MODEL STRUKTUR EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN INDRMAYU, PROVINSI JAWA BARAT (Suatu Analisis Menggunakan Sistem Thinking)

2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 071
Author(s):  
Ivonne Ayesha

Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun pemahaman (understanding) tentang fenomena ekonomi rumah tangga petani penggarap secara clear dan distinct, dan menyusun model ekonomi rumah tangga petani penggarap yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang penentu dan interaksi variabel-variabel yang saling terkait. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis studi fenomenologi. Responden dalam penelitian ini adalah petani padi yang tidak punya lahan (penyakap) yang melakukan usahatani di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, sebanyak 7 orang dengan lokasi yang berbeda, namun masih dalam kabupaten yang sama. Di samping itu, responden juga diambil dari perangkat desa, tokoh masyarakat, dan PPL. Responen ditetapkan secara sengaja (purposive), sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data primer, sedangkan analisis data menggunakan cara berfikir sistem (system thinking). Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk diagram sebab akibat (causal loop diagram), dengan menggunakan program Vensim PLE. Hasil penelitian menyimpulkan: 1) Rumah tangga petani penyakap sebagai unit ekonomi terkecil yang memiliki sumber pemasukan dan pengeluaran rumah tangga, baik dari dan untuk memenuhi kebutuhan usahatani maupun non usahatani. Meskipun nilai penerimaan yang diperoleh sangat sedikit, namun petani penyakap tetap melaksanakan usahatani padi dari musim ke musim. Kekurangan uang dalam rumah tangga diatasi dengan melakukan pinjaman ke para pelepas uang (rentenir) dan tengkulak. Sedikit sekali petani yang memanfaatkan jasa keuangan formal dalam mengatasi masalah ekonomi rumah tangga. Pola hidup konsumtif sering menyebabkan petani terjebak dalam lingkaran hutang, dan 2) Model ekonomi rumah tangga petani penyakap yang disusun mengandung 2 lingkar sebab akibat positif dan satu lingkar sebab akibat negatif. Lingkar sebab akibat positif terdapat pada struktur pinjaman usahatani dan struktur pinjaman non usahatani. Lingkar sebab akibat negatif terdapat pada struktur pengeluaran. Model ini menunjukkan bahwa uang dalam rumah tangga bertambah dengan adanya pemasukan dan berkurang dengan adanya pengeluaran. Variabel pemasukan merupakan akumulasi dari penghasilan bersih, pinjaman usahatani dan pinjaman non usahatani. Variabel pengeluaran ditentukan oleh total pengeluaran rumah tangga. Total pengelaran rumah tangga merupakan akumulasi dari: pengeluaran usahatani, pengeluaran non usahatani, pembayaran iyuran desa, biaya sosial, konsumsi rumah tangga, dan pembayaran hutang non usahatani

2020 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Agus Supriatna Somantri ◽  
Prima Luna ◽  
Idha Widi Arsanti ◽  
Budi Waryanto

<p>Upaya Khusus (UPSUS) Padi merupakan kebijakan Kementerian Pertanian dalam upaya mencapai swasembada beras yang diimplementasikan sejak tahun 2015. Apakah kegiatan ini berhasil dan tepat? Analisis sitem dinamik digunakan sebagai alat evaluasi kegiatan UPSUS Padi dengan pendekatan system thinking. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan UPSUS Padi sejak tahun 2015-2018 menggunakan sistem dinamik. Metodologi penelitian dibangun dengan membuat Causal Loop Diagram (CLD) utama sistem swasembada beras, subsistem yang mendukung swasembada beras, sistem permintaan, dan sistem pencapaian target swasembada beras. Model dinamik tersebut divalidasi, disimulasi, dan direformulasi. Hasil simulasi menunjukkan sistem dinamik dapat dijadikan alat evaluasi kebijakan program UPSUS Padi dengan hasil validasi model bernilai MAPE &lt; 5%, sehingga dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya. Hasil simulasi model menunjukkan UPSUS Padi sukses meningkatkan produksi. Bilamana dalam lima tahun target peningkatan indeks pertanaman (IP) dan produktivitas tercapai, maka pada tahun 2022 akan terjadi puncak surplus beras sebesar 25 juta ton. Setelah itu produksi padi akan terus menurun jika hingga akhir tahun 2024 konversi lahan sawah tidak dibendung. Penerapan kebijakan UPSUS Padi perlu didukung oleh kebijakan penerapan mekanisasi untuk pra dan pascapanen, penyuluhan, revitalisasi penggilingan, diversifikasi pangan, dan penekanan konversi lahan. Hasil simulasi dengan memasukkan semua variabel tersebut menunjukkan Indonesia dalam lima tahun ke depan akan surplus 35 juta ton beras sehingga swasembada terus berlanjut.</p>


Author(s):  
Jatjat E. Wirijadinata ◽  
Dian Afriany

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pelayanan izin usaha perdagangan  pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Padangsidimpuan, dengan  menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Informasi dan data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori berpikir serba sistem (system thinking), yaitu untuk memahami suatu perubahan dalam lingkungan yang serba kompleks Salah satu metode analisis dalam system thinking adalah Causal Loop Diagram (CLD). Pemodelan ini dapat digunakan untuk memahami struktur yang terdapat didalam sebuah sistim, hubungan diantara masing-masing komponen, dan bagaimana perubahan diberbagai bidang akan mempengaruhi unsur dan sistim secara keseluruhan dalam mengukur dan memprediksi sistim perilaku.Hasil analisis CLD menunjukkan bahwa : 1. kontribusi yang paling tinggi terhadap  kualitas pelayanan izin usaha perdagangan adalah variable kepuasan masyarakat , dan pada peingkat   kedua ditempati oleh anggaran sedangkan pada peringkat ketiga, ada pada kebijakan pimpinan      Kepuasan masyarakat sebagai aspek yang fundamental yang menentukan peringkat kualitas pelayanan, ditemukan adanya berbagai masalah pada lima (5) dimensi kualitas pelayanan yaitu pada dimensi tangible, reliability, responsiveness, empathy, dan assurance. Penyebab terbesar dari kelemahan ke lima dmensi kualitas pelayanan tersebut diatas terletak pada    kualitas sumber daya manusia dan kurangnya pemeliharaan sarana  pelayanan.  Kontribusi anggaran sebagai peringkat ke -2 dalam kontribusi terhadap kualitas pelayanan, ternyata masalah utamanya ialah ketepatan alokasi anggaran untuk menunjang penyelenggaraan kebijakan kualitas pelayanan . Kebijakan pimpinan pada peringkat ketiga secara langsung  mempengaruhi pola perilaku yang berorientasi  kepada komitmen untuk meningkatkan  kualitas pelayanan.Berdasarkan hasil analisis Causal Loop Digram, disarankan agar :a.Kebijakan eksekutif diarahkan kepada  pengalokasian anggaran untuk pengembangan kelembagaan, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dan melakukan pengukuran kinerja untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat.b.Memaksimalkan akuntabilitas pelayanan publik baik dari segi organisasional atau administrative, politik, legalitas atau hukum,  profesionalisme , dan juga aspek moral didalam  memberikan kepuasan masyarakat secara akuntabelc. Mengembangkan jiwa kewirausahaan, jiwa inovatif dalam menghadapi persaingan regional maupun global.


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Lucyana Trimo ◽  
Sri Fatimah ◽  
Endah Djuwendah

ABSTRAKPeluang kelompok tani teh menjadi kelompok bisnis agroindustriteh cukup besar, ini karena tingginya dukungan pemerintah melalui program GPATN serta semakin tingginyapermintaan pasar luar negeri dan dalam negeri dalam bentuk“instant tea” (makanan, minuman, farmasi, kosmetik).Namun, kondisi tersebut belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh petani teh. Hal ini terlihat dari, sebagian besar petani the masih menjual produknya dalam bentuk pucuk basah. Penelitian dilakukan untuk mengkaji kendala yang dihadapi oleh petani teh rakyat dalam pengembangan agro-industri teh. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif survey. Tempat penelitian yang dipilih adalah Kabupaten: Garut (KecamataCisurupan), Cianjur (Kecamatan Sukanagara) dan Bandung (Kecamatan Pasirjambu), yang merupakan sentra teh di Provinsi Jawa Barat.Data dikumpulkan dengan cara: studi kepustakaan, dan wawancara dengan pihak terkait, yaitu pejabat pada instansi pemerintah, koperasi, pabrikan, asosiasi petani teh, kelompok tani, serta petani teh yang diambil secara acak sederhana dari setiap Kecamatan yang dijadikan sampel. Secara proposional sampel diambil berdasarkan luas wilayah sentra teh, dan setiap kecamatandiambil 30 orang petani teh. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, dengan pendekatan system thinking. Salah satu alat pendekatan system thinking yang digunakan yaitu dengan causal loop modelling, agar mudah mendeskripsikannya maka digunakan Causal Loop Diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi dalam mengembangkan agroindustri teh rakyat, yaitu: 1) kurangnya ketersediaan pucuk the sebagai bahan baku agroindustri, 2) kurangnya pengetahuan untuk meningkatkan nilai tambah pucuk teh, 3) kurangnya kemampuan dalam penyediaan modal dan peralatan dalam mengolah pucuk teh, dan 4) masih kurangnya dukungan pemerintah dalam mempromosikan teh olahan rakyat (misal: dalam rapat-rapat atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung di pemerintahan sebaiknya memanfaatkan produk olahan the dari petani).Katakunci: agroindustri, kendala, nilai tambah, peluang, teh rakyat, ABSTRACTThe increasing market demand, abroad and domestically in the form of "instant tea" (food, beverage, pharmaceutical, cosmetics), and also support from the higher government through GPATN program makes the oopportunitiesof tea small holder groups into tea agro-industry business is quite huge.But infact, this opportunity cannot be utilized properly bytea small holder. Most of the tea small holders still sell their products in the form of freshflush. This research was conducted toinvestigate the constrain of tea small holder in agroindustry development.The study was conducted using a survey descriptive study approach. Selected location research is located at the center of tea small holder in West Java province, i.e.District of Garut (Subsdistrict of Cisurupan), Cianjur (Subdistrict of Sukanagara) and Bandung (District of Pasirjambu). In this research, the data were collected by study of literature and interviews with relevant parties, i.e. officials at government agencies, cooperatives, manufacturers, associations of tea farmers, tea small holder groups, and tea farmers. Tea farmers are taken randomly from each subdistrict sampled. Proportionally, samples are taken based on the size area of tea central region, and from those each district about 30 tea farmers were taken. Data were analyzed descriptively, with a system thinking approach. One of the tool system thinking approaches used in this research is causal loop modeling, in particularly Causal Loop Diagram. Result of the research showed that the obstacles of tea small holder in developing agro-industrial were : 1) the lack of availability of tea flush as raw material for agro-industry, 2) the lack of knowledge to increase value added of tea flush, 3) the lack of capability in the providing capital and equipment in processing the tea flush, and 4) the lack of government support in promoting the tea small holder’s products (e.g., Doing product promotion fromthe tea small holder in the goverment meetings or activities; such as by using those products in the activities).Keywords: agro-industry, constrain, opportunity, tea small holder, value added 


2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 73-94
Author(s):  
Pragya Arya ◽  
Manoj Kumar Srivastava ◽  
Mahadeo P. Jaiswal

Purpose Research on sustainability has progressed from a singular focus on one aspect to a simultaneous focus on more than one aspect of the triple bottom line. However, there is a dearth of research that explains why sustainability-related decisions in business often do not bear the expected results. Research that provides managers with a tool to achieve environmental sustainability of logistics without compromising the economic sustainability is scarce. Hence, the purpose of this paper is to bridge the above gaps and to explore the factors that affect investment in technology to balance environmental and economic sustainability of logistics. A model based on system dynamics approach explains the simultaneous interplay of these factors. Simulating the model helps the managers of logistics function decide the size of investment in technology, to achieve environmental efficiency without negatively influencing the economic performance. Design/methodology/approach A model based on system dynamics approach explains the simultaneous interplay of these factors. Simulating the model helps the managers of logistics function decide the size of investment in technology, to achieve ecological efficiency without compromising with the economic performance. Findings Collaboration with regulatory authorities and with players within the same industry and across industries is a must so that eco-logistics does not become an economic burden for businesses. The decision to invest in technology for eco-logistics is further accentuated if the technology promises some added economic benefits. Research limitations/implications From a theoretical perspective, the research has added to the less extensive literature on system dynamics modelling, which is a mixed methodology, combining both qualitative and quantitative techniques. The research is also one of the few attempts that have attempted to simultaneously study more than one aspects of sustainability in business, quantitatively through simulation. Simulation was demonstrated through a single case study, Future works can aim to apply the causal loop diagram to firms in varied sectors. Practical implications The managers can use the causal loop diagram to assess the environmental performance of logistics and decide on appropriate level of investment to balance ecological and economic performance of logistics. Originality/value The causal loop diagram has been developed through primary data collection via semi-structured interviews. The results were validated by presenting them to respondents to ensure they represent their view points. The results are, therefore, practical and original. This research does not build upon an existing data set or aims to test the applicability of any existing model. The model for this research has been developed from the grass-roots level.


Kybernetes ◽  
2019 ◽  
Vol 48 (1) ◽  
pp. 124-142 ◽  
Author(s):  
Xie Kefan ◽  
Yu Song ◽  
Sishi Liu ◽  
Jia Liu

Purpose The purpose of this paper is to analyze the crowd stampede risk mechanism from the perspective of systems thinking. Design/methodology/approach Causal loop diagram is drawn to outline the non-linear interactions among complex factors across the whole system and dissect the contributory factors of crowd stampede accident. To systematically construct the theoretical framework and find fundamental solutions, co-word analysis with Citespace is used to get the critical data. An agent-based simulation using Pathfinder is conducted to develop a spatial model for the Shanghai Stampede Accident that happened in 2014. Findings The causal loop diagram is formed to not only illustrate the symptomatic solutions with a quick fix but also dissect the fundamental solutions through an underlying systemic analysis. The simulation shows that crowd stampede experiences an interactive process of accumulation, trigger, delay, break and diffusion of risk factors within the crowd system. A linkage effect among the multidimensional characters of individuals and the system accelerates the stampede risk deterioration. There exists delay of the result of effect from the deep-level measure. Practical implications A top-down approach is offered to policymakers for crowd stampede risk protocol design and synergic emergency control that may reduce the risk of the stampede. Originality/value In this study, SDFT paradigm is proposed as the critical solution for the crowd stampede accident. In addition, a chain effect of energy and a linkage effect within the crowd system is illustrated for in-depth understanding of crowd stampede risk.


2014 ◽  
Vol 8 (5) ◽  
pp. 706-715 ◽  
Author(s):  
Shinsuke Kondoh ◽  
◽  
Hitoshi Komoto ◽  
Yusuke Kishita ◽  
Nobuo Nakamura ◽  
...  

The objective of this study is to seek a pattern language in the domain of eco-business design. A pattern language is first proposed in the field of architecture. By using patterns as the basis for a shared agreement in a community, users and stakeholders in the community can design buildings and their surrounding environment in a cooperative manner. This paper first discusses key features of the language that enables a cooperative eco-business design among multiple stakeholders. It goes on to describe how to formulate the language by using a causal-loop diagram as well as rules that were established by analyzing 130 eco-business cases in Japan. A simplified case study is also provided to illustrate how to use the language.


2010 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 285 ◽  
Author(s):  
Hamid Reza Lashgarian Azad ◽  
Hadi Akbarzade Khorshidi ◽  
Seyed Hossein Hosseini ◽  
Saeed Mirzamohammadi

2017 ◽  
Author(s):  
Norhaslinda Zainal Abidin ◽  
Nerda Zura Zaibidi ◽  
Khairah Nazurah Karim

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document