scholarly journals Resepsi Penggemar Terhadap Karakter Anime Shounen My Hero Academia, Attack on Titan dan Hunter X Hunter

2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 160-174
Author(s):  
Vinny Anugraha Putri ◽  
Wisma Nugraha Ch.R ◽  
Suastiwi Suastiwi
Keyword(s):  

Salah satu komponen penting dalam sebuah film atau serial animasi selain dari cerita adalah karakter. Karakter utama sebagai penggerak plot pada umumnya menjadi titik fokus dan seringkali menjadi karakter favorit dari penggemar. Dalam beberapa serial tidak jarang ditemukan adanya penggemar yang lebih menyukai karakter pendamping. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Belum banyak penelitian mengenai topik resepsi penggemar terhadap karakter dan topik ini sangat menarik dan penting untuk dipelajari. Masalah resepsi dalam pemahaman karakter dapat dipahami dengan pendekatan naratologi kognitif dengan teori ‘kategorisasi dan personalisasi’ oleh Schneider. Struktur simpati dari Murray Smith juga digunakan untuk secara lebih jauh melihat tingkat keterikatan penggemar dengan karakter favorit mereka. Penelitian ini akan berfokus pada karakter-karakter dari serial anime shounen yang memiliki karakter pendamping yang lebih populer dibandingkan dengan karakter utama. Dari penelitian ini, teridentifikasi enam kategori dalam resepsi penggemar yaitu kepribadian, perkembangan karakter, tujuan, desain/audio-video, jalinan hubungan antar karakter dan emosi. Penggemar yang secara berkelanjutan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh karakter dan seberapa dalamnya mereka memahami emosi dan hubungan antar karakter akan berpengaruh pada rasa keterikatan penggemar dengan karakter.

1998 ◽  
Vol 41 (6) ◽  
pp. 1282-1293 ◽  
Author(s):  
Jane Mertz Garcia ◽  
Paul A. Dagenais

This study examined changes in the sentence intelligibility scores of speakers with dysarthria in association with different signal-independent factors (contextual influences). This investigation focused on the presence or absence of iconic gestures while speaking sentences with low or high semantic predictiveness. The speakers were 4 individuals with dysarthria, who varied from one another in terms of their level of speech intelligibility impairment, gestural abilities, and overall level of motor functioning. Ninety-six inexperienced listeners (24 assigned to each speaker) orthographically transcribed 16 test sentences presented in an audio + video or audio-only format. The sentences had either low or high semantic predictiveness and were spoken by each speaker with and without the corresponding gestures. The effects of signal-independent factors (presence or absence of iconic gestures, low or high semantic predictiveness, and audio + video or audio-only presentation formats) were analyzed for individual speakers. Not all signal-independent information benefited speakers similarly. Results indicated that use of gestures and high semantic predictiveness improved sentence intelligibility for 2 speakers. The other 2 speakers benefited from high predictive messages. The audio + video presentation mode enhanced listener understanding for all speakers, although there were interactions related to specific speaking situations. Overall, the contributions of relevant signal-independent information were greater for the speakers with more severely impaired intelligibility. The results are discussed in terms of understanding the contribution of signal-independent factors to the communicative process.


Author(s):  
Salsabila Delaria Mulyana
Keyword(s):  

Bahasa anak adalah bahasa yang sangat luas karena pada masa ini anak dibebaskan menyerap semua informasi tanpa ada penyaringan yang bersifat wajib. Banyak orang dewasa yang terpesona melihat kemampuan anak dalam pemerolehan bahasa yang begitu luas. Semua informasi bisa diperoleh anak darimanapun. Akan tetapi dalam proses pemerolehan bahasa, tidak semua anak dapat menerimanya dengan sempurna. Terdapat beberapa anak yang memiliki gangguan berbahasa dalam proses belajarnya. Salah satu penyebab gangguan berbahasa pada anak adalah akibat tidak sempurnanya alat ucap yang dimiliki. Penelitian ini akan membahas penyebab gangguan berbicara pada anak usia 9 tahun akibat alat ucap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperbaiki gangguan berbahasa yang terjadi akibat alat ucap pada anak. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan objek penelitian fokus kepada anak laki-laki usia 9 tahun yang memiliki gangguan berbahasa. Data yang diteliti berbentuk audio, video beserta transkrip percakapan antara peneliti dan objek sekaligus kawan tutur dalam percakapan tersebut. Adapun hasil penelitiannya yaitu (1) Gangguan berbahasa pada anak usia 9 tahun yang diucapkan oleh alat ucap adalah ketidaksempurnaan pada bagian laringal, (2) Faktor lingkungan juga dapat menentukan bagaimana alat ucap dapat menjadi gangguan atau sebaliknya yang mendukung proses pemerolehan bahasa.


2019 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 16-21
Author(s):  
Hubertus-M. Waltermann ◽  
Thomas Hess
Keyword(s):  

Die Verabschiedung der EU-Richtlinie zum Urheberrecht und verwandter Schutzrechte im digitalen Binnenmarkt – im Besonderen des Artikels 17 (vormals Artikel 13) – stellt sich für Betreiber von Content-Plattformen als eine neue und hochkomplexe Herausforderung dar. In der Diskussion rund um die Verabschiedung dieser Vorschrift und den damit einhergehenden Protesten wird klar, dass trotz der zahlreichen Berichte in der Realität nur wenig konkretes Wissen über das System Upload-Filter, seine tatsächlichen Auswirkungen und die dahinterliegende Technologie existiert.Grundsätzlich versteht man unter dem Begriff Upload-Filter eine Form von Software, welche (teil-) automatisiert entscheidet, ob eine bestimme Art von Content zu Verfügung gestellt wird oder nicht. Dabei ist es zunächst irrelevant, ob es sich um Text-, Audio-, Video- oder sonstige Arten von Inhalten handelt. Sie dienen also dazu zu filtern, welcher Content vom Plattformbetreiber gewünscht oder nicht gewünscht ist.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Sherly Gina Supratman

AbstrakJaringan Komunikasi seperti Internet� merupakan jaringan yang tidak aman untuk mentransmisi data, seperti teks, audio,video dan citra digital. Salah satu cara untuk pengamanan data dapat dilakukan dengan menggunakan proses kriptografi dan �steganografi. Penggunaan ini dengan tujuan untuk merahasiakan pesan yang dikirim dan sekaligus menghindarkan pesan tersebut dari kecurigaan pihak lain yang tidak berkepentingan.Pesan yang digunakan dalam makalah ini adalah berupa text dengan menyisipkannya pada gambar. Pada proses kriptografi, pesan yang berupa text akan dienkrip dengan algoritma Hill Chiper, dan kemudian pesan yang telah dienkrip akan dilakukan proses steganografi pada citra digital� 8 bit dengan skala 0 � 255, dengan metode Least Significant Bit ( LSB ).�Kata kunci: Kriptografi, Hill Chiper, Steganografi, Least Significant Bit�AbstractCommunication Networks such as the Internet are unsafe networks for transmitting data, such as text, audio, video and digital imagery. One way to secure data can be done by using cryptography and steganography process. This use is for the purpose of concealing messages being transmitted and avoiding such messages from the suspicion by others who are not interested.The message used in this paper is text by inserting it in the image. In the cryptographic process, text messages will be encrypted with the Hill Chiper algorithm, and then the encrypted message will be steganographed on 8-bit digital images on a scale of 0-255, using the Least Significant Bit (LSB) method.�Keywords: Cryptography, Hill Chiper, Steganography, Least Significant Bit


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document