scholarly journals Pengaruh Waktu Terbang (Phases of Time) Terhadap Beban Kerja Mental Pilot Pesawat Terbang Ditinjau Dari Perbedaan Jenis Kelamin Pilot

2020 ◽  
Vol 32 (2) ◽  
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra

AbstrakManusia sebagai komponen sistem atau sub-sistem meskipun mampu beradaptasi dengan baik terhadap sistem operasional penerbangan, namun manusia cenderung labil dan juga paling sensitif terhadap pengaruh yang dapat berdampak pada kondisi dirinya. Kondisi waktu kerja yang berbeda-beda juga diperkirakan dapat mempengaruhi kondisi seorang pilot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja mental pilot ditinjau dari perbedaan jenis kelamin (gender) jika dihadapkan pada kondisi waktu (phases of time) operasional penerbangan yang berbeda-beda. Penelitian menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga kombinasi dari tiga dimensi dengan tingkatannya. Dimensi tersebut adalah beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress). Dari hasil penelitian menunjukkan kondisi beban kerja mental yang dialami pilot berdasarkan waktu terbang adalah baik untuk pilot pria dan wanita diketahui bahwa kondisi beban mental pilot tertinggi pada saat penerbangan dilakukan pada dini hari (00.00 –05.59), pada saat libur, dan saat peak season.Kata kunci: Kecelakaan Pesawat, Jenis Kelamin Pilot, SWAT.AbstractPhases of Time Effect to the Pilot Mental Workload In terms of Differences Pilot Gender: Humans as a component of the system or sub-system although be able well adapted to the flight operational, but humans tend to be unstable and also most sensitive to the effects that can impact on his condition. Different working time conditions are also expected to affect a pilot's condition. The purpose of this study is to determine the mental workload of pilot in terms of differnces pilot gender if faced with different phases of time conditions. Mental workload measurements performed using the Subjective Workload Assessment Technique method (SWAT), this method using combine of three dimensions with their levels. The dimensions are time load, mental effort load, and psychological stress load. The result of studies shows that the condition of mental workload experienced by pilots refers to phases of time is in general (on average) in the high category (overload). While the overall showed that more pilots emphasize time factor in considering the factors of mental workload. The most burdensome conditions of a flight for man and woman pilot is when the pilot was conducted in the early morning, on weekends and during peak seasonsKeyword:Aircraft Accident, Pilot Gender, SWAT.

1982 ◽  
Vol 26 (7) ◽  
pp. 639-642 ◽  
Author(s):  
Gary B. Reid ◽  
F. Thomas Eggemeier ◽  
Thomas E. Nygren

A refinement to the scale development phase of the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) provides for forming scales for homogeneous subject groups. Groups are formed by determining which of the three dimensions, time load, mental effort load or stress load subjects judge to be the most important contributor to workload. The group scales are then transformed into a SWAT scale that ranges from 0 for the lowest defined workload condition to 100 for the highest workload condition. This procedure should increase the precision of workload measurement while minimizing the effects of individual subject ranking errors.


2022 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 302-309
Author(s):  
Faradila Ananda Yul ◽  
Sat Rudi Setiyawan

Indah Kiat Pulp and Paper Tbk merupakan perusahaan industri manufaktur yang bergerak dibidang pengolahan bubur kertas, salah satu mesin kertas terbesar di Perawang adalah Paper mesin #6. Paper mesin #6 beroperasi secara kontinyu 24 jam dan untuk mendukung proses produksi tersebut jam kerja karyawan dibagi menjadi 3 shift kerja. Permasalahan yang terjadi pada paper mesin ini adalah tingginya angka kecelakaan kerja dikarenakan tingginya beban kerja yang dirasakan oleh operator sehingga menyebabkan operator kelelahan baik fisik maupun mental. Penelitian dilakukan pada operator stasiun produksi Wet End, Dry End, Chemical, Winder dan Thimons yaitu dilakukan pengukuran beban kerja fisik dengan menggunakan metode Cardiovascular Load (CVL) dan pengukuran beban kerja mental dengan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Hasil perhitungan metode CVL bahwa beban kerja fisik yang paling besar pada shift 3 grup B terjadi pada operator Thimons 1 memiliki nilai % CVL sebesar 46,62 % dengan rekomendasi diperlukan perbaikan dan operator Wet End 3 dengan nilai % CVL sebesar 44,74 % dengan keterangan diperlukan perbaikan. Berdasarkan hasil CVL, sebanyak 12 karyawan mengalami beban kerja fisik. Berbeda dengan kepala shift dan operator Dekstop Control System (DCS), beban kerja yang dirasakan cenderung lebih ke beban mental. Penelitian pada kepala shift dan operator DCS menggunakan metode, metode SWAT digunakan untuk mengukur beban kerja mental. Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara secara langsung, selanjutnya kepala shift dan operator DCS diminta untuk mengurutkan 27 lembar kartu SWAT yang terdiri dari Time Load(T), Mental Effort Load(E) dan Psycological Stress Load (S). hasil pengurutan kartu SWAT diolah dengan menggunakan aplikasi DosBox 0.74, setelah itu dilakukan pengkonversian nilai dari Time, Effort dan Stress (T.E.S). Berdasarkan perhitungan beban kerja mental kepala shift, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor Time dengan nilai 60,44% diikuti faktor Effort dan Stress dengan nilai 29,64% dan 9,92%. Hal serupa dengan operator DCS, faktor yang paling berpengaruh adalah faktor Time dengan nilai 68,57% diikuti faktor Effort dan Stress dengan nilai 23,29% dan 8,13%. Beban waktu menjadi faktor utama yang dirasakan oleh karyawan karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan karyawan  harus cepat dalam melakukan setiap aktivitas.


Jurnal Teknik ◽  
2020 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 17-22
Author(s):  
Yolanda Lapai ◽  
Idham Halid Lahay ◽  
Fentje Abdul Rauf

Mental workload is the difference between the demands of a task workload with the maximum capacity of a person's mental capability in a motivated state. The purpose of this study was to determine the level of the mental burden of mechanics using the SWAT and QNBM methods. The results of the Subjective Workload Assessment Technique method for heavy service workload showed that the mechanics were 56.6% burdened. Mental workload dimensions for mechanics 1 and 3 are effort load, for mechanic 2 is time load. The category for light service is 11.11%, unburdened in the time load dimension for all mechanics. Nordic Body Map Questionnaire Method was 67%, with illness category included.


2017 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 181
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra ◽  
Sigit Priyanto ◽  
Imam Muthohar ◽  
Magda Bhinnety

Abstrak: Peristiwa kecelakaan pesawat terbang dapat terjadi pada tahap pengoperasian pesawat terbang, diawali sejak taxi, tinggal landas (take off), menanjak (climb), penerbangan jelajah (cruise), dan tahap pendaratan yang dimulai dari descent, awal pendaratan (approach) kemudian menyentuh landasan (touch down) sampai pesawat terbang berhenti di apron Bandar udara tujuan pendaratan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui seperti apakah perbedaan beban kerja mental seorang pilot pada saat melaksanakan tahapan fase terbang (phase of flights). Pengukuran beban kerja mental dilakukan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga kombinasi dari tiga dimensi dengan tingkatannya. Dimensi tersebut adalah beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress). Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan, tingkatan kepentingan relatif yang paling tinggi adalah dimensi beban usaha waktu (time), maka semua subyek mempunyai kesepakatan dan menganggap bahwa faktor beban waktu (time) merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan tingkatan  beban kerja mental pilot, sedangkan untuk kondisi yang paling terbebani atau beban kerja mental pilot akan meningkat (level tertinggi) apabila pilot dihadapkan pada saat pesawat akan melakukan prosedur pendaratan (landing).


1992 ◽  
Vol 36 (16) ◽  
pp. 1185-1189
Author(s):  
Steve Hale ◽  
Dino Piccione

A study was performed to assess pilot workload associated with the employment of an air-to-air weapon system integrated onto an attack helicopter. Mental workload was assessed using the Subjective Workload Assessment Technique (SWAT). Pilots performed simulated engagements against an airborne target under varying conditions of engagement type, time of day, target background, and target range. The results indicated significant differences in SWAT ratings as a function of time of day and engagement type. To a lesser degree, SWAT ratings were also sensitive to changes in target background and range. These results are consistent with laboratory and simulation studies which have shown SWAT to be sensitive to changes in task demand and further demonstrate the utility of SWAT for assessing operator workload in the less structured test and evaluation environment.


JOURNAL ASRO ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 236
Author(s):  
Elisabeth Tanti Pudiastuti

There are plentiful activities conducted by the Cadets in order to hold educational process at the NavalAcademy. These activities are particularly vulnerable to physical and psychological friction, especiallyin routine and nurturing activities, where activities in this phase are thought to cause the Cadets toexperience excessive mental workloads which may result in the Cadets being unable to continue theireducation. Therefore, this research would identify one of the factors that were suspected to be thecause of the problem which was psychological factor or mental workload on the Academy of Navalusing Subjective Workload Asessesment Technique (SWAT) method. SWAT method was chosenbecause it was easier to apply and had some advantages in terms of results validity and accuracy, sothat the performance of Cadets expected by Institution were: Tanggap, Tanggon and Trengginas. Theresults of this study indicated that there was a high mental workload for some sub activities at somelevel. The highest mental workload in level I is 69,0 (RPS activity), in level II is 83,4 (senior juniordevelopment), in level III is 77,6 (senior junior development). Besides this research also showed thatthe mental workload between the four levels of Level I, II, III and IV had a significant difference inmental workload in carrying out every activity at the Academy.Keywords: Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), Mental Workload, Cadets.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Bambang Agus Diana ◽  
Ridho Harta

Dalam sebuah organisasi perlu penataan beban kerja untuk setiap pegawai yang menjadi tanggung jawab pelaksana tugas pejabat yang ada didalamnya, sehingga dengan adanya pemerataan beban kerja pegawai dapat meningkatkan kinerja pegawai yang dapat meningkatkan kepada kinerja organisasi secara keseluruhan. Beban kerja pada pegawai UPBJJ-Universitas terbuka Bandung baik pegawai staf (administratif) maupun para tenaga edukatif secara keseharian bekerja secara bersama-sama dalam menjalankan tugas pekerjaan administratif, para tenaga edukatif tersebut diperbantukan untuk mengerjakan tugas pekerjaan administratif tanpa mengesampingkan tugas pokoknya sebagai tenagaedukatif. Adanya pembagian beban kerja pegawai yang tidak merata menjadi permasalahan terhadap kondisi kerja pegawai, bahkan ada pula pegawai yang beban kerjanya berkurang hal ini menyebabkan kerja pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya menjadi menurun karena banyakwaktu efektif kerja yang hilang disaat orang lain sibuk bekerja.Jam kerja yaitu 8.00-16.30 (jumlah jam kerjanya efektifnya perhari seharusnya adalah delapan jam tigapuluh menit), adapun tujuan dari penelitian adalah Mengetahui bagaimana permasalahan Beban Kerja Pegawai PadaKantor UPBJJ-UT Bandung serta untuk mengetahui bagaimana kesesuaian antara Beban Kerja dengan jumlah pegawai pada UPBJJ-UT Bandung. Metode yang dipergunakan dalampenelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana penelitian ini lebih menonjolkan data yang bersifat deskriftif analitis yang didapat dalam bentuk narasi, gambar, serta bersifat induktifdimana peneliti, membangun abstraksi, konsep hipotesa dan teori dari rincian. Analisa kualitatif yang dipakai selanjutnya adalah pembahasan dari hasil analisa beban kerja pegawai. Hubungan=hubungan yang logis dijelaskan bersama beberapa teori yang ada dan hasil pengolahan data isian.Teori yang digunakan, Beban waktu (time load), Beban usaha mental (mental effort load), Beban tekanan Psikologis (psychological stress load), Tarwaka (2011:131) Berdasarkan hasil peneilitian tentang penggunaan waktu kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menunjukan bahwa meskipun semua pekerjaan selalu terselesaikan dengan baik tetapi waktu kerja pegawai pada waktu-waktu tertentu menjadi bertambah sampai diluar jam kerja maupun hari libur kerja, sehingga diperlukan penambahan pegawai yang sesuai dengan hasil perhitungan jumlah pegawai efektif yaitu penambahan sebanyak 7 orang dengan rincian 3 orang untuk bagian koordinator registrasi dan Ujian, 1 orang koordintor BLBA dan 3 orang bagian tata usaha 


1981 ◽  
Vol 25 (1) ◽  
pp. 522-526 ◽  
Author(s):  
Gary B. Reid ◽  
Clark A. Shingledecker ◽  
F. Thomas Eggemeier

Practical considerations make subjective opinion one of the most widely used methods to assess mental workload. However, the value of the data obtained by subjective methods is often limited because scales are not standardized and are not based on modern psychometric principles. This paper describes the development and validation of a Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) which uses conjoint measurement to construct interval level workload scales from ordinal rankings of combinations of levels on three contributory dimensions. An experiment was conducted to investigate the construct validity and concurrent validity of the SWAT-1 scale. Recommendations for further development are discussed.


2019 ◽  
Vol 27 (3) ◽  
pp. 181 ◽  
Author(s):  
Abadi Dwi Saputra ◽  
Sigit Priyanto ◽  
Imam Muthohar ◽  
Magda Bhinnety

Beban kerja yang dialami oleh seorang pekerja dapat berupa beban fisik serta beban mental yang timbul dari lingkungan kerja. Beban kerja dirancang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental pekerja. Pengukuran beban kerja mental dilakukan menggunakan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), metode ini menggunakan tiga deskriptor, yaitu dimensi beban waktu (time), beban usaha mental (effort), dan beban tekanan psikologis (stress) dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan skala dan tahap pemberian nilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja mental pilot pesawat terbang terhadap dimensi-dimensi dalam penerbangan yaitu waktu, fase terbang, lokasi, dan cuaca, dan menidentifikasikan faktor apa yang paling dominan membentuk beban kerja mental. Hasil penelitian menunjukkan kondisi beban kerja mental pilot akan meningkat apabila dihadapkan pada kondisi penerbangan yang dilakukan pada dini hari (00.00.am–05.59 am), saat hari libur dan memasuki periodepeak season, serta pada saat pesawat terbang akan melakukan prosedur pendaratan, dan juga apabila terjadi perubahan kondisi angin dalam penerbangannya, yang akan semakin bertambah beban kerja mental seorang pilot jika dihadapkan pada kondisi pengoperasian pesawat (route condition ) dengan kondisi permukaan daratan yang memiliki kontur pegunungan. Secara keseluruhan pilot lebih mementingkan faktor waktu dalam mempertimbangkan faktor beban kerja mental.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document