<p><span>“Desak Terdesak” merupakan sebuah film fiksi pendek yang berangkat dari isu tentang kurangnya “penghargaan” <span>terhadap perempuan Bali. Karya ini mengangkat posisi serta status perempuan Bali dalam hukum adat yang<br /><span>selalu berada di bawah kekuasaan laki-laki. Hal tersebut berkaitan erat dan didasari oleh keyakinan mayoritas <span>penduduk Bali, sistem kekerabatan patrilineal, sistem wangsa dan petuah-petuah orang tua. Dalam film fiksi <span>pendek ini pengkarya berusaha menghadirkan konflik sosial yang lebih tajam dengan menggabungkan <span>permasalahan kekerasan dalam rumah tangga, tekanan ekonomi, dan ketidakberdayaan melawan hukum <span>adat yang membuat posisi perempuan Bali bernama Desak semakin terdesak. Sejak kecil perempuan Bali<br /><span>dididik untuk mandiri, bekerja keras dan bukan mahkluk lemah yang harus dilindungi. Orang tua mengajarkan <span>untuk selalu menjunjung tinggi martabat dan siap berkorban demi nama baik keluarga. Perempuan Bali telah <span>diberikan persamaan hak dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan mengutarakan pendapat, namun <span>disisi lain mereka tetap diikat oleh berbagai sistem yang berlaku di Bali. “Desak Terdesak” berdurasi 20 menit, <span>menggunakan pendekatan Realis medan Hollywood Klasik sebagai bentuk karya dengan plot linier yang<br /><span>sesuai aksi peristiwa. Dialog dalam film ini menggunakan bahasa Bali dialek Singaraja untuk memperkuat <span>setting dan penokohan yang dibangun dalam cerita. Beberapa sumber pustaka seperti Filsafat Timur, Sebuah <span>Pengantar Hinduisme dan Buddhisme, Perempuan Bali, Hukum Adat Bali, Hak Waris Perempuan Bali dan <span>Kesalahpahaman Kasta digunakan sebagai rujukan dalam menciptakan karya ini. Film yang diilhami dari <span>kisah nyata ini memberikan sedikit pengetahuan, informasi, pemahaman kepada pembaca serta penonton<br /><span>terkait posisi perempuan dalam hukum dan pergaulan adat masyarakat Bali yang menganut sistem kekerabatan <span>patrilineal.<br /><span><strong>Kata kunci: </strong><span>film, perempuan, Bali, budaya, sistem, bentuk.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p><span><span><span><em>“Desak Terdesak” is a film of short fiction based on the issues of the lack of “appreciation” towards Balinese </em><span><em>women. This work tells about the position and status of Balinese women in the custom that they are always </em><span><em>under the men’s power. It is closely related to and based on the most Balinese belief, the patrilineal kinship </em><span><em>system, </em><span>wangsa <span><em>system, and the parental teachings. In the short fiction film, the creator tries to present the </em><span><em>sharper social conflict by combining the problems of domestic violance, economic depression, and the</em><br /><span><em>helpnessness against customary law that makes Balinese women namely Desak is more distressed. Sinceyoung, </em><span><em>Balinese women have been educated to be independent, working hard, and not to be a poor being that must</em><br /><span><em>be protected. Parents teach to always uphold dignity and to be ready to sacrifice in the name of family’s </em><span><em>reputation. Balinese women have been given similar rights in getting education, employment and proposing </em><span><em>opinion, on the other hand, they are tied by various systems held in Bali. “Desak Terdesak” has 20 minutes </em><span><em>duration using Realism and Classical Hollywood approach as a form of work with linear plots corresponding to </em><span><em>the action of events. Dialogue in the film uses Balinese language with Singaraja dialect to strengthen setting</em><br /><span><em>and characterization built in the story. Library sources like Eastern Philosophy, An Introductory To Hinduism </em><span><em>AndBuddhism, Balinese Women, Balinese Custom, Hereditary Right Of Balinese Women And Misconceptions Of Caste is used as a reference in creating this work. The film that has been inspired by a real story</em><br /><span><em>provides little knowledge,informations, the reader as well as the audience understanding related to the women </em><span><em>position in law and in customary intercommunication of Balinese community that follow patrilineal kinship</em><br /><span><em>system.</em><br /><span><strong><em>Keywords: </em></strong><span><em>film, woman, Bali, culture, system, form.</em></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br /></span></span></span></span><br /></span></span></p>