Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

317
(FIVE YEARS 284)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Akademi Keperawatan Sandi Karsa

2654-4563, 2354-6093

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 380-389
Author(s):  
Abdul Latif ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Andi Yusuf ◽  
A.Syamsinar Asmi

Pendahuluan: warung kopi menjadi ikon masyarakat yang ada di kota-kota besar maupun kota yang berkembang untuk melakukan interaksi berupa pertemuan yang membincangkan hal yang serius maupun yang cuma bercanda dan menghabiskan waktu luang namun hal ini menjadi sangat berbahaya saat dilakukan pada masa pandemi Covid-19 karena bisa menjadi media penularan penyakit tersebut. Tujuan: mengetahui faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengunjung warkop pada protokol kesehatan Covid-19. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional (kuantitatif) dengan pendekatan Cross Sectional Study. Hasil; menunjukkan bahwa umur ρ= 0,556>0,05, pendidikan ρ=0,02<0,05, pengetahuan ρ=0,001<0,05, sikap ρ=0,461>0,05. Pesan informasi dari Satgas Covid-19 ρ=0,032<0,05. Kesimpulan; peningkatan pengetahuan tentang bahaya covid-19 harus lebih digalakkan oleh pihak Satgas Covid-19 dan pihak lainnya agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan dimanapun berada utamanya di tempat umum seperti warkop


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 416-422
Author(s):  
Suprapto Suprapto ◽  
Trimaya Cahya Mulat

Pendahuluan; pelayanan kesehatan merupakan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh organisasi atau fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Tujuan; mengetahui faktor determinan dalam pengembangan kapasitas perawat dalam pelayanan kesehatan. Metode; penelitian ini adalah kualitatif, sumber data yang digunakan sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumen. Analisis data yang digunakan dengan deskriptif kualitatif melalui interpretasi dan pemaknaan secara mendalam dengan cara penyederhanaan data, penyajian data, dan kesimpulan serta dilakukan pengabsahan data dengan triangulasi data. Hasil: Bahwa faktor determinan menentukan pengembangan kapasitas perawat sebagai berikut; kepemimpinan; komitmen;sumber daya; budaya;spiritual; teknologi; Kesimpulan; bahwa dapat dikemukakan temuan penelitian tentang strategi pengembangan kapasitas perawat pada pelayanan kesehatan dapat diwujudkan dengan; pendidikan dan pelatihan berbasis aspek spiritual dan aspek teknologi dalam pengembangan kapasitas perawat


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 575-584
Author(s):  
Zulkifli Mansyur ◽  
Andi Yusuf ◽  
Muhammad Rifai

Pendahuluan; Pelayanan kesehatan bermutu yang diberikan kepada pasien merupakan tolak ukur bagi keberhasilan pelayanan, dan berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Tujuan; menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai puskesmas. Metode; rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan jumlah sampel sebanyak 35 pegawai Puskesmas. Hasil; menunjukkan bahwa variabel pendidikan (ρ=0,546), disiplin kerja (ρ=0,243), dan fasilitas (ρ=403)   tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. Variabel motivasi (ρ=0,000), kompensasi (ρ=0,000), dan lingkungan kerja (ρ=0,031) memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai di Puskemas. Kesimpulan; bahwa motivasi memiliki kekuatan pengaruh yang paling kuat terhadap kinerja. Perlunya peningkatan motivasi, kompensasi dan lingkungan kerja yang baik kepada para pegawai dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 371-379
Author(s):  
Nugrahadi Dwi Pasca Budiono ◽  
Adbur Rivai

Kesehatan lansia yang semakin menurun seiring bertambahnya usia akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Bertambahnya usia akan disertai dengan penurunan fungsi tubuh, timbulnya berbagai penyakit, keseimbangan tubuh dan risiko jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di Surabaya Jawa Timur dengan menerapkan kuesioner HRQoL. Penelitian ini merupakan penelitian survei, yang dilakukan pada 86 lansia berusia di atas 60 tahun. Analisis regresi berganda dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia, antara lain faktor predisposisi, dukungan, kebutuhan kesehatan dan perilaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kebutuhan yaitu status kesehatan paling signifikan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kebijakan intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 396-401
Author(s):  
Natalia Danayati

Pendahuluan: Irisin merupakan miokin baru yang menghubungkan aktivitas fisik yang berhubungan dengan peningkatan kinerja metabolisme dan berkaitanan dengan pencoklatan jaringan adiposa putih menjadi coklat. Tujuan: Mengetahui pengaruh irisin pada pencoklatan lemak putih. Metode: Menggunakan studi literatur dari sumber ilmiah dengan meringkas dari publikasi dan membandingkan hasil yang disajikan. Hasil: Irisin yang disekresikan dari otot, akan menstimulasi ekspresi dari uncoupling protein 1 (UCP1) dalam adiposit yang menyebabkan pencoklatan jaringan adiposa putih melalui p38 mitogen-activated protein kinase (MAPK) dan melalui extracellular-signal regulated kinase (ERK). Kesimpulan: Irisin yang disekresikan otot rangka akan mengekspresikan UPC-1 di jaringan adiposa yang menyebabkan jaringan adiposa putih menjadi coklat dan peningkatan aktivitas thermogenesis.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 452-461
Author(s):  
Astriani Astriani ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Rahmawati Azis

Pendahuluan: lansia merupakan seorang dewasa sehat yang mengalami proses perubahan menjadi seorang yang lema dan rentan yang diakibatkan karena kurangnya sebagian besar cadangan sistemfisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Tujuan: mengetahui faktor yang berhubungan dengan kunjung lansia di posbindu lansia. Metode; Jenis penelitian kuantitatif dengan Survei analitik, menggunakan pendekatan Cross sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 60 yang lansia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Metode non random sampling dengan menggunakan tehnik Total Sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner dan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dukungan emosional dan kebutuhan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan posbindu lansia. Sedangkan dukungan keluarga, dukungan kader dan media informasi dalam uji statistik tidak berhubungan dengan pemanfaatan posbindu pada lansia. Dukungan emosional lansia paling berpengaruh terhadap penggunaan posbindu lansia, dengan nilai signifikan (sig.=0,003) atau p<0,015 dan xp(B)=5.935. Kesimpulan: bahwa dukungan emosional lansia terhadap posyandu merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pemanfaatan posyandu. Semua pihak diharapkan saling mendukung dan membantu, memotivasi dan mendampingi serta mendampingi lansia untuk selalu memanfaatkan posyandu lansia secara rutin dan berkesinambungan.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 501-510
Author(s):  
Harlina Harlina ◽  
Healthy Hidayanty ◽  
Muh Ilyas Nur
Keyword(s):  

Pendahuluan: masalah gizi menjadi masalah global di seluruh dunia. Malnutrisi adalah kejadian gizi yang salah, bisa kekurangan gizi (undernutrition) maupun kelebihan gizi (over nutrition). Secara global kejadian stunting masih sangat tinggi termasuk di Indonesia. Tujuan: menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita di wilayah Dataran Tinggi dan Dataran Rendah. Metode: penelitian yang digunakan adalah kuantiatif dengan desain penelitian case control. Lokasi penelitian di Kabupaten Jeneponto terbagi berdasarkan wilayah dataran tinggi dan dan dataran rendah dengan jumlah sampel penelitian masing-masing 76 (38 balita stunting dan 38 balita normal) di wilayah dataran tinggi dan dataran rendah dengan jumlah sampel 152 balita usia 6-59 bulan. Data diolah menggunakan SPSS dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil: bahwa hasil menunjukka sumber air minum di wilayah dataran tinggi (p=0,037; OR 2,676 (CI=1,049-6,829) merupakan faktor risiko kejadian stunting. Kesimpulkan: bahwa sumber air minum merupakan faktor risiko kejadian stunting. Sehingga diharapkan adanya pengecekan lebih lanjut kualitas air minum di wilayah dataran tinggi, memberikan edukasi kepada keluarga terkait pengelolaan air minum.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 492-500
Author(s):  
Erni Ekawati Marselina ◽  
Andi Yusuf ◽  
Asrijun Juhanto

Pendahuluan: Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dan pencapaian target kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia. Tujuan: mengetahui hubungan pendidikan, pendapatan, sarana jamban, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan, peran tokoh masyarakat dan faktor yang paling berpengaruh pada perubahan perilaku BABS. Metode: penelitian yang digunakan observasional kuantitatif dengan rancangan pendekatan cross sectional study untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Hasil; menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan, pendapatan, peran tokoh masyarakat, peran petugas kesehatan dengan perubahan perilaku BABS dan terdapat hubungan antara sarana jamban, pengetahuan, dan sikap dengan perilaku BABS. Kesimpulan: bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku BABS. Dinas kesehatan dan tokoh masyarakat saling mendukung dalam memotivasi masyarakat untuk selalu menjaga sanitasi pada lingkungannya.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 676-682
Author(s):  
Mustofa Mustofa ◽  
Evy Kurniawaty ◽  
Arif Yudho Prabowo ◽  
Novita Carolia

Pendahuluan; Luka post hecting adalah luka yang terjadi akibat tindakan medis, secara fisiologis tubuh akan mengalami proses penyembuhan luka. D gel merupakan gel yang mengandung siloxane cyclic dan vitamin C yang dapat digunakan untuk penyembuhan luka post hecting, tetapi salah satu pengobatan luka lain yang saat ini dapat digunakan adalah ekstrak sel punca mesenkimal tali pusat manusia (WJMSCs). Tujuan; mengetahui waktu perbedaan penyembuhan luka post hecting antara ekstrak WJMSCs dengan D gel. Metode; menggunakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan 21 ekor tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague dawley yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok perlakuan berbeda. Perlakuan dibagi atas kelompok K: kontrol negatif (povidone iodine), P1: ekstrak WJMSCs, dan P2: D gel. Pengamatan terhadap luka post hecting dilakukan selama 14 hari menggunakan kriteria Nagaoka dan data dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif kategorik serta Kruskal-Wallis. Hasil; menunjukkan adanya perbedaan waktu penyembuhan luka post hecting antara ekstrak WJMSC dengan D gel secara bermakna dengan p value= 0,03, dengan waktu penyembuhan luka kelompok K: 12,7 hari, kelompok P1: 7 hari, dan kelompok P2: 11 hari. Kesimpulan; bahwa terdapat perbedaan bermakna penyembuhan luka post hecting antara ekstrak WJMSC dengan D gel


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 624-634
Author(s):  
Apin A. Panua ◽  
Ricky Zainuddin ◽  
Ekayanti Hafidah Ahmad ◽  
Fitriani Sangkala

Pendahuluan: Covid-19 merupakan penyakit menular yang muncul pertama kali di kota Wuhan China dan disebabkan oleh SARS-CoV-2. Tujuan mengidentifikasi faktor risiko terjadinya Covid-19 pada penderita DM tipe 2. Metode: Deskriptif analitis desain literature review. Data diperoleh melalui hasil pencarian artikel menggunakan lima database eletronik yaitu Pubmed, ProQuest, ScienceDirect, Cochrane Library dan Google Scholar diidentifikasi 10.951 artikel dengan jumlah sampel keseluruhan 5.464.617 responden. Analisis menggunakan peta data yang diekstraksi dalam tabel sintesis grid termasuk penulis, tahun publikasi, negara, tujuan, sampel, desain, durasi, hasil dan kesimpulan penelitian. Hasil: Enam artikel teridentifikasi dalam tinjauan ini menunjukkan bahwa, satu studi melaporlakan risiko terjadinya Covid-19 pada penderita DM tipe 2 sebesar 1.369 kali, satu studi 2,180 kali, satu studi 4.7 kali, dan satu studi lainnya hingga16.5 kali. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia ≥53 tahun memiliki risiko sebesar 1,395 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berusia lebih muda dan berjenis kelamin perempuan. Kesimpulan: bahwa penderita DM tipe 2 secara signifikan memiliki risiko lebih tinggi terkena Covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki penyakit diabetes, terutama pada pasien yang berusia ≥53 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document