scholarly journals EFISIENSI PENYERAPAN KULIT BUAH ATAP (Arenga pinnata) MENGIKAT ION-ION LOGAM KROMIUM DALAM LARUTAN

2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Dian Arrisujaya

The Adsorption Efficiency of Atap Fruit Shell (Arenga pinnata Merr) on remove Chromium Metal Ions from aSolution        Arenga pinnata fruit shell was dried, pulverized, and used for biosorption of Cr(III) and Cr(VI) from a solution. Column experiments were conducted to investigate the affected parameters of pH solution, particle size, chromium metal ion concentration, flow rate and amount of mass biosorbent. The maximum adsorption efficiency of metal ions Cr(III) and Cr(VI), was 47.79% and 41.47% respectively, initial metal ion concentrations of 75-100 mg/L at initial pH of 3 for Cr(VI) and initial pH of 4 for Cr(III) with the particlesize ≤180μm and flow rate of 1-2 mL/min. Adsorption capacity will increase with increasing the number of mass biosorbent, however adsorption efficiency will decrease. An FTIR examination revealed changes between the natural and heavy metals-loaded biomaterial. Scanning electron micrograph (SEM) also revealed changes in the surface morphology of thebiomass as a result of heavy metal adsorption. Based on these results, it could be concluded that the Arenga pinnata was effective in removing heavy metal from aqueous solution and needed  consideration for scaled-up apllication.Keywords : Arenga pinnata, heavy metals, biosorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), and scanning electron microscope (SEM) ABSTRAK        Kemampuan penyerapan kulit buah atap (Areng pinnata) terhadap ion logam Cr(III) dan Cr(VI) dalam larutan. Metoda kolom digunakan dalam proses biosorpsi dengan parameter yang mempengaruhi efisiensi penyerapan yaitu pH larutan, ukuran partikel, konsentrasi ion logam, laju alir dan massabiosorben. Efisiensipenyerapan maksimum ion logam Cr(III) dan Cr(VI) oleh kulit buah atap masing-masing adalah 47.79% dan 41.47 % dengan konsentrasi ion logam 75-100 mg/L pada pH 3 untuk Cr(VI) dan pH 4 untuk Cr(III), ukuran partikel biosorben ≤180µm serta pada laju alir 1-2 mL/menit.Efisiensi penyerapan akan meningkat dengan penambahan massa biosorben, namunkapasitas penyerapannya akan menurun. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red)digunakan untuk mengetahui membandingkan biomaterial sebelum dan sesudah berikatan dengan ion-ion logam berat.perubahan gugus fungsi pada kulit buah atap dianalisis dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Sedangkan untuk melihat perubahan permukaan pada kulit buah atap digunakan SEM (Scanning Electron Microscope).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan biomaterial kulit buah atap efektif dalam menyerap logam berat dalam larutan dan biomaterial ini dapat dipertimbangkan untuk skala yang lebih lanjut.Kata kunci : Buah atap, Arenga pinnata, logam massa, biosorpsi, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), dan scanning electron microscope (SEM)

Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


Author(s):  
Fitrianti Darusman ◽  
Sundani N Soewandhi ◽  
Rachmat Mauludin

Telah dilakukan kokristalisasi glimepirid (GMP) dengan asam oksalat (AO) menggunakan metode penggilingan dan pelarutan (menggunakan pelarut aseton). Diagram fase sistem biner GMP-AO digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen serta ditegaskan kembali dengan analisis mikroskopik menggunakan alat pemanas (hot stage) yang dihubungkan dengan mikroskop polarisasi. Padatan hasil kokristalisasi dikarakterisasi dengan metode analisis termal (Differential Scanning Calorymetry), difraktometri sinar-X serbuk (Powder X-Ray Diffraction), spektrofotometri inframerah (Fourier Transform-Infra Red) dan mikroskopi (Scanning Electron Microscope). Hasil identifikasi dan karakterisasi menunjukkan interaksi eutektik antara kedua fase kristalin GMP-AO dalam keadaan padat pada perbandingan molar 3:7, dengan titik eutektik pada temperatur 128,7°C. Selanjutnya, uji kelarutan dan laju disolusinya menggunakan media dapar fosfat pH 7,4. Kelarutan dan laju disolusi GMP hasil kokristalisasi meningkat dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggalnya.Kata kunci : glimepirid, kokristalisasi, eutektik, kelarutan dan laju disolusi.


2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 27 ◽  
Author(s):  
Erizal Erizal ◽  
Marisa Lana ◽  
R. Setyo A.K. ◽  
Basril Abbas

Dalam kerangka mendapatkan hidrogel dengan kemampuan menyerap airyang relatif tinggi, telah dilakukan sintesis hidrogel superabsorben (HSA) berbasis asam akrilatmenggunakan teknik radiasi. Satu seri larutan asam akrilat dengan derajat netralisasi (Dn) 0;0,20; 0,40; 0,60; 0,80 dan 1 masing-masing diiradiasi sinar gamma pada dosis10 kGy (lajudosis 5 kGy/j). Pengaruh derajat netralisasi terhadap nisbah pengembung hidrogel dipelajari.Sifat termal hidrogel diukur menggunakan Differential scanning calorymetry (DSC). Perubahanstruktur kimia hidrogel diukur menggunakan Fourier transform infra red (FTIR), dan morfologihidrogel diobservasi menggunakan Scanning electron microscope (SEM). Hasil eveluasimenunjukan bahwa pada kondisi optimum (Dn=0,80, 10 kGy, 20 menit), hidrogelmenunjukkan kemampuan menyerap air yang relatif tinggi (~600 g/g). Hasil pengukuranDSC mengkonfirmasi kemungkinan terbentuknya jenis produk akhir hasil iradiasi asamakrilat. Spektra FTIR menunjang bahwa reaksi polimerisasi asam akrilat melalui ikatanrangkap dua dalam struktur molekul asam akrilat. Hasil pengujian SEM menunjukkan bahwahidtogel berpori ukuran makro.Kata kunci : Hidrogel, superabsorben, asam akrilat, irradiasi, derajat netralisasi.


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Putri Hawa Syaifie ◽  
Agus Taufiq ◽  
Gladys Ayu Wardhani

Zeolit berbahan dasar kaolin Bangka dan abu sekam padi Karawang disintesis melalui reaksi antara natrium silikat dan natrium aluminat dengan variasi volume rasio 25:25:50 (K4) dan 50:25:25 (K6). Natrium silikat diperoleh dari reaksi antara abu sekam padi dengan kaolin dan NaOH. Sedangkan, natrium aluminat diperoleh dari reaksi antara NaOH dengan Al(OH)3. Zeolit diidentifikasi ikatan dan struktur penyusunnya menggunakan instrumentasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan diamati morfologi permukaannya menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Ikatan yang terbentuk pada zeolit K4 dan K6 menunjukkan adanya interaksi Si-Al yang ditunjukkan oleh spektra FTIR.  Interaksi yang dihasilkan meliputi vibrasi tekuk Si-OH, vibrasi ulur asimetri O-Si-O dan O-Al-O, vibrasi ulur simetri O-Si-O dan O-Al-O, serta vibrasi ikatan cincin ganda. Kristal zeolit sintetis memiliki bentuk kubik , segi enam beraturan  dan bulatan lonjong yang ditunjukkan pada hasil SEM. Aplikasi zeolit dilakukan pada variasi waktu kontak 10-60 menit dengan mengontakkan zeolit sintetis K4 dan K6 dengan limbah cair industri electroplating. Hasilnya, zeolit sintetis K4 dan K6 mampu menyerap logam Cu dan Cr dalam limbah cair industri dengan efisiensi adsorpsi mencapai 88-99% dalam waktu 30 menit. Kinetika adsorpsi zeolit K4 dan K6 mengikuti persamaan orde pseudo kedua untuk logam Cu dan Cr yang artinya proses adsorpsi terjadi secara kemisorpsi.Kata Kunci: abu sekam padi, kaolin, zeolit sintetis, adsorben, logam


Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


2011 ◽  
Vol 311-313 ◽  
pp. 1535-1538 ◽  
Author(s):  
Hong Juan Wang ◽  
Hai Yan Xiao ◽  
Feng Qiang Sun ◽  
Jian Hua Zhang

Novel bio-based composites were developed from maleate castor oil (MACO) and lignin through free radical initiated copolymerization between MACO and diluent monomer styrene(St). The morphology and structure of the composites were characterized by Fourier transform infrared spectroscope (FTIR) and scanning electron microscope (SEM). The mechanical and thermal behaviors of the composites were investigated, which showed the incorporation of a little of lignin in the castor oil based polymer can enhance the tensile properties of the matrix polymer greatly. This work provides a facile route to prepare bio-based composite materials from castor oil and lignin and can be extended to prepare other bio-based materials from reproducible resources.


2020 ◽  
Vol 70 (1) ◽  
Author(s):  
Xiujie Gong ◽  
Hongtao Zou ◽  
Chunrong Qian ◽  
Yang Yu ◽  
Yubo Hao ◽  
...  

Abstract Purpose The highly efficient degradation bacteria were selected from the humus from the very cold straw in China for many years to construct the in situ degradation bacteria, and the degradation efficiency of corn straw was determined by process optimization. Methods According to the main components of corn straw, through morphological, physiological, and biochemical screening, three highly efficient complementary degradation strains were selected to construct the compound flora, and the degradation efficiency was analyzed by Fourier transform infrared spectrometer, field emission scanning electron microscope, and X-ray diffractometer. Result The corn straw selected in this paper is mainly composed of cellulose (31.99%), hemicellulose (25.33%), and lignin (14.67%). Through the determination of enzyme activity, strain Streptomyces sp. G1T has high decomposition ability to cellulose and hemicellulose but weak utilization ability to lignin; strain Streptomyces sp. G2T has the strongest decomposition ability to cellulose and hemicellulose among the three strains. The decomposition ability of strain Streptomyces sp. G3T to lignin was the strongest among the three strains. Therefore, by compounding the three strains, the decomposition ability has been greatly improved. The optimal process conditions obtained by single factor and response surface method are as follows: pH is 7, temperature is 30 °C, inoculation amount is 5%, rotational speed is 210 rpm, and the weight loss rate of straw is 60.55% after decomposing for 7 days. A large amount of degradation of corn straw can be seen by Fourier transform infrared spectrometer, field emission scanning electron microscope, and X-ray diffractometer. Conclusion Streptomyces sp. G1T, Streptomyces sp. G2T, and Streptomyces sp. G3T screened from straw humus in very cold areas were used to construct in situ degradation bacteria, which had good straw degradation activity and had the potential to be used for straw treatment in cold areas after harvest. This characteristic makes the complex bacteria become a strong competitive candidate for industrial production, and it is also an effective biotechnology in line with the current recycling of resources.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Solihudin Solihudin ◽  
Haryono Haryono ◽  
Atiek Rostika Noviyanti ◽  
Muhammad Rizky Ridwansyah

<p>Komposit forsterit-karbon merupakan salah satu material modifikasi dari forsterit yang berpotensi memiliki sifat isolator panas baik. Karbon dalam komposit dapat mengisi cacat titik pada kristal forsterit. Arang sekam padi (residu gasifikasi) mengandung SiO2 amorf dan karbon yang tinggi. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh suhu kalsinasi dalam medium gas inert (dengan pengaliran gas argon) terhadap karakteristik komposit forsterit-karbon dari arang sekam padi dan magnesium karbonat. Metode penelitian meliputi preparasi arang sekam padi hasil gasifikasi, dan sintesis forsterit-karbon. Proses sintesis komposit forsterit karbon dilakukan dengan cara mencampurkan arang sekam padi dengan kalium karbonat pada rasio mol magmesium terhadap silikon sebesar 2 : 1 kemudian dikalsinasi dengan suhu divariasikan (700, 800, 900, dan 1000 oC). Selanjutnya sampel hasil sintesis dikarakterisasi dengan Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), dan scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). Hasil karakterisasi dengan FTIR dan XRD diperoleh kesimpulan bahwa forsterit mulai terbentuk pada suhu kalisiasi 800 oC dan sempurna pada suhu 1000 oC, karenanya komposit yang terbentuk pada 1000 oC dimungkinkan sebagai forsterit-karbon, di mana unsur-unsur yang terkandung ditunjukkan oleh SEM-EDS.</p><p> </p><p><strong>The Effect of Calcination Temperature on the Characteristics of Forsterite-Carbon Composites Synthesized in Argon Gas Medium</strong>. Forsterite-carbon composite is one of the material modifications of forsterite, which potentially has a good heat insulation property. Carbon in composites can fill point defects in forsterite crystals. Rice husk charcoal, as gasification residues, contains high amorphous SiO2 and carbon. This study aims to determine the effect of temperature on the calcination of a mixture of rice husk charcoal and magnesium carbonate under an inert gas (argon gas) on the characteristics of the forsterite-carbon composite produced. The experimental research performed includes the preparation of gasified rice husk charcoal and the synthesis of the carbon-forsterite composite. The synthesis process of the carbon-forsterite composites was carried out by mixing rice husk charcoal with potassium carbonate at a mole ratio of magnesium to silicon of 2 : 1. The mixture was then calcined with varying temperatures (700, 800, 900, and 1000 °C). Furthermore, the synthesized sample was characterized by Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), and scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). The FTIR and XRD analysis show that the forsterites began to form at a calcination temperature of 800 °C and perfectly formed at a temperature of 1000 °C; therefore, the composite formed at 1000 °C is possible as forsterite-carbon, in which the contained elements were indicated by SEM-EDS.</p>


POSITRON ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Suci Aprilia ◽  
Erry Koryanti ◽  
Idha Royani

Telah dilakukan pembuatan molecular imprinted polymer (MIP) nano karbaril dengan metode cooling-heating. Pembuatan MIP nano karbaril bertujuan untuk mendapatkan material sensor yang potensial dalam aplikasinya. Dalam penelitian ini, bahan aktif karbaril di-milling dengan variasi waktu 10 menit dan 15 menit. Pada proses polimerisasi melibatkan templat nano karbaril, methacrylic acid (MAA) sebagai monomer fungsional, ethylene glycol dimathacrylate (EDMA) sebagai crosslinker, benzoil peroksida (BPO) sebagai inisiator, dan acetonitril sebagai pelarut yang disintesis menggunakan metode cooling-heating. Dengan cara yang sama, non-imprinted polymer (NIP) juga dibuat sebagai polimer kontrol.  NIP merupakan polimer yang dibuat dengan komposisi dan cara yang sama dengan MIP, namun tidak ditambahkan nano karbaril sebagai zat aktif. Pembuangan templat pada proses ekstraksi sangat berperan penting untuk menghasilkan material sensor yang baik. MIP, polimer, dan NIP yang dihasilkan di karakterisasi menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) dan sampel terbaik dideteksi lebih lanjut dengan uji x-ray diffraction (X-RD), dan scanning electron microscope (SEM). Hasil FTIR menunjukkan bahwa gugus fungsi spesifik nano karbaril pada NIP tidak tampak bila dibandingkan dengan spektra MIP, dan terjadi penurunan persen transmitansi pada polimer dan peningkatan % transmitansi pada MIP. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi penurunan konsentrasi nano karbaril pada MIP setelah proses ektraksi. Hasil X-RD menunjukkan ukuran kristal yaitu 9,16 Å. Hasil SEM menunjukkan bahwa jumlah pori tercetak dengan ukuran ≤100 nm yaitu 383 pori.  Data ini mengindikasikan bahwa MIP nano karbaril potensial untuk diaplikasikan sebagai material sensor.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document