scholarly journals Hubungan Stres Psikologis Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 390-395
Author(s):  
Arifah Afkar Fadilah
Keyword(s):  

Pendahuluan: Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi yang dimiliki berbagai kelompok usia terutama remaja. Penyakit ini terjadi akibat adanya pencetus multifaktorial, salah satu yang tersering adalah faktor stres. Tujuan: Memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai hubungan stres psikologis terhadap timbulnya akne vulgaris. Metode: Menggunakan studi literatur dari beberapa jurnal nasional dan internasional yang telah diterbitkan kemudian hasilnya dibandingkan dan disajikan ke dalam artikel. Hasil: Stres dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan tubuh akan merespon stres melalui sistem hormonal yang berperan pada etiopatogenesis akne vulgaris. Kesimpulan: Stres psikologis berhubungan dengan kejadian timbulnya akne vulgaris.

2019 ◽  
Vol 46 (2) ◽  
Author(s):  
Firmina Kus Setianingrum ◽  
Tantari SHW ◽  
Arif Widiatmoko
Keyword(s):  
Post Hoc ◽  

Hormon testosteron merupakan prekursor adrenal poten yang menyebabkan peningkatan ukuran, sekresi, serta fungsi kelenjar sebasea dengan mengikat reseptor adrenal, peningkatan proliferasi keratinosit folikuler yang dapat menyumbat kanal pilosebasea dan mengakibatkan obstruksi aliran sebum, sehingga terjadi pembentukan mikrokomedo, sebagai lesi awal akne vulgaris (AV).Tujuan penelitian menentukan kadar testosteron serum dan uji beda kadar testosteron serum pada berbagai derajat keparahan AV. Metode penelitian secara potong lintang. Subyek penelitian adalah pasien AV laki-laki umur 13-30 tahun di instalasi rawat jalan (IRJ) Kulit dan Kelamin RSUD dr. Saiful Anwar, Malang, yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Jumlah subyek 63 orang, terdiri dari AV derajat ringan, sedang, dan berat masing-masing berjumlah 21 orang.Hasil penelitian didapatkan rerata kadar testosteron serum AV ringan 6,66 ng/mL, AV sedang 8,11 ng/mL, dan AV berat 8,97 ng.mL. Komparasi rerata kadar testosteron serum ketiga derajat keparahan AV tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05). Demikian pula hasil uji post hoc untuk mengetahui perbedaan kadar testosteron serum pada masing-masing derajat keparahan AV, yaitu AV ringan dengan sedang, ringan dengan berat dan sedang dengan berat menunjukkan hasil perbedaan tidak bermakna (p>0,05), walaupun nilai rerata pada masing-masing derajat keparahan AV lebih tinggi dibandingkan nilai normal.Disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna kadar testosteron serum pada berbagai derajat keparahan AV.Kata kunci: hormon testosteron, akne vulgaris, laki-laki


2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 43-48
Author(s):  
Eka Silvia ◽  
Resati Nando Panonsih ◽  
Ratna Purwaningrum ◽  
Dwi Rhavena Rhavika

Akne vulgaris merupakan penyakit terbanyak yang dialami oleh remaja yang sedang pubertas dan dewasa muda dengan tingkat keparahan yang bervariasi, sedikitnya setiap individu yang sudah pubertas pernah sekali menderita akne vulgaris. Predileksi tersering pada akne vulgaris adalah wajah dan leher, punggung dan dada. penyebab akne vulgaris sangat multifaktorial salah satunya adalah stres, stres dapat meningkatkan produksi hormon androgen, hormon tersebut akan meningkatkan produksi sebum, sehingga memudahkan proses terbentuknya komedo didaerah predileksi. Tujuan penelitian in untuk mengetahui perbandingan tingkat stres akne vulgaris ringan dengan akne vulgaris berat berdasarkan klasifikasi Lehmann pada mahasiswa angkatan 2015-2018 prodi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati. Menggunakan pendekatan cross-sectional, kuantitatif, komparatif dengan desain analitik observasional. Sumber data penelitian menggunakan data primer yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 76 mahasiswa yang terdiri dari 38 mahasiswa yang mengalami akne vulgaris ringan dan 38 mahasiswa yang mengalami akne vulgaris berat. Tingkat stres diperiksa menggunakan kuesioner Kessler.  Dari 38 sampel akne vulgaris ringan sebanyak 61% mengalami stres normal, 34% tingkat stres ringan dan 5% tingkat stres sedang. Pada mahasiswa dengan akne vulgaris berat dengan total sampel 38 didapatkan hasil 55% mengalami stres berat, 24% tingkat stres ringan, 16% tingkat stres normal dan 5% tingkat stres sedang. Hasil uji bivariat diperoleh p value = 0,000 (p<0,05). Kesimpulanya terdapat perbandingan yang signifikan antara tingkat stres pada akne vulgaris ringan dengan  akne vulgaris berat.  


e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Fifin R. T. Sole ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Tara S. Kairupan

Abstract: Acne vulgaris is a chronic skin condition involving inflammation of the pilosebaceous follicle. The highest prevalence of acne vulgaris is at the age of 16-17 years. Pathogenic factors contributing to the development of acne vulgaris include increased sebum production, pilosebaceous follicular blockage, and increased colonization of Propionibacterium acnes. Personal hygiene is suggested as an important factor that needs to be maintained in acne prevention. Males tend to lack of awareness to seek information and health services in dealing with acne problems. This study was aimed to evaluate the relationship between facial washing and the incidence of acne vulgaris in adolescent males in Manado. This was an analytical and observational study using a cross-sectional design. Subjects were male students of 3rd grade at SMA Negeri 9 Manado, aged 16-19 years old, and met the inclusion and exclusion criteria, with a total number of 95 students. Subjects who washed their faces 2-3 times a day were 38 students (40%) while those who washed their faces less than twice or more than thrice a day were 57 students (60%). Subjects with no or mild acne vulgaris were 39 students (41.1%), while those with moderate to severe acne vulgaris were 56 students (58.9%). The chi-square showed a p-value of 0.004 for the relationship between the frequency of facial washing and the incidence of acne vulgaris. In conclusion, there was a significant relationship between facial washing and the incidence of acne vulgaris in adolescent males in Manado.Keywords: facial washing, acne vulgaris Abstrak: Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan prevalensi tertinggi pada usia 16-17 tahun. Faktor yang memengaruhi terjadinya akne vulgaris antara lain peningkatan produksi sebum, penyumbatan folikel pilosebasea, dan peningkatan kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes. Kebersihan diri merupakan faktor penting yang perlu dijaga sebagai salah satu usaha untuk mencegah timbulnya akne. Laki-laki cenderung kurang memiliki kesadaran untuk mencari informasi dan pelayanan kesehatan dalam menangani masalah akne. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris pada remaja laki-laki di Manado. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah siswa laki-laki kelas 3 di SMA Negeri 9 Manado, usia 16-19 tahun, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan jumlah total 95 siswa. Subjek yang mencuci wajah 2-3 kali sehari sebanyak 38 siswa (40%) sedangkan yang mencuci wajah kurang dari 2 kali atau lebih dari 3 kali sehari sebanyak 57 siswa (60%). Subjek tanpa akne vulgaris atau akne derajat ringan sebanyak 39 siswa (41,1%) sedangkan yang dengan akne vulgaris derajat sedang sampai berat sebanyak 56 siswa (58,9%). Uji chi-square memperlihatkan nilai p=0.004 terhadap hubungan antara frekuensi mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris pada remaja laki-laki di Manado.Kata kunci: mencuci wajah, akne vulgaris


2013 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 130-132 ◽  
Author(s):  
Arzu Ataseven ◽  
Perihan Öztürk ◽  
Nursel Dilek
Keyword(s):  

2019 ◽  
Vol 45 (07) ◽  
pp. 349-356
Author(s):  
D. M. Gregersen ◽  
C. M. Schempp ◽  
U. Meyer
Keyword(s):  

ZusammenfassungZusammenhänge zwischen Hautkrankheiten und Ernährung finden in neuerer Zeit wieder mehr Beachtung, zum Beispiel bei Psoriasis und Akne. Hingegen beschäftigten sich Ärzte aus den verschiedensten Fachbereichen in der ersten Hälfte des 20. Jahrhunderts eingehend mit der Ernährung als Einflussfaktor auf Gesundheit und Krankheit. So auch der wenig bekannte Dermatologe Sigwald Bommer (1893 – 1963), der Lehrstuhlinhaber an der Universität in Greifswald war. Hautkrankheiten nicht nur lokal zu behandeln, sondern einen ganzheitlichen Ansatz zu verfolgen, lernte Bommer in der Lupusheilstätte Gießen bei Albert Jesionek (1870 – 1935), wo allgemeine Lichttherapie zum Einsatz kam. Dort begannen Diätversuche, die schwere Fälle von Hauttuberkulose, insbesondere Lupus vulgaris, zur Abheilung brachten. Dies hinterließ bei Bommer einen derartigen Eindruck, dass er sich seit dieser Zeit mit der Ernährungsbehandlung beschäftigte und sie zu einer vierstufigen Diättherapie weiterentwickelte. Über gewisse Variationen der Ernährungsstufen behandelte er unterschiedliche Hautkrankheiten wie Psoriasis, Rosazea, Ekzeme und Akne vulgaris mit Erfolg. Die Wirkung sah er in der Verbesserung der Durchblutungssituation bis in die Kapillaren, was er anhand von histologischem Material zu belegen versuchte. Weitere Beobachtungen überzeugten Bommer, dass neben Durchblutungs- auch Verdauungsstörungen bei den dermatologischen Patienten als häufige Komorbiditäten bestanden. Als zentralen Ansatzpunkt seiner Ernährungstherapie sah er das „System der inneren Atmung“, das heißt die Oxidations- und Reduktionssysteme im Zellstoffwechsel: Aufnahme einer gesunden und vollwertigen Nahrung verbesserte grundlegend die Verdauungstätigkeit, die kapillare Durchblutungssituation der Gewebe und damit auch den Stoffaustausch an der Zelle selbst.


Dermatology ◽  
1944 ◽  
Vol 89 (1-2) ◽  
pp. 17-24
Author(s):  
W. Lutz
Keyword(s):  

Author(s):  
Nadine Franzke ◽  
Lisa Zimmer ◽  
Ines Schäfer ◽  
Christian Radermacher ◽  
Joachim Kresken ◽  
...  
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document