PENGGUNAAN TiO2 PARTIKEL NANO HASIL SINTESIS BERBASIS AIR MENGGUNAKAN METODA SOL-GEL PADA BAHAN KAPAS SEBAGAI APLIKASI UNTUK TEKSTIL ANTI UV

Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.

Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


Author(s):  
Fitrianti Darusman ◽  
Sundani N Soewandhi ◽  
Rachmat Mauludin

Telah dilakukan kokristalisasi glimepirid (GMP) dengan asam oksalat (AO) menggunakan metode penggilingan dan pelarutan (menggunakan pelarut aseton). Diagram fase sistem biner GMP-AO digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen serta ditegaskan kembali dengan analisis mikroskopik menggunakan alat pemanas (hot stage) yang dihubungkan dengan mikroskop polarisasi. Padatan hasil kokristalisasi dikarakterisasi dengan metode analisis termal (Differential Scanning Calorymetry), difraktometri sinar-X serbuk (Powder X-Ray Diffraction), spektrofotometri inframerah (Fourier Transform-Infra Red) dan mikroskopi (Scanning Electron Microscope). Hasil identifikasi dan karakterisasi menunjukkan interaksi eutektik antara kedua fase kristalin GMP-AO dalam keadaan padat pada perbandingan molar 3:7, dengan titik eutektik pada temperatur 128,7°C. Selanjutnya, uji kelarutan dan laju disolusinya menggunakan media dapar fosfat pH 7,4. Kelarutan dan laju disolusi GMP hasil kokristalisasi meningkat dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggalnya.Kata kunci : glimepirid, kokristalisasi, eutektik, kelarutan dan laju disolusi.


al-Kimiya ◽  
2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 91-99
Author(s):  
Ginawanti Maulida Gunawan ◽  
Dede Suhendar ◽  
Citra Deliana Dewi Sundari ◽  
Atthar Luqman Ivansyah ◽  
Soni Setiadji ◽  
...  

Tongkol jagung merupakan limbah agrikultural yang banyak mengandung silika yang pemanfaatannya belum maksimal. Silika dai tongkol jagung dapat menjadi solusi alternatif untuk menggantikan sumber silika komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mensintesis, dan mengkarakterisasi zeolit silikalit-1 dari limbah tongkol jagung. Metode sol-gel digunakan untuk mengisolasi silika yang selanjutnya digunakan untuk sintesis zeolit silikalit-1 dengan metode hidrotermal. Komposisi silika ditentukan oleh X-Ray Fluorescence (XRF). Silika yang dihasilkan sebesar 34,55%. Pengotor utama silika yang dihasilkan dari hasil ekstraksi adalah Na2O sebesar 7,48%. X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa silika hasil isolasi adalah amorf. Data Fourier Transform InfraRed (FTIR) menunjukkan adanya siloksan dan kelompok silanol didalam silika. X-Ray Diffraction (XRD) menunjukan bahwa zeolit silikalit-1 telah berhasil disintesis dengan ukuran kristal sebesar 15,28 nm. Data Fourier Transform InfraRed (FTIR) menunjukkan adanya gugus D5R pentasil pada zeolit yang dihasilkan. Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukan morfologi dari zeolit silikalit-1 berbentuk bola-bola kecil yang merupakan benih kristal heksagonal yang sepenuhnya belum terbentuk.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Solihudin Solihudin ◽  
Haryono Haryono ◽  
Atiek Rostika Noviyanti ◽  
Muhammad Rizky Ridwansyah

<p>Komposit forsterit-karbon merupakan salah satu material modifikasi dari forsterit yang berpotensi memiliki sifat isolator panas baik. Karbon dalam komposit dapat mengisi cacat titik pada kristal forsterit. Arang sekam padi (residu gasifikasi) mengandung SiO2 amorf dan karbon yang tinggi. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh suhu kalsinasi dalam medium gas inert (dengan pengaliran gas argon) terhadap karakteristik komposit forsterit-karbon dari arang sekam padi dan magnesium karbonat. Metode penelitian meliputi preparasi arang sekam padi hasil gasifikasi, dan sintesis forsterit-karbon. Proses sintesis komposit forsterit karbon dilakukan dengan cara mencampurkan arang sekam padi dengan kalium karbonat pada rasio mol magmesium terhadap silikon sebesar 2 : 1 kemudian dikalsinasi dengan suhu divariasikan (700, 800, 900, dan 1000 oC). Selanjutnya sampel hasil sintesis dikarakterisasi dengan Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), dan scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). Hasil karakterisasi dengan FTIR dan XRD diperoleh kesimpulan bahwa forsterit mulai terbentuk pada suhu kalisiasi 800 oC dan sempurna pada suhu 1000 oC, karenanya komposit yang terbentuk pada 1000 oC dimungkinkan sebagai forsterit-karbon, di mana unsur-unsur yang terkandung ditunjukkan oleh SEM-EDS.</p><p> </p><p><strong>The Effect of Calcination Temperature on the Characteristics of Forsterite-Carbon Composites Synthesized in Argon Gas Medium</strong>. Forsterite-carbon composite is one of the material modifications of forsterite, which potentially has a good heat insulation property. Carbon in composites can fill point defects in forsterite crystals. Rice husk charcoal, as gasification residues, contains high amorphous SiO2 and carbon. This study aims to determine the effect of temperature on the calcination of a mixture of rice husk charcoal and magnesium carbonate under an inert gas (argon gas) on the characteristics of the forsterite-carbon composite produced. The experimental research performed includes the preparation of gasified rice husk charcoal and the synthesis of the carbon-forsterite composite. The synthesis process of the carbon-forsterite composites was carried out by mixing rice husk charcoal with potassium carbonate at a mole ratio of magnesium to silicon of 2 : 1. The mixture was then calcined with varying temperatures (700, 800, 900, and 1000 °C). Furthermore, the synthesized sample was characterized by Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), and scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). The FTIR and XRD analysis show that the forsterites began to form at a calcination temperature of 800 °C and perfectly formed at a temperature of 1000 °C; therefore, the composite formed at 1000 °C is possible as forsterite-carbon, in which the contained elements were indicated by SEM-EDS.</p>


POSITRON ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Suci Aprilia ◽  
Erry Koryanti ◽  
Idha Royani

Telah dilakukan pembuatan molecular imprinted polymer (MIP) nano karbaril dengan metode cooling-heating. Pembuatan MIP nano karbaril bertujuan untuk mendapatkan material sensor yang potensial dalam aplikasinya. Dalam penelitian ini, bahan aktif karbaril di-milling dengan variasi waktu 10 menit dan 15 menit. Pada proses polimerisasi melibatkan templat nano karbaril, methacrylic acid (MAA) sebagai monomer fungsional, ethylene glycol dimathacrylate (EDMA) sebagai crosslinker, benzoil peroksida (BPO) sebagai inisiator, dan acetonitril sebagai pelarut yang disintesis menggunakan metode cooling-heating. Dengan cara yang sama, non-imprinted polymer (NIP) juga dibuat sebagai polimer kontrol.  NIP merupakan polimer yang dibuat dengan komposisi dan cara yang sama dengan MIP, namun tidak ditambahkan nano karbaril sebagai zat aktif. Pembuangan templat pada proses ekstraksi sangat berperan penting untuk menghasilkan material sensor yang baik. MIP, polimer, dan NIP yang dihasilkan di karakterisasi menggunakan Fourier transform infrared (FTIR) dan sampel terbaik dideteksi lebih lanjut dengan uji x-ray diffraction (X-RD), dan scanning electron microscope (SEM). Hasil FTIR menunjukkan bahwa gugus fungsi spesifik nano karbaril pada NIP tidak tampak bila dibandingkan dengan spektra MIP, dan terjadi penurunan persen transmitansi pada polimer dan peningkatan % transmitansi pada MIP. Hal ini menjelaskan bahwa terjadi penurunan konsentrasi nano karbaril pada MIP setelah proses ektraksi. Hasil X-RD menunjukkan ukuran kristal yaitu 9,16 Å. Hasil SEM menunjukkan bahwa jumlah pori tercetak dengan ukuran ≤100 nm yaitu 383 pori.  Data ini mengindikasikan bahwa MIP nano karbaril potensial untuk diaplikasikan sebagai material sensor.


Abstract: The photocatalytic composite Fe doped AC/TiO2 has been prepared by sol-gel method. The prepared Fe doped AC/TiO2 composite were characterized by scanning electron microscope (SEM) and X-ray diffraction (XRD).The SEM analysis showed that Fe and TiO2 were attached to the Activated Carbon surfaces. The X-Ray Diffraction data showed that Fe doped AC/TiO2 composite mostly contained anatase phase.


Author(s):  
Muhammad Umar Faruqi ◽  
Arif Tjahjono ◽  
Sitti Ahmiatri Saptari

AbstrakPerovskite manganit merupakan salah satu rekayasa material yang dapat menghasilkan perubahan fenomena fisika. Telah berhasil dibuat material berbasis perovskite manganit Nd0,6Sr0,4MnO3 menggunakan metode sol-gel¬ dan dikompositkan dengan ZnO (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x/(ZnO)x (x = 0; 0,3; 0,5; 0,7). Hasil pengujian X-Ray Diffraction menunjukkan sampel Nd0,6Sr0,4MnO3 berstruktur tunggal ortorombik dan sampel ZnO pada (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5/(ZnO)0,5 berstruktur heksagonal tunggal. Hasil pengujian Field Emission Scanning Electron Microscope menunjukkan sampel telah homogen dengan rata-rata ukuran butir 0,188 μm. Hasil pengujian Vibrating Sample Magnetometer menunjukkan sampel (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5/(ZnO)0,5 bersifat paramagnetik dan mengalami penurunan sifat magnetik juga suseptibilitas seiring dengan penambahan konsentrasi material ZnO. AbstractPerovskite manganite is one of the manipulation materials that can produce changes in physical phenomena. Perovskite material Nd0,6Sr0,4MnO3 has been made with the sol-gel method and then composites with ZnO (Nd0.6Sr0.4MnO3)1-x/(ZnO)x (x = 0; 0.3; 0.5, 0, 7). The results of the X-Ray Diffraction characterization test showed samples of Nd0,6Sr0,4MnO3 and ZnO each with a single orthorhombic phase with a Pnma space group and a single hexagonal with a P63mc space group. The results of the Field Emission Scanning Electron Microscope characterization test showed that the samples were homogeneous with an average grain size of 0,188 μm. Vibrating Sample Magnetometer characterization test results show composite material (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x/(ZnO)x are paramagnetic and the increasing composition of ZnO material decreases the magnetization and susceptibility value of sample 


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ana Hidayati Mukaromah ◽  
Tulus Ariyadi ◽  
Inas Hasna Azizah ◽  
Mifbakhuddin Mifbakhuddin

<p>Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi membran ZSM-5 dengan penyangga kasa jenis 304 ukuran 200 dan 400 mesh dan jenis kasa AISI 316 ukuran 180 mesh. Tujuan penelitian ini adalah mensintesis membran ZSM-5 dengan penyangga kasa jenis 304 ukuran 200 dan 400 mesh dan jenis kasa AISI 316 ukuran 180 mesh dan mengkarakterisasi membran ZSM-5 hasil sintesis. Sintesis membran dilakukan dengan cara melapiskan prekursor ZSM-5 (<em>coating)</em> pada penyangga kasa yang telah diberi perlakuan dan dipanaskan pada suhu 90 °C selama 4 hari. Selanjutnya, membran yang dihasilkan dikarakterisasi engan metoda <em>X-ray diffraction</em> (XRD), <em>scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy</em> (SEM-EDS) dan <em>Fourier-transform infrared</em> (FTIR). Hasil citra SEM-EDS menunjukkan bahwa ukuran membran ZSM-5 yang semakin besar, menghasilkan jumlah lubang atau pori semakin banyak dengan luasan pori yang semakin kecil. Pola difraksi XRD menunjukkan bahwa membran yang dihasilkan mempunyai intensitas tertinggi pada 2 8º dan 23º yang merupakan karakteristik dari ZSM-5. Hasil spektra FTIR menunjukkan adanya serapan pada bilangan gelombang 450 cm<sup>-</sup><sup>1</sup>yang merupakan ciri khas membran ZSM-5.</p><p class="Text"><strong>Characterization of ZSM-5 Membranes Synthesized by Variation of Support Types and Sizes.</strong> Synthesis and characterization of ZSM-5 membrane were carried out with 304 type 200 and 400 mesh gauze supports and 180 mesh AISI 316 gauze types. The purpose of this study was to synthesize ZSM-5 membrane with 304 type 200 and 400 mesh gauze support and AISI 316 type 180 mesh size 180 mesh and characterize the synthesized ZSM-5 membrane. Membrane synthesis was carried out by coating the pre-treated gauze support with the ZSM-5 precursor and was heated at 90 °C for 4 days. Furthermore, the resulting membrane was characterized by X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS) dan Fourier-transform infrared (FTIR). The SEM-EDX analysis shows that the increasing of ZSM-5 membrane size allowed pores number to increase with smaller pore surface area. The X-ray Diffraction pattern (XRD) shows that the resulting membrane has the highest intensity at 2  of 8º and 23º as the characteristics of ZSM-5. The FTIR spectra results show absorption at wavenumbers 450 cm<sup>-1</sup> which is a characteristic of ZSM-5 membranes.</p>


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Veni Dayu Putri

<p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong> </strong></p><p>Pembuatan lapisan tipis kalsium fosfat dari kalsium nitrat tetrahidrad (Ca(NO<sub>3</sub>)<sub>2</sub>.4H<sub>2</sub>O) sebagai prekursor kalsium dan asam fosfat (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) sebagai <em>prekursor</em> fosfat dengan variasi perbandingan mol Ca/P 1.50 , 1.60 , 1.67 , 1.70 dan 1.80 melalui metode sol-gel telah dilakukan. Sol yang didapat dibakar pada suhu 1000<sup>o</sup>C sehingga terbentuk powder kalsium fosfat berwarna putih. Powder yang didapat dianalisis menggunakan Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis FTIR menunjukkan adanya serapan gugus PO<sub>4</sub><sup>3-</sup>, O-H, H<sub>2</sub>O, CO<sub>2</sub>, dan P<sub>2</sub>O<sub>7</sub><sup>4-</sup>. Difraksi sinar-X dari powder yang terbentuk memberikan puncak pada sudut 2θ yang berbeda yaitu <em>Calsium Pyrophospate</em> (Ca<sub>2</sub>P<sub>2</sub>O<sub>7</sub>) dan <em>Hydroxyapatite</em> HAP (Ca<sub>10</sub>(PO<sub>4</sub>)<sub>6</sub>(OH)<sub>2 </sub>pada perbandingan molar Ca/P 1.80 . Analisis SEM menghasilkan <em>Hydroxyapatite </em>dan <em>Calsium Pyrophospate </em>dengan distribusi partikel yang tidak merata dan berbentuk <em>spheric</em>. Proses pelapisan dilakukan pada plat kaca yaitu pada perbandingan mol Ca/P 1.80 menggunakan metode dip-coating dan kemudian dipanaskan pada suhu 400<sup>o</sup>C. Hasil analisa XRD pada lapisan kalsium fosfat memperlihatkan bahwa senyawa yang terbentuk berbentuk amorf. Sedangkan analisis menggunakan SEM memperlihatkan bahwa lapisan tipis kalsium fosfat memiliki morfologi permukaan yang halus, rapat, homogen dan berbentuk <em>speric</em>.</p><p> </p><p>         <strong><em>Kata kunci</em></strong> : kalsium fosfat, <em>hydroxyapatite</em>, <em>dip-coating</em>, metode sol-gel</p><p> </p><p><strong>ABSTRACT</strong></p><p align="center"><strong> </strong></p><p><em>Preparation a thin layer of calcium phosphate using tetrahidrad calcium nitrate (Ca(NO<sub>3</sub>)<sub>2</sub>.4H<sub>2</sub>O) as a precursor of calcium and phosphoric acid (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) as a precursor of phosphate with a variation of the mole ratio Ca/P 1.50; 1.60, 1.67, 1.70 and 1.80 through the sol-gel method have been done. Sol obtained burned at a temperature of 1000<sup>o</sup>C to form white powder of calcium phosphate. Powder obtained were analyzed using Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscopy (SEM). FTIR analysis showed absorption PO<sub>4</sub><sup>3-</sup> group,  O-H, H<sub>2</sub>O, CO<sub>2</sub>, and P<sub>2</sub>O<sub>7</sub><sup>4-</sup>. X-ray diffraction from powder formed providing a peak at an angle 2θ different namely Calcium Pyrophospate (Ca<sub>2</sub>P<sub>2</sub>O<sub>7</sub>) and Hydroxyapatite HAP (Ca<sub>10</sub>(PO<sub>4</sub>)<sub>6</sub>(OH)<sub>2</sub>) at a molar ratio of Ca/P 1.80. Analysis of SEM produces Hydroxyapatite and Calcium Pyrophospate with particle distribution is uneven and shaped spheric. The coating process performed on glass plates with mole ratio of Ca/P 1.80 using a dip-coating and then heated at a temperature of 400<sup>o</sup>C. XRD analysis on a layer of calcium phosphate showed that the compound formed shaped amorphous. While using SEM analysis showed the morphology of thin layer of calcium phosphate are smooth, dense, homogeneous and shaped speric.</em></p><p><em> </em></p><p><em>         <strong>Keywords :</strong> calcium phosphate, hydroxyapatite, dip-coating, sol-gel method</em></p>


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Solihudin Solihudin ◽  
Haryono Haryono ◽  
Atiek Rostika Noviyanti ◽  
Muhammad Rizky Ridwansyah

<p>Komposit forsterit-karbon merupakan salah satu material modifikasi dari forsterit yang berpotensi memiliki sifat isolator panas baik. Karbon dalam komposit dapat mengisi cacat titik pada kristal forsterit. Arang sekam padi (residu gasifikasi) mengandung SiO2 amorf dan karbon yang tinggi. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh suhu kalsinasi dalam medium gas inert (dengan pengaliran gas argon) terhadap karakteristik komposit forsterit-karbon dari arang sekam padi dan magnesium karbonat. Metode penelitian meliputi preparasi arang sekam padi hasil gasifikasi, dan sintesis forsterit-karbon. Proses sintesis komposit forsterit karbon dilakukan dengan cara mencampurkan arang sekam padi dengan kalium karbonat pada rasio mol magmesium terhadap silikon sebesar 2 : 1 kemudian dikalsinasi dengan suhu divariasikan (700, 800, 900, dan 1000 oC). Selanjutnya sampel hasil sintesis dikarakterisasi dengan Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), dan scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). Hasil karakterisasi dengan FTIR dan XRD diperoleh kesimpulan bahwa forsterit mulai terbentuk pada suhu kalisiasi 800 oC dan sempurna pada suhu 1000 oC, karenanya komposit yang terbentuk pada 1000 oC dimungkinkan sebagai forsterit-karbon, di mana unsur-unsur yang terkandung ditunjukkan oleh SEM-EDS.</p><p> </p><p><strong>The Effect of Calcination Temperature on the Characteristics of Forsterite-Carbon Composites Synthesized in Argon Gas Medium</strong>. Forsterite-carbon composite is one of the material modifications of forsterite, which potentially has a good heat insulation property. Carbon in composites can fill point defects in forsterite crystals. Rice husk charcoal, as gasification residues, contains high amorphous SiO2 and carbon. This study aims to determine the effect of temperature on the calcination of a mixture of rice husk charcoal and magnesium carbonate under an inert gas (argon gas) on the characteristics of the forsterite-carbon composite produced. The experimental research performed includes the preparation of gasified rice husk charcoal and the synthesis of the carbon-forsterite composite. The synthesis process of the carbon-forsterite composites was carried out by mixing rice husk charcoal with potassium carbonate at a mole ratio of magnesium to silicon of 2 : 1. The mixture was then calcined with varying temperatures (700, 800, 900, and 1000 °C). Furthermore, the synthesized sample was characterized by Fourier-transform infrared (FTIR), X-ray diffraction (XRD), and scanning electron microscope-energy dispersive spectroscopy (SEM-EDS). The FTIR and XRD analysis show that the forsterites began to form at a calcination temperature of 800 °C and perfectly formed at a temperature of 1000 °C; therefore, the composite formed at 1000 °C is possible as forsterite-carbon, in which the contained elements were indicated by SEM-EDS.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document