strong><em>:</em></p><p><em>Reasoning, Problem Solving, Think Pair Share, Group Investigation</em><em></em></p>


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 927
Author(s):  
Sri Rahayuningsih ◽  
Muhammad Hasbi ◽  
Mulyati Mulyati ◽  
Muhammad Nurhusain

Abstract The present study aimed to 1) investigate the effect of self-regulated learning on students’ mathematical problem-solving ability; 2) describe the cognitive processes carried out by students with low and high self-regulation and high problem-solving ability. This study employed an explanatory mixed-method design. Nineteen students at a private high school, in Makassar, Indonesia, were selected, in order to complete the questionnaire, mathematical problem-solving ability test. Of the 19 students, two were selected as research subjects representing problem-solving ability. The quantitative data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics, while the qualitative data analysis had to go through the following stages including, reduction, data display, and conclusion drawing. The results showed that 1) self-regulated learning had no effect on students’ mathematical ability; 2) the cognitive processes carried out by students with high self-regulation and high problem-solving ability included high literacy ability, high metacognitive awareness, being proactive yet inflexible; 3) the cognitive processes carried out by students with low self-regulation and high problem-solving ability included low literacy ability but showing more flexible attitudes. From this study, it can be concluded that problem-solving ability is not influenced by self-regulated learning, but by other factors such as the environment, cognitive ability and cognitive preparedness. Keywords: Problem-solving ability; self-regulated learning. Abstract Penelitian ini bertujuan untuk 1) menginvestigasi pengaruh self-regulated learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa; 2) mendeskripsikan proses kognitif yang dilakukan siswa dengan self-regulation rendah dan tinggi dan kemampuan pemecahan masalah tinggi. Penelitian ini menggunakan explanatory mixed-method design. Sembilan belas siswa sekolah menengah swasta, di Makassar, Indonesia, dipilih untuk mengisi angket tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Dari 19 siswa tersebut, dipilih dua orang sebagai subjek penelitian yang mewakili kemampuan pemecahan masalah. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial, sedangkan analisis data kualitatif melalui tahapan yaitu, reduksi data, menampilkan data, penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) self-regulated learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan matematika siswa; 2) proses kognitif yang dilakukan siswa dengan self-regulated learning tinggi dan kemampuan pemecahan masalah tinggi meliputi kemampuan literasi tinggi, kesadaran metakognitif tinggi, proaktif namun tidak fleksibel; 3) Proses kognitif yang dilakukan siswa dengan self-regulated learning rendah dan kemampuan pemecahan masalah tinggi meliputi kemampuan literasi rendah tetapi menunjukkan sikap lebih fleksibel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah tidak dipengaruhi oleh self-regulated learning, melainkan oleh faktor lain seperti lingkungan, kemampuan kognitif, dan kesiapan kognitif. Keywords: Kemampuan pemecahan masalah, self-regulated learning. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document