Performa Redundancy Link Hot Standby Router Protocol IPv6 With Routing EIGRP for IPv6

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 58-66
Author(s):  
Firmansyah Firmansyah ◽  
Rachmat Adi Purnama ◽  
Anton Anton ◽  
Rachmawati Darma Astuti

Pengalokasi IP Address versi 4 (IPv4) yang mulai menipis berjalan secara beriringan dengan semakin meningkatnya kebu-tuhan dunia teknologi informasi. Untuk memenuhi permintaan dari penggunaan IP Address, maka diterapkanlah Internet Protocol version 6 (IPv6). Hadirnya IPv6 diharapkan menjadi sebuah solusi dari  permasalahan yang dihadapi oleh IPv4 seperti permasalahan terbatasnya alokasi IP Address dan keamanan jaringan komputer. Pengimplementasian IP Address didalam jaringan komputer tidak lepas dari adanya protokol routing. Routing protocol Enhanced Interior Gateway Routing Protocol  (EIGRP) pun ikut berkembang dengan adanya penggunaan IPv6 menjadi EIGRP for IPv6 (EIGRPv6). Perkem-bangan jaringan haruslah mempertimbangkan faktor Quality of Service (QoS) di dalamnya. Hot Standby Router Protocol (HSRP) IPv6 hadir untuk memastikan layanan jaringan dapat berjalan dengan maximal dan stabil saat terjadinya link failure pada layanan jaringan. HSRP IPv6 mampu mengoptimalkan packet loss saat terjadinya redundancy dengan nol (0) packet loss, serta redundancy time yang dibutuhkan saat terjadinya redundancy dari router active menuju router standby 10 second dan router standby menuju router active 26,2 second

Author(s):  
Unung Verawardina

In a dynamic routing setting a routing protocol is required to perform the settings to find the shortest and best path. Routing protocols are of two types: vector distance and link state. Use of EIGRP routing that includes long-range vectors and link state OSPF Link link state coverage, peg well to be implemented in complex network because it can adapt well. In this research is the method used for routing and speed of time available EIGRP routing and OSPF routing through simulator GNS3 and wireshark application, then analyze the difference of peformance with speed of routing table and speed of time. While for Quality of Service (QoS) compare network service quality from EIGRP and OSPF routing which include delay, packet loss, and throughput. Based on the results of the research shows the EIGRP routing table is better in the selection path, EIGRP smaller time tansfer data then its data transfer faster than the OSPF. Overall Quality Of Service (Qos) delay, packetloss and throughput on EIGRP and OSPF are well balanced and good.


Author(s):  
Hendrik Kusbandono ◽  
Eva Mirza Syafitri

Teknologi <em>Wireless</em> LAN difungsikan untuk memfasilitasi kemudahan untuk koneksi jaringan, tidak lain termasuk jaringan internet. Manajemen <em>bandwidth</em> merupakan mengalokasikan suatu <em>bandwidth</em> yang berfungsi untuk mendukung kebutuhan atau keperluan suatu jaringan internet agar memberikan jaminan kualitas layanan suatu jaringan QoS (<em>Quality of Services</em>). Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas layanan dan kinerja jaringan <em>Wireless</em> LAN (WLAN), serta mengoptimalkan pembagian <em>bandwidth</em> secara merata ke sejumlah <em>client</em> yang aktif. Metode penelitian ini adalah penerapan <em>Quality </em><em>of Service</em> (QoS) yang digunakan untuk mengukur kualitas <em>b</em><em>andwidth</em> internet yang berjalan pada Wireless LAN dengan parameter <em>download</em>, <em>upload</em>, <em>throughput</em>, <em>delay</em>, <em>jitter</em>, dan <em>packet loss</em><em> </em>dan manajemen <em>bandwidth</em> dengan PCQ (<em>Per Connection Queue</em>). Hasil penelitian ini adalah pada rentang waktu 08.00 s/d 16.00 WIB quota IP Address dinamis habis, sehingga tidak dapat mengkoneksikan ke hotspot PNM-MHS. Menunjukkan rata-rata nilai sebelum dilakukan manajemen <em>bandwidth </em>metode PCQ pada <em>throughput</em> adalah 374,98 Kbps, nilai <em>delay</em> adalah 40,16 ms dengan kategori latensi “Sangat Bagus”, nilai <em>jitter</em> adalah 99,43 ms dengan kategori degradasi “Sedang”, nilai <em>packet loss</em> adalah 23,94 % dengan kategori degredasi “Sedang”. Sedangkan setelah melakukan manajemen <em>bandwidth </em>nilai <em>throughput</em> adalah 362,56 Kbps, nilai <em>delay</em> adalah 29,84 ms dengan kategori latensi “Sangat Bagus”, nilai <em>jitter</em> adalah 55,53 ms dengan kategori degradasi “Bagus”, nilai <em>packet loss</em> adalah 14,29 % dengan kategori degredasi “Bagus”. Manajemen <em>bandwidth </em>metode PCQ bekerja dengan sebuah algoritma yang akan membagi <em>bandwidth</em> secara merata ke sejumlah client yang aktif. PCQ ideal diterapkan apabila dalam pengaturan <em>bandwidth</em> kesulitan dalam penentuan <em>bandwidth</em> per client.


2019 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
Author(s):  
Made Dinda Pradnya Pramita ◽  
Lie Jasa

Seiring dengan perkembangan teknologi, pengimplementasian jaringan komputer dapat menggunakan simulator jaringan. Pengunaan simulator jaringan yang sering digunakan salah satunya adalah Graphical User Interface (GUI) dan sistem operasinya disediakan dari pihak pengguna karena sistem operasi yang digunakan berasal dari sistem operasi asli perangkat jaringan tersebut. Perkembangan pesat terhadap kebutuhan data mendorong masyarakat untuk melakukan pertukaran informasi antara satu dengan lainnya melalui satu jaringan. Komunikasi data dilakukan melalui pengiriman paket data antara jaringan berdasarkan internet protocol (IP) address. IP dibagi menjadi dua yaitu IPV4 dan IPV6 dalam proses pengiriman data dibantu dengan router. Pada penelitian ini akan berfokus pada analis kinerja routing protocol tersebut dengan menggunakan IPV6 dengan memperhatikan beberapa parameter seperti delay, packet loss, throughput dan waktu konversi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan OSPF lebih baik dibandingkan EIGRP pada nilai delay dan throughput  yaitu 2-15%. EIGRP lebih baik ketika koneksi mengalami down yaitu sebesar 45 – 52%. EIGRP memiliki waktu konvergensi yang lebih cepat dibandingkan OSPF yaitu dengan waktu 2 – 6 detik sedangkan OSPF sebesar 8 – 10 detik. Kata Kunci—EIGRP, OSPF, IPV6 dan Simulator


2016 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
Author(s):  
Setiyo Budiyanto ◽  
Hanifah Diana

Pada saat ini teknologi serat optik menjadi media transmisi yang layak diperhitungkan penggunaannya dalam penyediaan akses karena memiliki kapabilitas dan kapasitas  yang  paling  tinggi  dibandingkan  dengan  media  transmisi  lainnya.  Dalam menyediakan akses informasi dengan volume bandwidth yang besar, serat optik memiliki prospek yang menjanjikan. Akses microwave berbasis sistem multiplexing saat ini mulai digantikan perannya dengan akses serat optik berbasis Internet Protocol (IP) yang disebut dengan Metro Ethernet. Aplikasi  Metro  Ethernet  untuk  akses  ke  menara  Base  Station  Transceiver  (BTS) dan  Radio  Network  Connection  (RNC)  operator  selular  merupakan  salah  satu  tawaran yang  diberikan  oleh  jaringan  Metro  Ethernet  saat  ini.  Penggunaan  Ip  clock  sangat dibutuhkan pada Base Transceiver Station (BTS) untuk sinkronisasi jaringan sebagai jam global yang berasal dari jam GPS diakuisisi oleh sejumlah BTS. IP clock didistribusikan ke pengendali serta acuan  berbagai jaringan, dan dari sana ke jaringan perangkat akses, sehingga  terwujud  sinkronisasi  jaringan  komunikasi  konvergensi  antara  BTS  ke  RNC yang melewati Metro E dengan media transmisi Fiber Optik. Pada penelitian ini, penulis menganalisa permasalahan link BTS dengan IP Clock sebagai alarm monitoring dan kaitannya dengan kesesuaian V-lan pada jaringan tersebut. Perhitungan  dan  analisa  Quality  of  Service  (QOS)  dari  penggunaan  fiber  optik  sebagai media  transmisi  yang  melewati  Metro  E  pada  link  antara  BTS  ke  RNC,  dimana parameter-parameter pandukung yang digunakan seperti Delay, Jitter, Packet Loss, untuk memudahkan dalam mengetahui performansinya.Kata Kunci : Fiber Optik, Metro E, BTS, IP Clock, QoS


Author(s):  
Bongga Arifwidodo ◽  
Syahriful Ikhwan

Tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, khususnya perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi. Sehingga  semakin memberikan layanan kemudahan untuk melakukan aktivitas komunikasi. Salah satu layanan yang sedang berkembang Video Call. Layanan Video Call menjadi pilihan dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Teknologi komunikasi Video Call menggunakan IP Multimedia Subsystem (IMS). IMS adalah sebuah sebuah arsitektur framework untuk mengirimkan layanan internet protokol multimedia. Arsitektur Framework dirancang agar mampu menyediakan layanan multimedia yang lebih kompetitif dengan tingkat mobilitas yang lebih tinggi dengan desain agar mampu dijalankan tanpa adanya batasan area maupun domain. Oleh karena itu seiring waktu berkurangnya alamat IP versi 4 IPv4) maka dikembangkanlah alamat IP versi 6 (IPv6). Pada penelitian ini melakukan pengujian dengan melakukan video call menggunakan Open IMS Core dan client pada jaringan backbone IP versi 4 dan IP versi 6. Untuk jaringan backbone IP versi 6 menerapkan sistem tunneling pada topologinya. Dari hasil skenario pengujian, sesuai standar Tiphon didapatkan kehandalanan komunikasi bernilai baik saat diuji pada beban trafik 0 Mbps, 5 Mbps, 10 Mbps dan 15 Mbps. Kemudian saat penambahan beban trafik 15 Mbps, nilai delay yang didapat mencapai 16,17031693 ms, nilai throughput 0,115 Mbps, nilai jitter 5,18897E-06 ms, dan nilai packet loss sebesar 15,51%. Dapat disimpulkan sesuai standar Tiphon, kualitas layanan video call, mencakup nilai delay, throughput, jitter dan packet loss termasuk kategori baik, akan tetapi pada packet loss masuk kategori cukup baik.


2020 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Suroso Suroso ◽  
Ciksadan Ciksadan ◽  
Sholihatun Sholihatun

Sriwijaya State Polytechnic is an educational institution that provides wireless hotspots in every lecture building. With the increasing need for internet, especially on Youtube streaming, it is necessary to have an analysis in each lecture building to find out QoS (Quality of Service) and RMA (Reliability, Maintainability, and Availability) on the Wireless LAN network at Sriwijaya State Polytechnic. This study uses the Action Research method. For QoS measurement using wireshark software and Axence netTools by logging in through the hotspot for each department at the Sriwijaya State Polytechnic, to find out the performance of a network using PRTG (Paessler Router Traffic Grapher) software using the ping IP Address sensor will display the availability monitoring results. The results of the largest measurement of maximum bandwidth are 21,639,256 bit / s in the Business Administration Department, for the highest delay and jitter values are 36 ms and 0.050 ms in the KPA building (Administrative Head Office). The result of the largest packet loss is 0.093% in the Department of Electrical Engineering, for the largest throughput is 0.918 Mbit / s at 1080HD video quality in the Accounting Department. Monitoring RMA aims to determine the performance of an internet network with an Availability result of 99%, this is categorized in good condition. It can be concluded that the QoS measurement results based on the TIPHON version are categorized as very good and the RMA monitoring results have good network performance results as well.Keyword: Streaming Youtube, Parameter QoS, wireshark, RMA ABSTRAKPoliteknik Negeri Sriwijaya merupakan salah satu instansi pendidikan yang menyediakan wireless hotspot di setiap gedung kuliah. Dengan adanya kebutuhan internet yang semakin meningkat khususnya pada streaming Youtube  maka perlu adanya analisis disetiap gedung kuliah untuk mengetahui QoS (Quality of Servie) dan RMA (Reliability, Maintainability, and Availability) pada jaringan Wireless LAN di Politeknik Negeri Sriwijaya . Penelitian ini menggunakan  metode Action Research. Untuk pengukuran QoS menggunakan software wireshark dan Axence netTools dengan cara login melalui hotspot untuk masing-masing jurusan di Politeknik Negeri Sriwijaya sedangkan untuk mengetahui kinerja dari sebuah jaringan menggunakan software PRTG (Paessler Router Traffic Grapher) dengan menggunakan sensor ping IP Address akan menampilkan hasil monitoring availability. Hasil pengukuran terbesar bandwidth maksimal yaitu 21,639,256 bit/s di Jurusan Adminstrasi Bisnis, untuk  nilai delay  dan jitter tertinggi yaitu 36 ms dan 0,050 ms di gedung KPA (Kantor Pusat Administrasi). Hasil packet loss terbesar yaitu 0,093% pada Jurusan Teknik Elektro, untuk troughput  terbesar yaitu 1,681 Mbit/s pada kualitas video 1080HD pada Jurusan Akuntansi. Monitoring RMA bertujuan untuk mengetahui kinerja dari suatu jaringan internet dengan hasil Availability sebesar 99% hal ini dikategorikan dalam kondisi yang baik. Dapat disimpulkan  hasil  pengukuran  QoS berdasarkan versi TIPHON hasilnya dikategorikan sangat bagus dan untuk hasil monitoring RMA memiliki hasil kinerja jaringan  yang baik juga.Kata Kunci: Streaming Youtube, Parameter QoS, wireshark, RMA 


SINERGI ◽  
2016 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 149 ◽  
Author(s):  
Yohanes Andri Pranata ◽  
Ike Fibriani ◽  
Satryo Budi Utomo

Quality of Service merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan yang terpasang dan juga merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu layanan. Dengan dibuatnya sistem pembayaran online yang terdapat di PT. PLN (Persero) Jember, layanan internet yang digunakan hendaknya harus memenuhi standar TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks). Maka diperlukan optimasi kinerja QoS sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kualitas layanan data yang harus dipenuhi. Parameter QoS yang digunakan untuk analisis layanan komunikasi data adalah jitter, packet loss, throughtput, dan delay. Dari hasil analisis data menunjukan bahwa pada jam sibuk (09.00-11.00 WIB) dan non sibuk (11.00-13.00 WIB) mendapatkan hasil rata – rata indeks QoS sebesar 2,125 dalam kategori “kurang memuaskan”. Dengan kapasitas bandwidth yang disediakan sebesar 3 Mbps. Kemudian dari hasil perhitungan optimasi bandwidth yang diperlukan sebesar 7,154 Mbps dan disimulasikan mendapatkan rata–rata indeks  QoS yang sebesar 3,5 dalam kategori “sangat memuaskan”.


Author(s):  
Debbi Irfan Mudhoep ◽  
Linawati ◽  
Oka Saputra

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sekolah menengah berbasis vokasi mendapatkan manfaat sebagai pengembangan teaching factory. Teaching factory adalah konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri. Namun, di tengah pandemi, pengelolaan teaching factory mendapatkan hambatan dari sisi kinerja jaringan yang tidak andal. Kondisi yang sudah ada menggunakan protokol jaringan static routing dan tidak memiliki jalur cadangan pada jaringan. Oleh karena itu, diusulkan penggunaan dynamic routing OSPF dan BGP dengan metode pembebanan kinerja VRRP, HSRP, dan GLBP sebagai jalur cadangan, yang diukur melalui parameter throughput, delay, dan packet loss untuk Quality of Service. Tahapan skenario penelitian menerapkan masing-masing dynamic routing protocol pada ketiga metode pembebanan kinerja agar mampu diukur dan memperoleh hasil QoS yang diharapkan di end user. Hasil terbaik yang direkomendasikan yaitu dynamic routing OSPF dengan metode pembebanan kinerja VRRP karena memberikan perbandingan waktu kurang dari 1 detik saat terjadi kegagalan jalur pada jaringan internet. Hal ini terbukti dari QoS sebesar 3,96 dengan kategori sangat memuaskan, lebih baik dibandingkan lainnya.


2014 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 237 ◽  
Author(s):  
Jasmine Jeni ◽  
Vimala Juliet ◽  
Messiah Bose

The mobility factor of the nodes in a mobile Ad Hoc networks (MANET) changes the network topology leading to changes in size of the network. As the topology changes, link failure between the nodes takes place due to several reasons like channel interference and dynamic obstacles that give rise to severe performance degradation. Scalability and link failure recovery are the main criteria that will determine the performance of the network in terms of quality of service (QoS). While having different type of nodes, both mobile and immobile, that have several performance severity related to data transfer which is similar to the one in industrial parameter reporting and data logging, there exists a need to overcome performance related issues such as relatively faster and secured data transfer within the set of nodes. We developed the Quantum based Routing protocol (QRP) associated with Local Link Failure Recovery Algorithm (LLFR). The QRP is a routing protocol that uses DSR and AODV as an underlying protocol to improve the QoS in scalable wireless network. The QRP and LLFR establish link failure recovery spontaneously at the point of link breakage. The performance parameters like; packet delivery ratio, throughput, average end to end delay and routing overhead of the routing protocol QRP with LLFR is analyzed using NS2 simulator. Keywords: Ad Hoc Network, Link Failure, Routing Protocols, Scalability, Quality of Service.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document