scholarly journals Analisis Kendala Pembelajaran Daring PAUD dan SD dengan Pendekatan Interpretative Structural Modeling (ISM)

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 33-40
Author(s):  
Casnan ◽  
Purnawan ◽  
Heti Triwahyuni ◽  
Evan Farhan Wahyu Fuadi ◽  
Irman Firmansyah

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet. Pembelajaran daring adalah program untuk mengatur kelas belajar di jaringan untuk mencapai kelompok dengan jangkauan yang lebih, analisis kendala pembelajaran daring pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk membuat prioritas kendala pembelajaran daring dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif menggunakan sofware Interpretative Structural Modelling (ISM). Interpretative Structural Modelling (ISM) merupakan salah satu metode yang baik dalam menstrukturkan hingga mendesain hirarki permasalahan yang bersifat abstrak dan kualitatif serta dapat menggambarkan pemetaan masalah dalam bentuk kuadran dan strukturisasi masalah sesuai dengan prioritas permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian kendala utama dalam proses pembelajaran daring adalah komunikasi, gagap teknologi dan motivasi belajar.

2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 75-84
Author(s):  
Herri Fariadi

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi atribut-atribut yang berpengaruh terhadap struktur kelembagaan desa mandiri pangan berkelanjutan dan untuk merumuskan bagaimana struktur kelembagaan yang terlibat dalam pengembangan desa mandiri pangan agar dapat berkelanjutan di Kabupaten Bengkulu Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yakni di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan kawasan yang telah mendapat program desa mandiri pangan, juga didasarkan atas pertimbangan bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.Responden dalam penelitian ini adalah kalangan pakar terpilih yang diambil berdasarkan kesesuaian keahlian dengan struktur dan kelembagaan usaha pangan. Pada saat penentuan atribut, responden diambil sebanyak 17 orang, selanjutnya dalam metode interpretative structural modelling (ISM) untuk penentuan struktur kelembagaan responden yang diambil sebanyak 5 orang yang berasal dari akademisi. Analisis atribut-atribut yang berpengaruh terhadap struktur kelembagaan desa mandiri pangan berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan Multi-Dimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan pendekatan Rap-Demangan. Untuk merumuskan struktur kelembagaan menggunakan Interpretative Structural Modeling (ISM). Hasil analisis Rap-Demangan menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan kelembagaan di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan kategori baik (75.6) dalam skala keberlanjutan 0–100. Hasil Output ISM-Strella, berdasarkan Reachability Matrix (RM) Lembaga Sosial, berada pada sektor I (AUTONOMOUS),  sektor II (DEPENDENT) di tempati oleh Pengolah Hasil Pangan, Pemasar Hasil Pangan, Kelompok Tani/Ternak/Nelayan,  Koperasi dan UKM, Lembaga Keuangan Mikro, Gapoktan, KTNA, Unit Pembenihan Rakyat, Sedangkan yang berada pada sektor III (LINKAGE) yaitu adalah Pembudidaya Pangan, Disperindag. Pada sektor IV (INDEPENDENT) yaitu adalah Kementrian Pertanian, Dinas Teknis, Badan Ketahanan Pangan, BP4K, Tokoh Masyarakat, Kementrian Kelautan Dan Perikanan, Balai Pembibitan, Balai Benih Ikan, Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Penyuluh.   Kata Kunci : struktur kelembagaan, desa mandiri pangan berkelanjutan, metode  Interpretative Structural Modeling (ISM).


Prioritizing of factors for effective lean manufacturing poses a challenge to management due to complexities in interrelationships. Diligent understanding of measures of lean manufacturing assumes great importance. Essential manufacturing flexibilities take care of uncertainties driven by dynamics of the market. Interrelationship between factors of manufacturing flexibility and lean manufacturing adds to complexity. Judicious analysis of these factors is imperative to understand their effect on lean manufacturing. Total interpretive structural modeling methodology is used for establishing relationships among the factors affecting lean performance. Case studies have been carried out and TISM is applied to understand the dynamism of factors. Study brings out how the organization of the companies and level of automation help in understating the driving and dependence power. The study helps in understanding the influence of hierarchy and level of factors identified by TISM technique on lean performance as also the factors which merit attention of top management to achieve better results


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 90 ◽  
Author(s):  
Dino Rimantho ◽  
Hera Rosdiana

Industri makanan merupakan salah satu jenis industri manufaktur yang menggunakan berbagai sumber daya dalam operasionalnya dimana dalam prosesnya berpotensi menghasilkan air limbah yang mengandung berbagai senyawa yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor kunci peningkatan kualitas air limbah di industri makanan. Pemilihan alternatif dan analisis strategi menggunakan metode Interpretative Structural Modelling (ISM), dimana metode ini menggunakan penilaian pakar dalam bentuk kuesioner dalam pengambilan datanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat faktor utama dalam upaya peningkatan kualitas air limbah seperti manusia, mesin, metode, material dan lingkungan. Lebih lanjut, berdasarkan hasil analisis dengan metode ISM diperoleh nilai dependent yang rendah dan nilai driver power yang tinggi, maka dapat diketahui faktor kunci dalam peningkatan kualitas air limbah di industri makanan yaitu faktor monitoring harian dalam pengecekan effluent. Sehingga, pemangku kepentingan di industri pengolahan makanan untuk senantiasa melakukan monitoring dan perbaikan proses dalam rangka peningkatan kualitas air limbah yang sesuai dengan baku mutu lingkungan.Kata kunci: Air limbah, Industri makanan, ISM, Kualitas, Faktor kunciABSTRACTThe food industry is one type of manufacturing industry that uses various resources in its operations. The processing process has the potential to produce wastewater containing various compounds that can reduce the quality of the environment. This study aims to determine the key factors to improve the quality of wastewater in the food industry. The selection of key factors is using Interpretative Structural Modeling (ISM) method. This method uses expert judgment in the form of questionnaires in the data retrieval. The results showed that there are four main factors in efforts to improve the quality of wastewater such as human, machine, method, material, and environment. Furthermore, based on ISM method analysis results obtained low dependent value and high power driver value, a key factor in improving the quality of wastewater in the food industry is daily monitoring factor in effluent checking. Thus, the stakeholders in the food processing industry should always monitor and enhancements the process in order to improve the quality of wastewater in accordance with environmental quality standards.Keywords: wastewater, Food Industry, ISM, Quality, Key factorCitation: Rimantho D., dan Rosdiana H. (2017). Penentuan Faktor Kunci Peningkatan Kualitas Air Limbah Industri Makanan Menggunakan Interpretive Structural Modelling (ISM). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2), 90-95 doi:10.14710/jil.15.2.90-95


2020 ◽  
Vol 477 (2) ◽  
pp. 459-459
Author(s):  
Lalith K. Chaganti ◽  
Shubhankar Dutta ◽  
Raja Reddy Kuppili ◽  
Mriganka Mandal ◽  
Kakoli Bose

1981 ◽  
Vol 42 (C4) ◽  
pp. C4-391-C4-394 ◽  
Author(s):  
R. Grigorovici ◽  
A. Vancu
Keyword(s):  

Author(s):  
Svetlana L. Sazanova

Entrepreneurship plays an important role in the modern global economy; the share of products of small and medium enterprises in the gross product and exports not only of the developed but also of developing countries is growing. Innovation processes cover all sectors of the economy, and more and more people are involved in entrepreneurial activity, which contributes to the penetration of entrepreneurial thinking and business values in all areas of the socioeconomic life of society. The Institute of Entrepreneurship plays an increasingly prominent role in the institutional environment of socio-economic systems. This actualizes the problem of studying the relationship of the institution of entrepreneurship with the institutions of law, culture, management. This requires a methodology that allows you to explore the impact on the institute of entrepreneurship not only economic, but also non-economic factors. The methodology of the “old” institutionalism possesses such a tool, it is structural modeling (pattern modeling), which allows to explore the diversity of interrelationships of the institution of entrepreneurship with other components of the institutional and economic environment. The article explored the features of the development of the institution of entrepreneurship in Russia, established the relationship between the institution of entrepreneurship, values, motives and incentives for entrepreneurial activity, built a structural model of the institution of entrepreneurship based on the methodology of the old institutionalism (pattern modeling). The structural model of the institution of entrepreneurship reveals the relationship between the institution of entrepreneurship, the values of entrepreneurial activity, its motives and incentives; as well as the relationship between the institution of entrepreneurship with the institutions of governance, cultural and religious institutions, legal institutions and society.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document