akne vulgaris
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

87
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

3
(FIVE YEARS 0)

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 390-395
Author(s):  
Arifah Afkar Fadilah
Keyword(s):  

Pendahuluan: Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi yang dimiliki berbagai kelompok usia terutama remaja. Penyakit ini terjadi akibat adanya pencetus multifaktorial, salah satu yang tersering adalah faktor stres. Tujuan: Memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai hubungan stres psikologis terhadap timbulnya akne vulgaris. Metode: Menggunakan studi literatur dari beberapa jurnal nasional dan internasional yang telah diterbitkan kemudian hasilnya dibandingkan dan disajikan ke dalam artikel. Hasil: Stres dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan tubuh akan merespon stres melalui sistem hormonal yang berperan pada etiopatogenesis akne vulgaris. Kesimpulan: Stres psikologis berhubungan dengan kejadian timbulnya akne vulgaris.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 664-670
Author(s):  
Ridho Pangestu ◽  
Nopi Sani ◽  
Arti Febriyani ◽  
Resati Nando Panonsih

Pendahuluan: Akne Vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat tumbuh sendiri yang berupa peradangan kronis folikel polisebasea dengan penyebab multifactor dan manifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodul, serta kista. Pada masa remaja, AV biasanya disebabkan oleh peningkatan hormon seks, terutama hormon androgen yang meningkat selama masa pubertas. Tujuan; mengetahui hubungan pola menstruasi dengan kejadian akne vulgaris pada siswi SMK Negeri. Metode; menggunakan rancangan penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 80 sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah chi-square test. Hasil: pola menstruasi terhadap kejadian akne vulgaris sebesar 0,091 (p>0,05). Kesimpulan: Bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian akne vulgaris pada siswi SMKN.


Author(s):  
Sayu Putu Yuni Paryati ◽  
Henny Juliastuti ◽  
Dandi Fery Gunawan

Akne vulgaris merupakan penyakit inflamasi pada kulit yang pernah diderita oleh 80 – 100% orang di dunia. Akne vulgaris dapat timbul karena adanya peradangan oleh bakteri Propionibacterium acnes. Bahan alam yang bersifat sebagai antibakteri salah satunya adalah daun brokoli (Brassica oleracea var. italica). Daun brokoli mengandung sejumlah senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, alkaloid, dan steroid. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan efek antibakteri ekstrak etanol daun brokoli (B. oleracea var. italica) terhadap pertumbuhan P. acnes secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Objek penelitian berupa bakteri P. acnes ATCC 11827 dan daun brokoli yang dibuat menjadi ekstrak etanol daun brokoli dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70%, 90%, dan 100%. Kontrol positif pada penelitian ini menggunakan klindamisin 10 µg/disk dan DMSO 4% sebagai kontrol negatif. Berdasarkan rumus Federer pengulangan uji untuk setiap konsentrasi dan kontrol dilakukan sebanyak 4 kali. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun brokoli tidak menghasilkan daya hambat pada seluruh konsentrasi dan sebanding dengan kontrol negatif yaitu 0 mm. Faktor yang memengaruhi hasil uji pada penelitian ini dapat berupa faktor dari ekstrak, yaitu suhu dan waktu penyimpanan, paparan cahaya, dan kadar senyawa aktif pada ekstrak. Kepekaan bakteri P. acnes terhadap ekstrak etanol daun brokoli juga dapat memengaruhi hasil penelitian. Faktor lainnya adalah faktor teknis berupa jumlah bakteri yang diinokulasikan, pemilihan media, dan antibiotic carryover. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun brokoli tidak memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan P. acnes secara in vitro.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 16-18
Author(s):  
Yuni Selfiana Br. Sembiring ◽  
Rudyn Reymond Panjaitan ◽  
Kristo A Nababan

Background: Acne vulgaris is a disease of the pilosebaceous unit that often occurs in adolescents and young adults. The pathogenesis of acne vulgaris involves several factors, one of which is the acidity (pH) of the skin.  Objective: This study aimed to determine the difference in the degree of acidity of facial skin, chest and back of patients with acne vulgaris.  Methods: This was a comparative analytic study with cross sectional design. The sample collection technique was consecutive sampling. Data were analyzed using ANOVA-test.  Results: The majority of patients with acne vulgaris who came to Murni Teguh Memorial Hospital Medan and the private clinic of dr. Rudyn Reymond Panjaitan, M.Ked (KK), Sp.KK was a 17-25 year old. The mean acidity of facial skin with acne vulgaris was 5.66, the mean acidity of chest skin was 5,84 and the mean acidity of back skin was 6.09. There was a significant difference in the mean value of acidity in facial, chest and back skin of patients with acne vulgaris (p = 0,000). Conclusion: There is a significant difference in average degree of acidity on the facial, chest and back skin in patients with acne vulgaris.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 248-251
Author(s):  
Bayu Prio Septiantoro ◽  
Indra Pradipta
Keyword(s):  

Latar belakang: Kemoterapi bertanggung jawab terhadap sebagian besar manifestasi kulit dalam perawatan pasien kanker. Daunorubicin selama 3 hari ditambah sitarabin selama 7 hari untuk kemoterapi induksi pada pasien dengan AML dikenal sebagai regimen “3 + 7.” Walaupun erupsi akneiformis biasanya muncul pada pasien yang mendapatkan agen penghambat EGFR dan antibodi monoclonal, reaksi kulit ini juga dapat dialami pasien yang mendapatkan regime daunorubicin atau sitarabin. Laporan kasus: Seorang wanita berusia 19 tahun dengan diagnosa AML masuk rumah sakit untuk menjalani kemoterapi dengan regimen 3+7 (daunorubicin 45mg/m2 selama 3 hari dan sitarabin 100mg/m2 selama 7 hari). Setelah hari pertama kemoterapi diberikan, muncul akne berupa bintik merah di wajah dan bertambah berat setelah sesi kemoterapi selesai dimana meluas hingga ke leher, dada dan punggung bahkan ke daerah kulit kepala, dengan adanya rasa gatal, papul dan eritema. Ia terdiagnosa erupsi akneiformis. Tujuan:  Untuk melaporkan kasus reaksi kulit berupa erupsi aneiformis pada pasien dengan diagnose AML yang menjalani kemoterapi dengan regime 3+7. Pembahasan: Lesi erupsi akneiformis biasanya muncul sebagai papula dan pustula inflamasi monomorfik yang biasanya melibatkan wajah, leher, dada, punggung atas dan dapat diperluas hingga selain daerah seboroik. Beberapa karakteristik dapat membantu untuk mendukung hubungan potensial antara obat dengan munculnya akne. Diantaranya yang teridentifikasi pada pasien ini yaitu timbulnya akne secara tiba-tiba tanpa adanya riwayat akne vulgaris sebelumnya, lesi monomorfik dengan inflamasi, serta sedikit komedo dan kista. Terdapat empat tingkatan yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan keparahan efek samping kulit ini dimana tingkat III (berat) dapat diberikan antibiotik secara oral seperti klindamisin 300mg/12 jam. Kesimpulan: Reaksi kulit berupa erupsi akneiformis dapat muncul pada pasien yang mendapatkan obat selain EGFR inhibitor dan antibodi monoclonal yaitu daunorubisin dan atau sitarabin. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui agen spesifik yang menjadi penyebab, serta mekanisme terjadinya reaksi tersebut.


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Ramadhina Tria Sesanti

Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang banyak terjadi pada sekitar 80-100% populasi pada usia 15-18 tahun ke atas. Menurut studi Global Burden of Disease (GBD), akne vulgaris mengenai 85% orang dewasa muda berusia 12–25 tahun. Penyakit ini menyebabkan depresi dan kecemasan. Etiologi dari akne belum diketahui secara pasti, tetapi pada usia pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, yaitu meningkatnya hormon androgen, penggunakan kosmetik, personal hygine, pola tidur yang buruk dan stres. Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan pemakaian bb cream terhadap kejadian akne vulgaris. Desain penelitian menggunakan cross sectional dan dilakukan pada bulan Januari 2021 pada mahasiswi FK UMS angkatan 2018. Besar subjek pada penelitian ini adalah 33 responden yang sesuai dengan kriteria restriksi dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data tingkat stres dan pemakaian BB cream menggunakan kuesioner. Data kejadian akne vulgaris dengan diagnosis oleh dokter umum. Data analisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik. Hasil uji chi-square terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap kejadian akne vulgaris (p=0,001), terdapat hubungan antara pemakaian BB cream terhadap kejadian akne vulgaris (p=0,003). Hasil analisis multivariat stres menunjukkan nilai p = 0,010 (p<0,05) dan timbulnya akne vulgaris dan pada variabel BB cream menunjukkan nilai p = 0,027 (p<0,05). Terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap kejadian akne vulgaris, terdapat hubungan antara tingkat stres terhadap kejadian akne vulgaris.


Author(s):  
Jessica Elizabeth ◽  
Sukmawati Tansil Tan ◽  
Michelle Angelika ◽  
Yohanes Firmansyah ◽  
Yana Sylvana ◽  
...  

Acne vulgaris is a local inflammation of the pilosebaceous glands. According to Indonesian Cosmetics Dermatology Study, there was an increase in the prevalence of acne vulgaris in 2006-2009. Female adolescents aged 14-17 years have a prevalence of 83-85%, while male adolescents aged 16-19 years have 95-100% prevalence. Acne vulgaris has a significant impact on adolescents, physically and psychologically. Accuracy in the treatment of acne vulgaris is an important step because it affects patient’s prognosis. Topical combination of anti-acne creams cointaining retinoid, antibiotics and corticosteroids is one of the best choices because all the components needed to treat acne can be combined. The purpose of this study is to determine the proportion of adolescents aged 14-19 years who suffer acne vulgaris with mild, moderate, and severe degrees before and after the intervention was given, to determine if the intervention given is related to decreasing of acne vulgaris severity, and to determine the proportion of adolescent patients with acne vulgaris which have been given intervention and experiencing a decrease in acne vulgaris severity. This is a clinical trial with an experimental research design. The study was conducted at SMKN 35 West Jakarta in September-November 2019 with non-random consecutive sampling techniques. The intervention given were a combination of anti-acne creams containing Clindamycin 3%, Tretinoin 0.05%, and Dexamethasone 0.05%. Wilcoxon statistical test is used to measure differences in severity of acne vulgaris before and after the intervention. The results obtained showed significant decrease in acne vulgaris severity (p-value <0.001) between measurements due to the intervention. It can be concluded that the combination of anti-acne creams containing Clindamycin 3%, Tretinoin 0.05%, and Dexamethasone 0.05% can significantly decrease the severity of acne vulgaris. Keywords: Acne vulgaris; Tretinoin; Clindamycin; DexamethasoneAbstrakAkne vulgaris adalah inflamasi atau peradangan setempat pada kelenjar pilosebasea. Menurut Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia, pada tahun 2006-2009 terdapat peningkatan prevalensi akne vulgaris. Remaja wanita usia 14-17 tahun memiliki prevalensi sebesar 83-85%, sedangkan pria usia 16-19 tahun sebesar 95-100%. Akne vulgaris mempunyai dampak yang cukup besar bagi para penderita remaja secara fisik dan psikologik. Ketepatan dalam terapi akne vulgaris merupakan langkah yang penting karena berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Obat topikal kombinasi krim anti akne yang mengandung retinoid, antibiotik dan kortikosteroid merupakan salah satu pilihan terbaik karena semua komponen yang dibutuhkan untuk mengatasi akne dapat digabung menjadi satu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi penderita akne vulgaris pada remaja usia 14-19 tahun dengan derajat akne ringan, sedang dan berat sebelum dan sesudah diberikan intervensi, mengetahui hubungan pemberian intervensi dengan penurunan derajat akne vulgaris dan mengetahui proporsi penderita akne vulgaris pada remaja yang diberikan intervensi dan mengalami penurunan derajat akne vulgaris. Metodologi penelitian adalah uji klinik dengan desain penelitian eksperimental. Penelitian dilakukan di SMKN 35 Jakarta Barat pada periode September – November 2019 dengan teknik non-random consecutive sampling. Intervensi yang diberikan adalah kombinasi krim anti akne yang mengandung Klindamisin 3%, Tretinoin 0.05%, dan Deksametason 0.05%. Analisis asosiasi statistik menggunakan uji statistik Wilcoxon untuk mengukur perbedaan derajat akne vulgaris sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian didapatkan didapatkan perbaikan derajat akne vulgaris yang bermakna (p-value < 0,001) antar pengukuran akibat pemberian intervensi. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi krim anti akne dengan kandungan Klindamisin 3%, Tretinoin 0.05%, dan Deksametason 0.05%. dapat menurunkan derajat keparahan akne vulgaris secara bermakna.


e-CliniC ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 305
Author(s):  
Lusiane M Hartono ◽  
Marlyn G Kapantow ◽  
Tara S Kairupan

Abstract: Acne vulgaris is a common inflammatory condition of pilosebaceous follicles that affects 85-100% of the human population. Patients usually complain of the appearance of acne vulagaris on the predilection areas such as face and neck (99%), back (60%), chest, shoulders and upper arms (15%). One of the factors that influence or trigger acne vulgaris is hormonal factor. During menstruation there is an increase and hormonal changes that can trigger acne. This study was aimed to determine the effect of menstruation on acne vulgaris. This was a literature review study using three databases named PubMed, ClinicalKey and Google Scholar. Keywords used were “Menstruasi” DAN “Akne Vulgaris” (Indonesia), and “Menstruation” AND “Acne Vulgaris” (English). In this study, there were 12 literatures that match the inclusion and exclusion criteria. The result was dominated by samples stating that there was a connection between menstruation and the appearance of acne vulgaris. The effect of hormonal instability during menstruation was one of the causes of acne vulgaris in women, which showed the effect of menstruation on the emergence of acne vulgaris, mostly during pre-menstruation. In conclusion, menstruation influences the occurrence and the severity of acne vulgaris.Keywords: menstruation, acne vulgaris  Abstrak: Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu kondisi inflamasi umum pada folikel pilosebasea yang dialami oleh 85-100% populasi manusia. Penderita biasanya mengeluh kemunculan AV pada predileksi wajah dan leher (99%), punggung (60%), dada (15%) bahu, dan lengan bagian atas. Faktor yang memengaruhi atau mencetuskan akne vulgaris salah satunya ialah faktor hormonal. Saat menstruasi terjadi peningkatan dan perubahan hormon yang dapat memicu akne. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menstruasi terhadap akne vulgaris. Penelitian ini berbentuk literature review. Pencarian data menggunakan tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan “Menstruasi” DAN “Akne Vulgaris” (Bahasa Indonesia) serta “Menstuation” AND “Acne Vulgaris” (Bahasa Inggris). Pada penelitian ini didapatkan 12 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian didominasi oleh sampel yang menyatakan adanya pengaruh antara menstruasi dengan munculnya AV. Pengaruh ketidakstabilan hormon (estrogen dan progesteron) saat menstruasi merupakan salah satu penyebab munculnya akne vulgaris pada perempuan yang menunjukan adanya pengaruh dari menstruasi terhadap kemunculan AV, terlebih pada saat pre-menstruasi. Simpulan penelitian ini ialah menstruasi memengaruhi kemunculan dan keparahan akne vulgaris.Kata kunci: menstruasi, akne vulgaris


e-CliniC ◽  
2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 299
Author(s):  
Deshinta Dumgair ◽  
Herry EJ Pandeleke ◽  
Marlyn G Kapantow

Abstract: Acne vulgaris is a chronic pilosebaceous follicle inflammation andi its highest prevalence is on 16-17-year-olds. Factors influencing or triggering acne vulgaris are sebum, genetics, hormones, diet, stress, and cosmetics. Inadequate and unqualified sleep may disrupt physiological and psychological balances, and is estimated to increase androgen hormone activities. This study was aimed to obtain the effect of sleep quality on acne vulgaris incidence. This was a literature review using three databases, as follows: PubMed, ClinicalKey, and Google Scholar. Keywords used were “Kualitas Tidur” DAN “Akne Vulgaris” (Indonesian), and “Sleep quality” AND “Acne Vulgaris” (English). The results obtained 10 literature matching the inclusion and exclusion criteria. The number of samples suffered from acne vulgaris with poor sleep quality was higher than of samples with good sleep quality. There were more male samples than female samples in all literatures in the study. In conclusion, poor sleep quality could trigger and contribute in the development of acne vulgaris.Keywords: sleep quality, acne vulgaris, severity degree  Abstrak: Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel polisebasea dengan prevalensi tertinggi pada usia 16-17 tahun. Faktor yang memengaruhi atau mencetuskan akne vulgaris yaitu sebum, genetik, hormon, diet, stres, dan kosmetik. Tidur yang tidak adekuat dan berkualitas dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologis, dan psikologis, serta diperkirakan dapat menyebabkan aktivitas hormon androgen meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian akne vulgaris. Jenis penelitian ialah literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database yaitu PubMed, ClinicalKey dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan yaitu “Kualitas Tidur” DAN “Akne Vulgaris” (Bahasa Indonesia), serta “Sleep quality” AND “Acne Vulgaris” (Bahasa Inggris). Hasil penelitian mendapatkan 10 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel yang memiliki kualitas tidur buruk dan menderita akne vulgaris lebih banyak daripada sampel yang memiliki kualitas tidur baik dan menderita akne vulgaris. Derajat keparahan akne vulgaris paling banyak derajat sedang. Total sampel laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan pada semua literatur yang digunakan dalam penelitian. Simpulan penelitian ini ialah kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya akne vulgaris dan juga menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam perkembangan akne vulgaris.Kata kunci: kualitas tidur, akne vulgaris, tingkat keparahan


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 11-18
Author(s):  
Resati Nando Panonsih ◽  
Ratna Purwaningrum ◽  
Arief Efendi ◽  
Wafiq Desarta

ABSTRACT: RELATIONSHIP OF STRESS AND FACE CLEANLINESS TO THE EVENT OF VULGARIS IN MEDICAL STUDENTS OF UNIVERSITAS MALAHAYATI Background: Acne vulgaris is a disorder of the sebaceous follicles specifically associated with hair follicles and sebaceous glands are the most common found on the face, chest, and back. Acne vulgaris associated with facial cleanliness and psychological stress. Objective: This research is aiming to know  reletionship of stress and hygiene face of acne vulgaris in malahayati university medical faculty student.Methods: This study using cross sectional method. Subjects consisted of 324 respondents using questionnaires and physical examination.Result: Statistical test results are obtained p-value=0,000 which means p<α (Ho rejected and Ha accepted) so it can be concluded that there is a stress relationship to the onse of acne vulgaris. An OR score of 26,414, cause stress with respondents had a 26,414 times greater chance of akne vulgaris than those who did not experience stress. Statistical test results are obtained p-value=0.000 with an OR value of 3,452.Conclusion: There is a relationship of stress and facial hygiene to the incidence of akne vulgaris in students of the university's medical faculty instead. Keywords :Acne vulgaris, stress, facial cleanline  INTISARI: HUBUNGAN STRESS DAN KEBERSIHAN WAJAH TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI Latar belakang :Akne vulgaris adalah suatu kelainan dari folikel sebasea berupa komedo khusus yang berkaitan dengan folikel rambut dan kelenjar sebasea yang tersering dijumpai pada wajah, dada, dan punggung. Akne vulgaris berhubungan dengan kebersihan wajah dan stres psikologis.Selain stres, kebersihan wajah juga merupakan salah satu faktor timbulnya akne vulgaris.Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dan kebersihan wajah terhadap kerjadian akne vulgaris pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas malahayatiMetode :Penelitian ini menggunakan metode crossectional. Subjek penelitian terdiri dari 324 responden dengan menggunakan kusioner dan pemeriksaan fisik pada responden.Hasil : Hasil uji statistik diperoleh p-value=0,000 yang berarti p<α (Ho ditolak dan Ha diterima) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan stress terhadap terjadinya acne vulgaris.Dengan nilai OR 26,414 berarti responden stress memiliki peluang 26,414 kali lebih besar untuk terjadinya akne vulgaris  dibandingkan responden yang tidak mengalami stress.Hasil uji statistik diperoleh p-value=0,000 dengan nilai OR 3,452.Kesimpulan :Adahubungan stres dan kebersihan wajah terhadap kejadian aknevulgaris pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas malahayati Kata kunci: akne vulgaris, stres, kebersihan wajah


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document