scholarly journals The ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR PAPER MESIN #6 PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER TBK MENGGUNAKAN METODE CARDIOVASCULAR LOAD (CVL) DAN SUBJECTIVE WORKLOAD ASSESSMENT TECHNIQUE ( SWAT )

2022 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 302-309
Author(s):  
Faradila Ananda Yul ◽  
Sat Rudi Setiyawan

Indah Kiat Pulp and Paper Tbk merupakan perusahaan industri manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan bubur kertas, salah satu mesin kertas terbesar di Perawang adalah Paper mesin #6. Paper mesin #6 beroperasi secara kontinyu 24 jam dan untuk mendukung proses produksi tersebut jam kerja karyawan dibagi menjadi 3 shift kerja. Permasalahan yang terjadi pada paper mesin ini adalah tingginya angka kecelakaan kerja dikarenakan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh operator sehingga menyebabkan operator kelelahan baik fisik maupun mental. Penelitian dilakukan pada operator stasiun produksi Wet End, Dry End, Chemical, Winder dan Thimons yaitu dilakukan pengukuran beban kerja fisik dengan menggunakan metode Cardiovascular Load (CVL) dan pengukuran beban kerja mental dengan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Hasil perhitungan metode CVL bahwa beban kerja fisik yang paling besar pada shift 3 grup B terjadi pada operator Thimons 1 memiliki nilai % CVL sebesar 46,62 % dengan rekomendasi diperlukan perbaikan dan operator Wet End 3 dengan nilai % CVL sebesar 44,74 % dengan keterangan diperlukan perbaikan. Berdasarkan hasil CVL, sebanyak 12 karyawan mengalami beban kerja fisik. Berbeda dengan kepala shift dan operator Dekstop Control System (DCS), beban kerja yang dirasakan cenderung lebih ke beban mental. Penelitian pada kepala shift dan operator DCS menggunakan metode, metode SWAT digunakan untuk mengukur beban kerja mental. Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung, selanjutnya kepala shift dan operator DCS diminta untuk mengurutkan 27 lembar kartu SWAT yang terdiri dari Time Load(T), Mental Effort Load(E) dan Psycological Stress Load (S). hasil pengurutan kartu SWAT diolah dengan menggunakan aplikasi DosBox 0.74, setelah itu dilakukan pengkonversian nilai dari Time, Effort dan Stress (T.E.S). Berdasarkan perhitungan beban kerja mental kepala shift, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor Time dengan nilai 60,44% diikuti faktor Effort dan Stress dengan nilai 29,64% dan 9,92%. Hal serupa dengan operator DCS, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor Time dengan nilai 68,57% diikuti faktor Effort dan Stress dengan nilai 23,29% dan 8,13%. Beban waktu menjadi faktor utama yang dirasakan oleh karyawan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan karyawan  harus cepat dalam melakukan setiap aktivitas.

2020 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra

AbstrakManusia sebagai komponen sistem atau sub-sistem meskipun mampu beradaptasi dengan baik terhadap sistem operasional penerbangan, namun manusia cenderung labil dan juga paling sensitif terhadap pengaruh yang dapat berdampak pada kondisi dirinya. Kondisi waktu kerja yang berbeda-beda juga diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi seorang pilot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja mental pilot ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (gender) jika dihadapkan pada kondisi waktu (phases of time) operasional penerbangan yang berbeda-beda. Penelitian menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga kombinasi dari tiga dimensi dengan tingkatannya. Dimensi tersebut adalah beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress). Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi beban kerja mental yang dialami pilot berdasarkan waktu terbang adalah baik untuk pilot pria dan wanita diketahui bahwa kondisi beban mental pilot tertinggi pada saat penerbangan dilakukan pada dini hari (00.00 –05.59), pada saat libur, dan saat peak season.Kata kunci: Kecelakaan Pesawat, Jenis Kelamin Pilot, SWAT.AbstractPhases of Time Effect to the Pilot Mental Workload In terms of Differences Pilot Gender: Humans as a component of the system or sub-system although be able well adapted to the flight operational, but humans tend to be unstable and also most sensitive to the effects that can impact on his condition. Different working time conditions are also expected to affect a pilot's condition. The purpose of this study is to determine the mental workload of pilot in terms of differnces pilot gender if faced with different phases of time conditions. Mental workload measurements performed using the Subjective Workload Assessment Technique method (SWAT), this method using combine of three dimensions with their levels. The dimensions are time load, mental effort load, and psychological stress load. The result of studies shows that the condition of mental workload experienced by pilots refers to phases of time is in general (on average) in the high category (overload). While the overall showed that more pilots emphasize time factor in considering the factors of mental workload. The most burdensome conditions of a flight for man and woman pilot is when the pilot was conducted in the early morning, on weekends and during peak seasonsKeyword:Aircraft Accident, Pilot Gender, SWAT.


2017 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 181
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra ◽  
Sigit Priyanto ◽  
Imam Muthohar ◽  
Magda Bhinnety

Abstrak: Peristiwa kecelakaan pesawat terbang dapat terjadi pada tahap pengoperasian pesawat terbang, diawali sejak taxi, tinggal landas (take off), menanjak (climb), penerbangan jelajah (cruise), dan tahap pendaratan yang dimulai dari descent, awal pendaratan (approach) kemudian menyentuh landasan (touch down) sampai pesawat terbang berhenti di apron Bandar udara tujuan pendaratan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui seperti apakah perbedaan beban kerja mental seorang pilot pada saat melaksanakan tahapan fase terbang (phase of flights). Pengukuran beban kerja mental dilakukan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga kombinasi dari tiga dimensi dengan tingkatannya. Dimensi tersebut adalah beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress). Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan, tingkatan kepentingan relatif yang paling tinggi adalah dimensi beban usaha waktu (time), maka semua subyek mempunyai kesepakatan dan menganggap bahwa faktor beban waktu (time) merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan tingkatan  beban kerja mental pilot, sedangkan untuk kondisi yang paling terbebani atau beban kerja mental pilot akan meningkat (level tertinggi) apabila pilot dihadapkan pada saat pesawat akan melakukan prosedur pendaratan (landing).


1982 ◽  
Vol 26 (7) ◽  
pp. 639-642 ◽  
Author(s):  
Gary B. Reid ◽  
F. Thomas Eggemeier ◽  
Thomas E. Nygren

A refinement to the scale development phase of the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) provides for forming scales for homogeneous subject groups. Groups are formed by determining which of the three dimensions, time load, mental effort load or stress load subjects judge to be the most important contributor to workload. The group scales are then transformed into a SWAT scale that ranges from 0 for the lowest defined workload condition to 100 for the highest workload condition. This procedure should increase the precision of workload measurement while minimizing the effects of individual subject ranking errors.


2019 ◽  
Vol 27 (3) ◽  
pp. 181 ◽  
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra ◽  
Sigit Priyanto ◽  
Imam Muthohar ◽  
Magda Bhinnety

Beban kerja yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik serta beban mental yang timbul dari lingkungan kerja. Beban kerja dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental pekerja. Pengukuran beban kerja mental dilakukan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga deskriptor, yaitu dimensi beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress) dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan skala dan tahap pemberian nilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja mental pilot pesawat terbang terhadap dimensi-dimensi dalam penerbangan yaitu waktu, fase terbang, lokasi, dan cuaca, dan menidentifikasikan faktor apa yang paling dominan membentuk beban kerja mental. Hasil penelitian menunjukkan kondisi beban kerja mental pilot akan meningkat apabila dihadapkan pada kondisi penerbangan yang dilakukan pada dini hari (00.00.am–05.59 am), saat hari libur dan memasuki periodepeak season, serta pada saat pesawat terbang akan melakukan prosedur pendaratan, dan juga apabila terjadi perubahan kondisi angin dalam penerbangannya, yang akan semakin bertambah beban kerja mental seorang pilot jika dihadapkan pada kondisi pengoperasian pesawat (route condition ) dengan kondisi permukaan daratan yang memiliki kontur pegunungan. Secara keseluruhan pilot lebih mementingkan faktor waktu dalam mempertimbangkan faktor beban kerja mental.


TAPPI Journal ◽  
2009 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 4-11
Author(s):  
MOHAMED CHBEL ◽  
LUC LAPERRIÈRE

Pulp and paper processes frequently present nonlinear behavior, which means that process dynam-ics change with the operating points. These nonlinearities can challenge process control. PID controllers are the most popular controllers because they are simple and robust. However, a fixed set of PID tuning parameters is gen-erally not sufficient to optimize control of the process. Problems related to nonlinearities such as sluggish or oscilla-tory response can arise in different operating regions. Gain scheduling is a potential solution. In processes with mul-tiple control objectives, the control strategy must further evaluate loop interactions to decide on the pairing of manipulated and controlled variables that minimize the effect of such interactions and hence, optimize controller’s performance and stability. Using the CADSIM Plus™ commercial simulation software, we developed a Jacobian sim-ulation module that enables automatic bumps on the manipulated variables to calculate process gains at different operating points. These gains can be used in controller tuning. The module also enables the control system designer to evaluate loop interactions in a multivariable control system by calculating the Relative Gain Array (RGA) matrix, of which the Jacobian is an essential part.


1989 ◽  
Vol 33 (20) ◽  
pp. 1411-1413 ◽  
Author(s):  
Leslie Whitaker ◽  
Leslie Peters

Thirty tank crews were tested in the Ft. Knox COFT tank simulator. The COFT simulator is a gunnery training facility. The crew's task was to shoot specified enemy targets. Each crew consisted of a tank commander and a gunner. The commander told the gunner, via an intercom system, which enemy object was the next target. Performance and subjective workload were measured as a function of the speech intelligibility transmitted by the intercom system. Five levels of intelligibility were tested. The measures of operational effectiveness were the number of targets correctly fired upon and the gunner's latency. Subjective workload was measured using the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Gunner performance and subjective workload covaried across intelligibility levels. Performance was not significantly affected until intelligibility levels fell to 50%. However, SWAT ratings increased linearly with decreasing intelligibility level.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document