Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

37
(FIVE YEARS 27)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Koordinatorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta Wilayah IV Surabaya

2442-4579, 2085-6539

2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Muhammad Arief Nugroho ◽  
Ashif Az Zafi

The purpose of this article is to find out how Islamic education in the area around the Kudus Tower is influenced religious community, as well as to find out the influence in Islamic education. The process of compiling this study used a qualitative approach. The data collection was done by conducting a literature study. It is known that the influence of a religious community for Islamic education in the area around the Kudus tower includes making students more familiar with Islam, as well as the special attitude of Islamic education institutions in educating their students. The results obtained from this study are Islamic educational institutions around the Kudus tower are growing rapidly and these educational institutions form students who excel in academics and have noble character. The main factor in the formation of the noble character of students is caused by the kiai who become teachers in educational institutions, a religious community environment, upholding the teachings of Islam and also side by side with the tomb of Sunan Kudus which is its own value.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Ilma Kharismatunisa' ◽  
Mohammad Darwis
Keyword(s):  

Artikel ini hendak menjelaskan tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Aswaja untuk melihat tumbuh kembangnya kehidupan keberagamaan. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam Aswaja sejatinya tidak hanya terjadi di lingkungan pendidikan formal saja. Lebih dari itu, nilai-nilai pendididikan aswaja sudah menjadi tradisi kuat yang terus dipertahankan masyarakat Nahdlatul Ulama. Artikel ini ditulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Kecamatan Senduro Lumajang. Kesimpulan menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Aswaja An-nahdliyyah yang ditanamkan pada masyarakat plural di Kecamatan Senduro mencakup beberapa aspek yaitu tawasuth, tasamuh, i'tidal dan tawazun. Peran Nahdlatul Ulama dalam proses penanaman nilai-nilai tawasuth dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan. Sedangkan penanaman nilai-nilai tasamuh dilakukan melalui program-program kegiatan MWCNU Senduro dengan metode pemahaman. Untuk penanaman nilai-nilai i’tidal dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan dan nilai-nilai tawazun dikemas dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Intan Budiana Putri ◽  
Abdul Muhid

Dalam pendidikan Islam, keteladanan  merupakan metode yang paling banyak terlihat hasilnya dan terbukti bersifat influentif di dalam membentuk moral, spiritual maupun sosial seorang anak. Qashidah Burdah melalui sya’ir-sya’ir nya yang begitu indah, yang menceritakan kisah Rasulullah yang terpilih, ditulis oleh seorang penyair yang alim. Merujuk pada  teori social learning, perilaku dibentuk oleh hubungan interaksi klien dengan lingkungannya. Teknik modeling adalah salah satu teknik yang disusun oleh Albert Bandura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan keteladanan dalam syair-syair qasidah burdah dan relevansinya terhadap teori belajar sosial Albert Bandura. Harapan dari penelitian ini adalah agar dapat dijadikan sebagai gagasan pendekatan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas belajar dengan metode keteladanan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan prosedur penelitian pustaka (Library Research). Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa di dalam qasidah burdah terdapat kisah-kisah Rasulullah yang dapat kita jadikan sebagai salah satu metode pembelajaran, yaitu metode keteladanan.


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Khoirul Asiah ◽  
Ike Yuli Mestika Dewi
Keyword(s):  

Artikel ini hendak memperoleh gambaran secara lebih detail tentang manejemen pengelolaan program wajib belajar pendidikan diniyah di Kabupaten Sumenep untuk jenjang SMP secara obyektif, serta model-model pelaksanaan yang dilakukan oleh setiap satuan pendidikan menengah.  Artikel ini akan mengungkapkan dengan jelas karakteristik manejemen pengelolaan yang dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan menengah di Kabupaten Sumenep, sehingga program ini bisa berdampak terhadap pengembangan karakter keagamaan anak didik. Artikel ini merupakan riset lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Adapun temuan artikel ini adalah berupa program wajib belajar diniyah di Kab. Sumenep. Secara khusus, program dilaksanakan sejak tahun 2016 dengan mengacu pada Peraturan Bupati Sumenep Nomor 15 Tahun 2016 yang kemudian diturunkan dalam bentuk juknis Pelaksanan Wajib Belajar Pendidikan Diniyah. Sementara pada 2020, program ini diperkuat dengan penerbitan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep, nomor 4 Tahun 2020, tentang Pengelolaan Pendidikan Diniyah. Adapun pengelolaan program wajib diniyah, baik di SMPN 1 maupun SMPN 2 Sumenep, dilaksanakan dengan mengawinkan dua opsi yang memang ditawarkan dalam Juknis, yaitu dilaksanakan secara mandiri dan non mandiri. Baik antara pihak SMPN dengan mitra memiliki peran yang berbeda dan sama-sama memperkuat keberlangsungan program ini. Pihak sekolah fokus pada fasilitas dan sarana, sementara mitra fokus pada guru dan pembelajaran.


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 69
Author(s):  
Aminatuz Zahroh

Pesantren merupakan salah satu potret institusi penting dan merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, yang sangat strategis dalam membentuk budaya.[1] Di antara nilai-nilai positif tersebut adalah nilai-nilai ahlus sunnah wal jamā’ah  (Aswaja). Transformasi budaya pesantren berbasis Aswaja perlu dilakukan di tengah maraknya issu-issu nasional tentang salafisme, fundamentalisme, radikalisme dan terorisme. Salafisme nampak cenderung kearah fundamentalisme agama dan radikalisme agama, yang berujung pada wacana terorisme dalam Islam.[2] Sayangnya, proses transformasi budaya Aswaja di pesantren banyak mengandalkan pembiasaan dan kurang memperhatikan internalisasi dan institusionalisasi. Sebagai konsekwensinya, pengetahuan dan kompetensi mayoritas santri tentang Aswaja Nahdhiyyah, hanya sekedar amaliyah nya saja seperti istighātsah, tahlīl dan membaca al Qur’an surat yāsīn. Agenda permasalahan yang penting diperbincangkan adalah bagaimana realitas  transfomasi budaya Aswaja di pesantren? Bagaimana respon internal dan eksternal pesantren terhadap transformasi tersebut? Bagaimana proses transformasi budaya Aswaja yang seharusnya dilakukan di pesantren? Tulisan ini berusaha menawarkan jalan keluar (way out) dari permasalahan tersebut  


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Ach Muzairi Amin

Artikel ini akan menguraikan tentang implementasi pembentukan karakter multikultural santri di Pondok Pesantren Riyadlus Sholihin Kota Probolinggo. Pesantren ini menerapkan sistem pengajaran tradisional dan campuran dengan mengintegrasikan atau memadukan sistem kurikulum diniyah dengan sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Dengan latar belakang santri yang multikultural, pesantren terus berupaya melakukan langkah-langkah variatif mewujudkan SDM berkualitas, terutama dalam memformulasikan implementasi pembentukan karakter multikultural dari generasi ke generasi. Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih dalam penelitian ini. Pengumpulan data diperoleh melalui  observasi,  dokumentasi, wawancara, dan triangulasi. Hasil  dari penelitian menyatakan bahwa pertama; perencanan pembentukan karakter multikultural santri di Pondok Riyadlus Sholihin direncanakan berdasarkan tujuan, visi dan misi pesantren yang jelas, serta terintegrasi dengan muatan kurikulum pesantren berbasis kitab salaf dalam semua proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kedua; implementasi pembentukan karakter multikultural dikalangan santri dilakukan secara masif dan intensif (istiqamah) melalui pendidikan formal dan non formal serta kegiatan ekstrakurikuler dan takhassus baik secara harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Hal inilah yang menjadi ciri khas terwujudnya karakter multikultural santri pesantren Riyadlus Sholihin. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimaksudkan selalu menunjang penguatan religiusitas dan spiritualitas, serta selaras dengan nilai-nilai pendidikan karakter.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Aminatuz Zahro

Sejarah berujar bahwa pesantren dengan segala tipologinya selalu konsisten dengan tri dharmanya yaitu: peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, pengembangan keilmuan yang bermanfaat dan pengabdian terhadap agama masyarakat dan negara. Untuk melaksanakan tri dharmanya dengan baik pesantren melakukan perubahan di berbagai bidang yang dikelolanya. Seperti dalam kurikulum, kepemimpinan, sumberdaya manusia dan budayanya. Perubahan tersebut mutlak perlu dilakukan oleh pesantren, karena pesantren merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga dan sebagai lembaga yang mempersiapkan anak ketika pulang kemasyarakat. Perubahan ini mempertimbangkan aspek-aspek lokalitas kepesantrenan dan keindonesiaan. Perbincangan tentang perubahan dalam rajutan pesantren tidak akan terlepas dari bagaimana sisi terang dan gelap perubahan pesantren, problem pesantren dalam menghadapinya, langkah-langkah efektif dan inefektif yang selama ini sudah banyak dilakukan oleh pesantren serta tawaran solutif perubahan pesantren. Tulisan ini berusaha menawarkan jalan keluar (Way Out) dari permasalahan tersebut.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Muhammad Tang ◽  
Abdul Rahim ◽  
Baso Baso
Keyword(s):  

Pengembangan lembaga Pendidikan Islam sangat urgen untuk dilakukan sekarang ini, karena masih tertinggal dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum lainnya. Lembaga Pendidikan Islam  harus berbenah diri untuk merespon perkembangan zaman digital yang dikenal dengan era revolusi industri 4.0. Tulisan ini hadir untuk menggali, menafsirkan dan mendeskripsikan spirit atau nilai yang terkandung dalam ojek on-line (OJOL) untuk dijadikan  landasan pengembangan lembaga Pendidikan Islam dalam era revolusi industri 4.0. Kemajuan alat informasi dan komunikasi yang teraplikasi dalam ojek on-line merupakan suatu kajian yang menarik untuk ditarik dalam dunia pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif-deskreptif dengan berbasis kepada digital on-line  research (media sosial). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa spirit yang terkandung dalam Ojek On-Line yang dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan lembaga pendidikan islam  di antaranya, yaitu; (1) akses mudah dan terjangkau secara ekonomi, (2) pelayanan yang prima, (3) komponen sistem informasi yang lengkap, (4) membangun sistem jaringan (net working) yang luas, (5) memiliki banyak menu layanan/pilihan.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 142
Author(s):  
Mufiqur Rahman ◽  
Ummi Mahmudah
Keyword(s):  

Tulisan ini akan fokus pada kebangkitan madrasah sebagai lembaga pendidikan Agama Islam dalam pandangan George Makdisi. George Makdisi sendiri merupakan salah satu sejarawan barat yang sangat konsen terhadap sejarah pendidikan Islam. Salah satu karyanya yang monumental adalah The Rise of Humanism in Clasisical Islam and the Christian West. Makdisi berpandangan bahwa Madrasah yang pertama kali muncul adalah madrasah Nidzomiyah. Dan yang menjadi platform dalam pembelajaran di Institusi formal ini adalah untuk mendidik para ahli hukum fiqih (lawyer) dan seni dalam literasi. Di mana outcome/alumnus adalah sebagai konsultan hukum (jurisconsult) dan juga sebagai literary arts of adab. Walaupun di balik Madrasah ada motivasi-motivasi yang menurut Makdisi sangat Politis. Makdisi memberikan pandangan bahwa Madrasa memiliki multi fungsi baik dalam navigasi politik, ekonomi dan sosial pada masa al-Mulk menjadi perdana menteri dan disebut sebagai tokoh yang melekat dengan nama besar Madrasah.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 151
Author(s):  
Ahmad Hanif Fahruddin ◽  
Eva Nur Tita Sari

Penelitian ini hendak melihat bagaimana kode etik guru yang juga berstatus pegawai negeri sipil diimplementasikan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah menengah atas. Penelitian ini berjudul implementasi kode etik guru dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Sukodadi Lamongan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif serta pendekatan diskriptif, dan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi kode etik guru dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, serta model implementasi kode etik dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sukodadi Lamongan. Hasil dari penelitian ini, yang pertama adalah implementasi kode etik guru dalam pembelajaran Pendidikan Agam Islam dengan cara menjadi suri tauladan, terbuka, fleksibel, dan adil sedangkan Model implementasi kode etik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diterapkan dengan pembiasan dan keteladanan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document