scholarly journals Hubungan Kadar HbA1c dan Kualitas Tidur pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Anggri Noorana Zahra ◽  
Misella Elvira Farida

ABSTRAKKualitas tidur yang buruk pada pasien diabetes melitus tipe 2 akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh komplikasi diabetes melitus yang diakibatkan oleh status kontrol gula darah yang buruk. Kadar HbA1c dapat menggambarkan status kontrol gula darah pasien dalam tiga bulan terakhir. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kadar HbA1c dengan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Responden adalah pasien diabetes melitus tipe 2 sebanyak 110 orang yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Lokasi penelitian di Poli Endokrin RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Data kadar HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan HbA1c responden dalam tiga bulan terakhir dan kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan uji deskriptif dan analisis bivariat dengan menggunakan chi square. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar HbA1c dengan kualitas tidur responden (p=0,000) dimana responden dengan kadar HbA1c pada kategori diabetes memiliki peluang 45 kali untuk memiliki kualitas tidur yang buruk dibandingkan responden dengan kadar HbA1c pada kategori normal. Diskusi: Kontrol gula darah yang buruk dapat menyebabkan penderita diabetes menderita neuropati diabetik yang menyebabkan nyeri pada kaki dan osmotik diabetes yang dapat menyebabkan nokturia. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas tidur pasien diabetes. Kesimpulan: Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat agar memberikan intervensi yang tepat dalam penatalaksanaan diabetes melitus sehingga pasien dapat mempertahankan status kontrol gula darah yang baik dan mendapatkan kualitas tidur yang baik.Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, kadar HbA1c, kualitas tidur, Pittsburgh Sleep Quality Index.The Relationship Between HbA1c Level and Sleep Quality in Patients with Type 2 Diabetes MellitusABSTRACTPoor sleep quality in patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM) will have an impact on their quality of life. Poor sleep quality is caused by complications of diabetes mellitus that is caused by poor glycemic control. HbA1c level describes the patient’s glycemic control in the last three months. Objective: This study aims to identify the relationship between HbA1c level and sleep quality in patients with T2DM. Methods: The study was using a cross sectional approach, 110 patients with T2DM at the Endocrine Polyclinic of Dr. Cipto Mangunkusumo National General Referal Hospital Jakarta were recruited by consecutive sampling technique. HbA1c level was taken from the results of HbA1c examination of respondents in the last three months and sleep quality was measured by the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The gathered data were analyzed using descriptive and chi-square test. Results: The results of this study indicated that there was a significant correlation between HbA1c level and the sleep quality of respondents (p=0,000). The respondents with HbA1c level in the diabetes category have a 45 times greater chance of experiencing poor sleep quality compared to respondents with levels HbA1c in the normal category. Discussion: Poor blood glycemic control can cause patients to suffer from diabetic neuropathy, which causes pain or uncomfortable sensation in the legs, and osmotic diuresis, which can cause nocturia. It can reduce the sleep quality of diabetes patients. Conclusion: This study recommends the nurses to provid education and encourage patients with T2DM to maintain their glycemic control to promote healthy sleep among diabetic.Keywords: Type 2 diabetes mellitus, HbA1c level, sleep quality, pittsburgh sleep quality index.

2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 198
Author(s):  
Maifitrianti Maifitrianti ◽  
Nora Wulandari ◽  
Muthoh Haro ◽  
Sifah F. Lestari ◽  
Anisa Fitriani

Poor glycemic control is a primary risk factor for the progression of complications. This study aimed to determine the status of glycemic control and associated factors among type 2 Diabetes Mellitus (DM) patients at primary health care of Cakung District, Kebon Jeruk District and Rawa Bunga Village, Jakarta. This study was conducted from July to August 2019, and adopted a cross-sectional design. The respondents' data included sex, age, occupation, education, long suffered with diabetes, diagnosed chronic disease, antidiabetic and other regular drugs were obtained through a questionnaire. Measurement of glycated haemoglobin A1c level was carried out in a standardized laboratory in Jakarta. A total of 126 respondents met the inclusions and exclusion criteria, of which 70.6% were female. The mean age of patients was 61.46±9.086 years (35–85 years). HbA1c level was measured, and the results showed that 45.2% of respondents had good glycemic control (<7% of HbA1c level), while 54.8% had poor control (≥7% of HbA1c level). On the bivariate analysis, the number of antidiabetics was significantly associated with glycemic control (p<0.05). The poor glycemic control was significantly higher in patients with polytherapy (72.6%) antidiabetic compared to single antidiabetic (37.5%) (p=0.01). These findings highlighted the need for proper management of patients with polytherapy, in order to prevent the complication of type 2 DM.Keywords: Glycemic control, Jakarta, primary health care, type 2 diabetes mellitus Kontrol Gikemik dan Faktor yang Berhubungan pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di JakartaAbstrakKontrol glikemik yang buruk merupakan faktor risiko utama terjadinya komplikasi pada pasien diabetes melitus (DM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontrol glikemik dan faktor yang berhubungan pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cakung, Kecamatan Kebon Jeruk dan Kelurahan Rawa Bunga, Jakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Juli–Agustus 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Data responden antara lain jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, lama menderita penyakit DM, penyakit kronis lain yang diderita, obat DM dan obat rutin lain yang digunakan didapatkan melalui instrumen kuisioner. Pengukuran kadar HbA1c dilakukan di laboratorium yang terstandarisasi di Jakarta. Sebanyak 126 responden memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terlibat dalam penelitian ini, dan sebanyak 70,6% adalah berjenis kelamin perempuan. Usia rata-rata pasien adalah 61,46±9,086 tahun (35–85 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,2% responden memiliki kontrol glikemik yang baik (<7 level HbA1c), sedangkan 54,8% responden memiliki kontrol glikemik yang buruk (≥7 level HbA1c). Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa jumlah antidiabetes yang digunakan berhubungan dengan kontrol glikemik. Kontrol glikemik yang buruk secara signifikan lebih tinggi ditemukan pada pasien dengan politerapi (72,6%) dibandingkan pada pasien dengan terapi tunggal antidiabetes (37,5%) (p=0,01). Temuan ini menyoroti perlunya manajemen yang tepat pada pasien dengan politerapi untuk mencegah komplikasi DM tipe 2.Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, Jakarta, kontrol glikemik, puskesmas


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 945-949
Author(s):  
Fuji Rahmawati

Gejala sekunder yang biasa dirasakan oleh penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 adalah gangguan tidur. Sleep hygiene merupakan suatu latihan atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Sleep Hygiene terhadap kualitas tidur penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional melalui pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 29 responden dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi. Alat ukur menggunakan kuesioner sleep hygiene index (SHI) untuk mengukur skor sleep hygiene dan kuesioner Pittsburgh sleep quality index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian didapatkan skor rata-rata sleep hygiene adalah 15,79 dan skor rata-rata kualitas tidur adalah 9,31. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara sleep hygiene dengan kualitas tidur penderita DM Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Indralaya (p value = 0,017). Diharapkan pada perawat komunitas yang ada di Puskesmas Indralaya yang salah satu perannya sebagai edukator, memasukkan teknik sleep hygiene dalam pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada penderita DM tipe 2.


Author(s):  
Wahyu Sukma Samudera ◽  
Novita Fajriyah ◽  
Ida Trisnawati

Background: Type 2 diabetes mellitus was one of non-communicable diseases that increased of prevalence in word wide, included in Indonesia. Utilization of technology as an effort of increase of diabetes treatment is important for achieving of optimum glycemic control and to prevent of complication of diabetes mellitus. However, intervention for self management in patients with diabetes mellitus at this time still not using technology based mobile health intervention. Purpose: This study aims to verify of effectiveness of mobile health intervention on self management and glycemic control in patient with type 2 diabetes mellitus. Method: Design of this studies was used systematic review of randomized controlled trial with PRISMA approach. Article search was carried out through databases: Scopus, Science Direct, and ProQuest with randomized controlled trial design within last 10 years. Results: The finding showed 407 articles have been obtained. Articles selection process were through few steps: topic selection, full text selection, design of studies and obtained 10 articles have been as appropriate of inclusion criteria. Based on results of finding of 10 articles were showed that mobile health intervention was effective in improving of glycemic control by decreasing hbA1c, fasting blood glucose, 2 hours post pandrial. Furthermore, mobile health intervention was effective in increasing of self management in patient with type 2 diabetes mellitus and increased adherence of diabetes medication. Moreover, mobile health intervention can also improve of insulin level and lipid profile in patient with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Mobile health intervention was effective in improving of glycemic control and self management, and giving of facilitate communication between patient and health providers Keywords: mobile health application; self management; glycemic control; diabetes mellitus ABSTRAK Latar belakang: diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan angka kejadian di dunia, termasuk di Indonesia. Penggunaan teknologi sebagai upaya meningkatkan manajemen diabetes melitus sangatlah penting untuk dilakukan guna mencapai kontrol glikemik optimal dan mencegah komplikasi dari Diabetes Melitus. Namun, manajemen diri pada sebagian besar pasien Diabetes Melitus saat ini masih belum menggunakan bantuan teknologi berbasis mobile health. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memverifikasi efektivitas dari penggunaan mobile health intervention terhadap manajemen diri dan kontrol glikemik pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Metode: desain dalam penelitian ini adalah systematic review dengan menggunakan pendekatan PRISMA. Pencarian artikel dilakukan pada beberapa database yang meliputi: Scopus, Science Direct dan ProQuest dengan desain Randomized controlled trial dalam 10 tahun terakhir. Hasil: hasil temuan didapatkan sejumlah 407 artikel penelitian. Proses seleksi artikel dilakukan beberapa tahap meliputi: seleksi topik, fullteks, desain artikel penelitian dan didapatkan 10 artikel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan hasil temuan dari 10 artikel penelitian yang digunakan, menunjukkan bahwa mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik pasien diabetes melalui penurunan kadar hbA1c, gula darah puasa, 2 jam post pandrial. Selanjutnya, mobile health intervention efektif dalam meningkatkan manajemen diri pasien diabetes dan meningkatkan kepatuhan pengobatan. Selain itu, mobile health intervention juga dapat memperbaiki level insulin dan profil lipid pasien diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Mobile health intervention efektif dalam memperbaiki kontrol glikemik dan meningkatkan manajemen diri pasien diabetes melitus serta memudahkan komunikasi antara pasien dengan tenaga kesehatan Kata kunci: mobile health application; manajemen diri; kontrol glikemik; diabetes melitus


2019 ◽  
Vol 2019 ◽  
pp. 1-8 ◽  
Author(s):  
Wagner Martorina ◽  
Almir Tavares

Aims. Sleep duration (SD) has been associated with metabolic outcomes. Is there an independent association between short/long SD and glycemic control (GC) in type 2 diabetes mellitus (T2DM) outpatients, compared to intermediate SD? Employing up-to-date definitions of SD, we comprehensively considered, simultaneously, all known confounding/mediating factors that recently emerged in the literature: age, gender, diet, physical activity, obesity, night pain, nocturnal diuresis, sleep quality, chronotype, sleep apnea, depressive symptoms, alcohol, caffeine, tobacco, number of endocrinologist appointments, T2DM family history, and sleep medication. Methods. A cross-sectional study of 140 consecutive T2DM outpatients, ages 40-65, glycohemoglobin HbA1c goal≤7. We searched for variables (including HbA1c) significantly associated with short (<6 hours) or long (>8 hours) SD, in comparison to intermediate SD (6-8 hours). Results. Higher HbA1c levels increased the chance of belonging to the group that sleeps <6 hours (p≤0.001). Better sleep quality, nocturnal diuresis, and morningness increased the chance of belonging to the group that sleeps >8 hours (p<0.05). Conclusions. There is an independent association between short SD and elevated HbA1c, in real-world T2DM outpatients. Future interventional studies could evaluate weather consistent, long-term sleep extension, from <6 hours to 7–9 hours per 24 hours, improves GC in T2DM outpatients.


2011 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
pp. 30-35 ◽  
Author(s):  
Y.-W. Tsai ◽  
N.-H. Kann ◽  
T.-H. Tung ◽  
Y.-J. Chao ◽  
C.-J. Lin ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 276-282
Author(s):  
Sandra Pebrianti ◽  
Bambang Aditya Nugraha ◽  
Iwan Shalahuddin

Management of neuropathic pain in patients with diabetes mellitus patients type 2: A literature studyBackground: An increase in the population of people with diabetes mellitus (DM), has an impact on increasing the most serious complications of diabetic neuropathy. Studies reveal that 16% to 26% of patients with diabetes neuropathy experience pain. People with DM who experience diabetic neuropathy pain will feel very uncomfortable and disturbed, neuropathic pain causes complaints not only physically, but also the mood and quality of life of patients. Therefore, it is important to identify the management of neuropathic pain in patients with type 2 diabetes mellitus to improve the quality of life of patients.Purpose: This literature review is to identify the management of neuropathic pain in type 2 DM patients.Method: Tracking this literature review using databases such as Google Scholar, Pubmed and Proquest with inclusion criteria that focus on the management of neuropathic pain in DM patients, publication years between 2010-2020 in Indonesian and English, quasi experiment design and Randomized controlled trial . Obtained as many as 87 articles, 32 met the criteria of the year and as many as 19 were the last complete articles found as many as 10 articles which were in line with the focus of the search.Results: Neuropathy management interventions were grouped into exercise, relaxation distraction techniques, percutaneous electrical stimulation and supportive education.Conclusion: Exercise, relaxation distraction techniques, percutaneous electrical stimulation and educational supportive interventions become one of the interventions that can be considered to use in the management of neuropathic pain in type 2 diabetes mellitus patients to improve comfort and quality of life.Keyword: Management; Neuropathic Pain; Patients; Diabetes mellitus type 2Pendahuluan: Peningkatan populasi penyandang diabetes melitus (DM), berdampak pada peningkatan komplikasi yang paling serius yaitu neuropati diabetik.  Studi mengungkapkan bahwa 16% hingga 26% pasien dengan neuropati diabetes mengalami rasa nyeri. Penyandang DM yang mengalami nyeri neuropati diabetik akan merasa sangat tidak nyaman dan terganggu, nyeri neuropati menimbulkan keluhan tidak hanya fisik, namun juga mood dan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengidentifikasi manajemen nyeri neuropati pada psien diabetes mellitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Tujuan: Dengan studi literatur untuk mengidentifikasi manajemen nyeri neuropati pada pasien DM tipe 2.Metode: Penelusuran dengan menggunakan basis data seperti google scholar, Pubmed dan Proquest dengan kriteria inklusi yang berfokus pada manajemen nyeri neuropati pada pasien DM, tahun publikasi antara 2010-2020 dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris, desain quasi experiment dan Randomized controlled trial. Didapatkan sebanyak 87 artikel, 32 memenuhi kriteria tahun dan sebanyak 19 merupakan artikel lengkap terakhir ditemukan sebanyak 10 artikel yang sesui fokus pencarian.Hasil: Intervensi manajemen neuropati dikelompokan menjadi exercise, teknik distraksi relaksasi, stimulasi listrik perkutan dan suportif edukatif.Simpulan: Exercise, tekhnik distraksi relaksasi, stimulasi listrik perkutan dan intervensi suportif edukatif menjadi salah satu intervensi yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada manajemen nyeri neuropati pada pasien diabetes mellitus tipe 2 demi meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup. 


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 17-24
Author(s):  
Fuji Rahmawati ◽  
Jaji ◽  
Firnaliza Rizona

Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 memiliki gejala klinis seperti polidipsia, polyuria,dan nyeri yang juga terjadi pada malam hari dan dapat menyebabkan gangguan tidur.Bertambahnya frekuensi terbangun, susah untuk tertidur kembali, dan ketidakpuasantidur yang menyebabkan kualitas tidur menurun adalah serangkaian akibat yangdisebabkan oleh gangguan tidur. Sleep hygiene merupakan salah satu metode untukmeningkatkan kualitas tidur berupa sekumpulan daftar kegiatan yang dapat dilakukanuntuk memfasilitasi mulainya tidur dan mempertahankannya. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruh sleep hygiene terhadap kualitas tidur penderita DM tipe 2di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif denganrancangan penelitian praeksperimen dan Desain One Group Pretest Posttest. Sejumlah29 responden dipilih untuk menjadi sampel berdasarkan kriteria inklusi. Alat ukurmenggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitastidur. Data kemudian dianalisis menggunakan uji wilcoxon. Hasil analisis menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan setelah intervensi sleephygiene (p-value =0.000) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh sleephygiene terhadap kualitas tidur penderita DM Tipe 2. Berdasarkn hasil tersebut, perawatkomunitas di Puskesmas Indralaya diharapkan dapat memasukkan sleep hygiene dalampendidikan kesehatan yang wajib diberikan pada penderita DM tipe 2 dan keluarganya.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document