scholarly journals PEMBERIAN PMT MODIFIKASI PADA BALITA GIZI KURANG DAN STUNTING

2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 33-45
Author(s):  
Irwan Irwan ◽  
Nurayini S Lalu

Formula yang diberikan pada anak yang mengalami gizi buruk/kurang sesuai standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) adalah terbuat dari bahan minyak, gula, susu, air serta tepung. Selain itu, PMT dapat dibuat sendiri dengan komposisi yang mengandung asupan anergi dan protein dan terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh oleh masyarakat dengan biaya yang terjangkau. Bahan-bahan tersebut dapat digantikan dengan bahan-bahan makanan lokal yang kaya kandungan vitamin dan proteinKegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di desa Bukit Tingki  Kecamatan Popayato kabupaten Pohuwato. Kegiatan pengabdian ini  dilaksanakan selama 45 hari, dan diikuti oleh dosen sebanyak 2 orang dan Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo sebanyak 30 orang.  Jenis PMT modifikasi berbasis kearifan lokal  yang diberikan kepada Balita adalah berupa olahan sup labu kuning, bubur labu kayu manis dan bubur labu kuning, kentang dan jagung sebanyak 1 porsi/hari dan diberikan selama 14 hari berturut-turut.Metode kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pemberian makanan tambahan kepada 11 balita yang telah mengalami masalah gizi baik gizi kurang maupun stunting di desa Bukit Tingki. Metode Focuk Group Discussion (FGD} dalam bentuk Kegiatan  pelatihan kader gizi sehat dilaksankaan selama 2 hari.Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pemmberian makanan tambahan (PMT) yang dimodifikasi dalam bentuk buah labu kuning dan jagung dapat meningkatkan status gizi balita, sebanyak 11 balita yang mengalami masalah gizi, 8 diantaranya termasuk kategori gizi kurang dan 3 balita yang mengalami stunting. setelah pemberian makanan tambahan tersebut berat badan meningkat signifikant sehingga menjadi kategori gizi sehat, sementara 4 balita yangs ebelumnya termasuk dalam kategori stunting setelah diberikan PMT Modifikasi mengalami pertumbuhan dan peningkatan berat badan  yang signifikant. Hasil kegiatan pelatihan kader sebanyak 30 remaja dan ibu rumah tangga telah dilatih dan diberi materi tentang PMT balita dan gizi seimbang.Kesimpulan pemberian PMT Modifikasi berbasis kearifan lokal dapat menjadi alternatif program pemberantasan stunting dan gizi kurang di desa. Diharapkan kepada orang tua balita agar terus memperhatikan dan memberikan asupan makanan bergizi tinggi kepada anak balita dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di desa. Kata Kunci :         Gizi Kurang, stunting, PMT Modifikasi, 

Author(s):  
Ali Ghorbani ◽  
Roya Rajaee ◽  
Zahra Jamaly ◽  
Morteza Najafi ◽  
Marziye Najafi

The provision of manpower is one of the effective factors on the improvement in the coverage of health services and the realization of the highest community health level and a considerable part of the health budget is devoted to the production and update on human resources. Therefore, the current study aimed to estimate the number of nurses required in the Emergency Department (ED) of Imam Ali hospital based on the proposed method of the World Health Organization, in which the manpower is calculated based on the workload Workload Indicators of Staffing Need (WISN). Methods: This was a cross-sectional descriptive study. The study population was all the nurses working in the emergency department of Imam Ali hospital affiliated by Alborz University of Medical Sciences and their duties in the hospital which was performed using the proposed method of the World Health Organization i.e. WISN in 2018. Determination of their duties and the time and number of times for performing them were carried out during the group discussion session. Results: Based on the research findings, 40 standard nurses were calculated. The studied hospital had 4 nursing staff shortages. The working pressure ratio is 0.91in this study. Conclusion: In the current study, the nursing staff shortage is observed and this shortage caused a high working pressure on the nurses working in the study area. Considering the vital role of nurses in the emergency department, it is recommended to employ and distribute the manpower based on the requirement and workload in the department


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 43
Author(s):  
I Kadek Abdi Kesuma Wijaya ◽  
Ni Komang Ekawati ◽  
Ni Wayan Arya Utami

ABSTRAK Lanjut usia menurut definisi dari World Health Organization (WHO) adalah orang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia sangat rentan untuk terkena penyakit. Beberapa penyakit yang dialami oleh lansia adalah hipertensi, rematik, diabetes mellitus, gagal jantung dan lain-lain. Selain upaya penanganan kesehatan yang dibuat pemerintah, terdapat kegiatan lain yang dapat menangani masalah kesehatan pada lansia yaitu senam yoga tertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi tentang manfaat senam yoga tertawa terhadap kesehatan lansia di Kota Denpasar.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi yang menggunakan metode pengumpulan data dengan Focus Group Discussion dan wawancara mendalam. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar lansia memandang di usia 60 tahun keatas akan rentan terkena penyakit serius. Lansia yang mengikuti senam yoga tertawa didorong atas 2 faktor yaitu faktor internal dikarenakan ingin sembuh dan menjadi lebih sehat, serta faktor eksternal disebabkan oleh dukungan keluarga. Tidak ada hambatan yang dirasakan lansia dalam mengikuti senam yoga tertawa. Hal ini dikarenakan mereka termotivasi untuk sehat dan sembuh dari penyakit serta dukungan dari keluarga.Kesimpulan bahwa persepsi lansia terhadap manfaat senam yoga tertawa adalah sakit yang dirasakan berkurang dan lebih sehat. Jadi dapat disarankan senam yoga tertawa dapat diterapkan sebagai alternatif untuk membantu lansia dalam mengatasi masalah kesehatan dan bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan dasar penelitian dalam hal kesehatan lansia dan yoga. Kata Kunci: persepsi, senam yoga tertawa, lansia, kesehatan mental, Denpasar   ABSTRACT The elderly according to the definition of the World Health Organization (WHO) are people aged 60 years and over. The elderly are very susceptible to disease. Some diseases experienced by the elderly are hypertension, rheumatism, diabetes mellitus, heart failure and others. In addition to health care efforts made by the government, there are other activities that can handle health problems in the elderly, namely laughing yoga exercises. This study aims to determine perceptions about the benefits of laughing yoga exercises on the health of the elderly in Denpasar City. This research is a qualitative study using a phenomenological approach that uses data collection methods with Focus Group Discussion and in-depth interviews. Based on the results of the study, most of the elderly looked at the age of 60 years and over will be vulnerable to serious illness. The elderly who attend yoga exercises are encouraged to push for 2 factors: internal factors due to wanting to recover and become healthier, and external factors caused by family support. There are no obstacles felt by the elderly in participating in the laughing yoga exercises. This is because they are motivated to be healthy and recover from illness and support from the family. The conclusion that the elderly's perception of the benefits of laughing yoga is a pain reduction and healthier. So it can be suggested laughing yoga exercises can be applied as an alternative to helping the elderly in overcoming health problems and for further research can be used as a basis for research in terms of health of the elderly and yoga. Keywords: perception, laughing yoga exercises, elderly, mental health, Denpasar


2018 ◽  
Author(s):  
Tesfit Brhane Netsereab ◽  
Meron Mehari Kifle ◽  
Robel Berhane Tesfagiorgis ◽  
Sara Ghebremichael Habteab ◽  
Yosan Kahsay Weldeabzgi ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document