Region: Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

101
(FIVE YEARS 49)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sebelas Maret

2598-019x, 1858-4837

Author(s):  
Ria Ripardi Wahyu Lestari ◽  
Agung Budi Sardjono ◽  
Suzanna Ratih Sari

<p class="AbstractTitle">Penelitian ini didasari oleh pedagang kaki lima yang menggunakan jalan Perumahan Badak V  sebagai aktivitas berdagang mulai pagi hari sampai malam hari. Adanya PKL  pada jalan perumahan memiliki daya tarik tersendiri terhadap masyarakat sekitar karena memudahkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pada tempat dan waktu yang sama terjadi aktivitas yang bercampur dan saling mempengaruhi antara pedagang dan pengguna jalan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik pedagang kaki lima dari aktivitas dan lokasi yang dipilih dalam berdagang sehingga PKL dapat ditata dan jalan dapat digunakan sesuai fungsinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian adalah karakteristik aktivitas PKL berbeda dan bervariasi di pagi hari, siang dan malam hari selain itu dipengaruhi oleh kegiatan di sekitar Jalan Badak V.</p>


Author(s):  
Zukruf Novandaya ◽  
Holi Bina Wijaya ◽  
Visilya Faniza

<p>Ketangguhan wilayah merupakan kemampuan masyarakat dalam menghadapi suatu kejadian bencana. Pembangunan wilayah tangguh bencana di Indonesia telah banyak dilakukan. Meski demikian ketangguhan yang telah banyak dibangun adalah ketangguhan bencana alam. Bencana non-alam pandemi Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia mempengaruhi sistem penghidupan masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan. Artikel ini membahas studi kasus di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kabupaten Wonosobo ini termasuk ke dalam wilayah karakteristik pedesaan dengan dampak risiko Covid-19 tinggi yang berimplikasi kepada masyarakat tidak hanya dari segi kesehatan, tetapi juga dalam sosial dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif untuk mengevaluasi ketangguhan wilayah terhadap bencana pandemi Covid-19 berdasarkan empat variabel, yaitu kerawanan bencana, mitigasi, pengaturan wilayah dan adaptasi. Hasil dari penelitian ini merupakan analisis evaluatif dari ketangguhan Kabupaten Wonosobo dalam menghadapi gangguan bencana pandemi Covid-19. Dari analisis keempat variabel didapatkan hasil bahwa masih kurangnya ketangguhan wilayah yang ada di Kabupaten Wonosobo ditinjau dari aspek kerentanan, mitigasi dan adaptasi. Sedangkan pengaturan wilayah relatif memiliki modal sosial yang cukup baik untuk mendukung keberjalanan upaya meningkatkan ketangguhan wilayah lainnya. Hasil evaluasi tersebut perlu dilakukan untuk arahan rekomendasi peningkatan aspek ketangguhan wilayah yang perlu dilakukan sehingga dapat mereduksi dampak yang terjadi pada masyarakat dan aktivitas wilayah. Selain itu hasil evaluasi tersebut dapat menjadi konsep mitigasi bencana non-alam ke depannya.</p>


Author(s):  
Ima Rahmawati Sushanti ◽  
Sri Rahmi Yuniati ◽  
Tisa Angelia
Keyword(s):  

<p class="Abstract">Ruang publik hadir memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat perkotaan melalui interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Ruang publik sebagai sarana interaksi bersama warga perkotaan saat ini menghadapi transformasi terkait munculnya pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang mengancam eksistensi ruang publik. Aturan protokol kesehatan yang wajib dipenuhi setiap individu saat beraktivitas pada akhirnya disarankan pemerintah dan organisasi kesehatan dunia. Setiap individu sebaiknya beraktivitas di rumah tinggal atau lingkungan permukiman sekitarnya untuk mencegah meluasnya pandemi. Hadirnya kebijakan dan pandemi tersebut mempengaruhi individu saat beraktivitas menggunakan ruang publik. Tujuan penelitian adalah mengetahui eksistensi ruang publik di permukiman kota dalam menghadapi transformasi penggunaan ruang yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif berdasarkan studi literatur dan studi kasus pada ruang publik di permukiman kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi ruang publik masih terjaga meskipun telah terjadi transformasi penggunaan ruang publik selama pandemi. Upaya adaptasi fisik maupun non fisik diperlukan untuk menghadapi perubahan yang terjadi. Perubahan penggunaan ruang fisik dari skala kota ke skala permukiman kota dihadapi dengan melengkapi fasilitas protokol kesehatan. Perubahan aktivitas penggunaan ruang non fisik dilakukan dengan penerapan kebijakan mematuhi protokol kesehatan bagi warga dan warga wajib untuk mematuhinya agar terjaga kesehatan dan keselamatannya termasuk memanfaatkan teknologi untuk berinteraksi dan memenuhi kebutuhan hidupnya.</p>


Author(s):  
Astrini Dewi Ulamdhani ◽  
Sunarti Sunarti

<p class="Abstract">The process of LED activities that starts from access to raw material, production, and product marketing will have an impact on the quality of settlements. The aspects of slum handling  affected by LED activities include: 1) street, 2) waste, and 3) garbage. The LED activities in this research are focused on 1) the business length and 2) income. The two variables of LED activity and slum handling will be assessed for correlation with social characteristics including: 1) gender, 2) education, 3) length of stay, and 4) family income. Research location is in Batik Thematic Village, Semarang City. The problems at the location in the form of environmental impacts due to the LED activities have not been supported by the involvement of LED actors. The non-optimal participation of LED actors can be seen from the lack of communal WWTP and waste banks. The purpose of this study is to examine the relationship of social characteristics and LED activities for slum upgrading. The study employed a quantitative approach, through a questionnaire technique with a population of 33 respondents. The data was processed through descriptive analysis. The results of the study illustrate that the longer the perpetrators stay,the longer the businesses start and the income get.  Meanwhile, based on gender and education level, there are no relations that affect LED activities. The social characteristics and slum upgrading has strong correlation with the aspects of the street. The aspect of waste has very weak correlation, while the garbage aspect has no relation. Street aspect has high correlation because business actors get benefit from LED product access. The waste aspect has weak correlation because there are few entrepreneurs do the process independently, while the garbage aspect does not exist due to the similarity of handling and retribution.</p>


Author(s):  
Liza Sandra Dewi ◽  
Firwan Tan ◽  
Muhammad Nazer

<p class="Abstract">Perencanaan tata ruang kota merupakan suatu proses sosial, yang tidak hanya berfokus kepada pembangunan fisik saja, tapi harus melibatkan manusia yang terdapat didalamnya yang berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Masyarakat merupakan komponen yang secara langsung dipengaruhi dan berpengaruh terhadap rencana tata ruang. Keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan RTRW merupakan salah satu cara untuk menghindari adanya penolakan-penolakan di kemudian hari. Seperti halnya yang terjadi di Kota Bukittinggi, penolakan terhadap dokumen RTRW Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011, dimana masyarakat menuntut peninjauan ulang atas Ruang Terbuka Hijau yang secara massive ditetapkan di dua keluarahan agar diubah kembali menjadi kawasan budidaya (perumahan dan pertanian lahan kering). Penolakan tersebut merupakan gambaran rendahnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan dokumen RTRW. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa fakor, terutama faktor internal yang berasal dari diri masyarakat itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat di Kota Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan data primer dengan menyebar kuesioner kepada masyarakat yang terlibat langsung dalam proses penyusunan RTRW. Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian yang mempengaruhi partisipasi masyarakat di Kota Bukittinggi adalah jenis kelamin, usia dan pendapatan.</p>


Author(s):  
Difa Nur Tsaqila ◽  
Nur Miladan ◽  
Rizon Pamardhi Utomo

<p class="Abstract">Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering melanda permukiman. Adanya kebakaran dapat memberikan kerugian terutama kerugian material. Kawasan permukiman yang sering dilanda kebakaran pada umumnya merupakan kawasan permukiman padat. Salah satu provinsi dengan kawasan permukiman padat yang cukup banyak yaitu Provinsi DKI Jakarta. Tercatat 1.471 kejadian kebakaran di DKI Jakarta pada tahun 2018. Kecamatan dengan angka kebakaran tertinggi di DKI Jakarta yakni Kecamatan Tambora. Pada tahun 2018, kejadian kebakaran di Kecamatan Tambora dapat mencapai 45 kejadian kebakaran. Penyebab utama kebakaran didominasi oleh masalah jaringan listrik. Penyebab utama kebakaran yakni masalah jaringan listrik dan kepadatan wilayah yang sangat tinggi. Kemudahan memperoleh prasarana kebakaran dan menuju titik kebakaran menjadi hal yang penting dalam proses pemadaman api. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran di permukiman padat Kecamatan Tambora, salah satunya tingkat aksesibilitas sumber air untuk penanggulangan kebakaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis buffer, skoring, dan deskriptif. Data untuk melakukan analisis diperoleh dari kegiatan observasi lapangan, kuisioner dan wawancara, serta dokumen institusi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 82% dari luas kawasan Kecamatan Tambora memiliki tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran yang rendah, dan 18% lainnya dengan tingkat aksesibilitas terhadap sumber air penanggulangan kebakaran sedang. Tingkat aksesibilitas prasarana kebakaran tersebut dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan prasarana sumber air penanggulangan kebakaran berupa hidran dan adanya sisi sungai yang tidak dapat diakses oleh masyarakat setempat.</p>


Author(s):  
Dwi Aditya Indra Lesmana ◽  
Muhammad Sani Roychansyah

<p class="Abstract">Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan dua provinsi yang memiliki keterkaitan tinggi. Studi-studi sebelumnya menerangkan bahwa keterkaitan itu utamanya adalah keterkaitan ekonomi. Keterkaitan ekonomi tersebut terjadi berkat adanya aksesibilitas regional antara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Aksesibilitas regional telah lama diteliti dengan berbagai teknik perhitungan. Seringkali penggunaan teknik-teknik tersebut tidak dapat diaplikasikan secara cepat untuk menghitung dalam skala regional dikarenakan sulitnya memperoleh data yang lengkap sampai unit administratif terkecil. Di sisi lain, telah tersedia data potensi desa yang dipublikasikan secara teratur setiap tiga tahun oleh BPS yang memuat data waktu tempuh dan jarak tempuh sampai level desa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur aksesibilitas regional di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah principal component analysis dan kernel density analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai aksesibilitas regional di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar adalah sedang sampai tinggi. Pada Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terbentuk beberapa kelompok integrasi aksesibilitas regional. Penelitian ini membuktikan dimungkinkannya penggunaan teknik analisis lain untuk menghitung aksesibilitas regional selain daripada teknik-teknik yang sudah diketahui.</p>


Author(s):  
Nasrul Hidayat ◽  
Rachmadi Nugroho ◽  
Ofita Purwani

<p class="AbstractTitleCxSpFirst">Tunjungan diyakini sebagai suatu fragmen kota yang dinamis. Identitasnya akan tetap sama sebagai sebuah artefak urban yang dapat berperan sebagai penanda zaman. Namun, faktor yang mengidentifikasinya dapat berbeda tergantung pada aktivitas yang mengisi ruang-ruang pada struktur kawasan. Kini, Tunjungan mengalami fenomena lost space. Sehingga, Tunjungan perlu untuk diklaim ulang sebagai sebuah kawasan yang akan tetap menandai perkembangan aktivitas masyarakat Kota Surabaya. Tujuan dari studi ini adalah untuk mereartikulasi identitas Tunjungan dengan menggunakan fenomena ekonomi kreatif sebagai pop-culture yang sedang tumbuh di Indonesia. Masyarakat kota akan difamiliarkan mengenai proses kreatif dengan cara menginjeksikan kegiatan kreatif sebagai aktivitas baru yang akan mengaktivasi Kawasan Historis Tunjungan. Proses injeksi kegiatan kreatif pada struktur kawasan akan dimanifestasikan dalam tipologi arsitektur berupa sebuah hub atau pusat kegiatan kreatif melalui penempatan program-program arsitektur yang disisipkan pada titik tertentu dan mengintegrasikannya dengan konteks saat ini. Program-program yang akan menunjang hub berupa maker dan creative space, serta akan direncanakan berintegrasi dengan Kawasan Historis Tunjungan dan koridor co-working space sebagai ruang kreatif eksisting yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hasil dari studi ini merupakan sebuah creative hub yang terintegrasi dengan Kawasan Historis Tunjungan yang dispekulasikan dapat berperan sebagai katalisator pertumbuhan kawasan dan dipercayai secara generik dapat mereartikulasikan identitas Tunjungan sebagai distrik kreatif.</p>


Author(s):  
Muhammad Fauzi ◽  
Nur Miladan ◽  
Rizon Pamardhi Utomo

Kota Surakarta mengalami peningkatan kejadian kebakaran pada tiap tahunnya. Kejadian kebakaran tertinggi tercatat pada tahun 2017 dengan total 78 kali peristiwa. Dalam menanggulangi peningkatan kejadian kebakaran ini, pemerintah kota Surakarta berupaya untuk meningkatkan sistem mitigasi yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komponen mitigasi bencana kebakaran di kota Surakarta. Komponen mitigasi pada penelitian ini yaitu pasokan air, hidran, pos pemadam, aksesibilitas, penginformasian bencana, dan peringatan dini. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa pengumpulan data primer untuk mengetahui persebaran dan lokasi dari komponen mitigasi, dan pengumpulan data sekunder untuk mengetahui kualitas dari masing-masing komponen mitigasi. Teknik analisis yang digunakan berupa teknik analisis spasial, teknik analisis diskriptif dan teknik analisis skoring untuk mengetahui nilai dari masing-masing komponen yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat efektivitas komponen mitigasi kebakaran di kota Surakarta memiliki kategori kurang efektif. Hal ini disebabkan karena masih terdapat kuantitas maupun kualitas dari komponen mitigasi bencana yang masih dalam kategori rendah dan sedang. Seperti pada komponen mitigasi struktural yang berupa kualitas pasokan air, kuantitas atau jumlah hidran yang bisa digunakan, kuantitas atau perlengkapan pada masing-masing pos pemadam, dan waktu tanggap bencana yang masih dalam kategori sedang karena belum mampu memenuhi kebutuhan kota Surakarta secara menyeluruh. Pada komponen mitigasi non struktural berupa penginformasian dalam bentuk peta dan peringatan dini masih dalam kategori sedang dan rendah karena belum adanya peta penginformasian dan peta persebaran proteksi. Selain itu bentuk peringatan dini yang dimiliki kota Surakarta masih minim.


Author(s):  
Shafa Nisrina Noorani ◽  
Kusumastuti Kusumastuti ◽  
Soedwiwahjono Soedwiwahjono

<p>Pusat pelayanan memiliki fungsi untuk melayani wilayah hinterlandnya. Menurut RTRW Kota Surakarta Tahun 2011-2031, salahsatu pusat pelayanan perdagangan dan jasa terletak di Koridor Jalan Gatot Subroto dan Jalan Dr. Radjiman. Berdasarkan observasi lapangan, koridor ini merupakan pusat perbelanjaan yang sudah ada sejak lama sebelum munculnya pusat perbelanjaan modern di Kota Surakarta. Namun, masih terdapat permasalahan yang berkaitan dengan fungsinya sebagai pusat pelayanan. Permasalahan tersebut berupa daya tarik serta fasilitas pendukung yang kurang memadai. Penelitian ini akan membahas tentang kesesuaian koridor penelitian terhadap kebutuhan konsumen berdasarkan pada segmentasi pasar yaitu masyarakat menengah-bawah. Peneliti menggunakan data primer berupa observasi lapangan dan wawancara serta data sekunder berupa peraturan dan dokumen pemerintah. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis skoring. Dalam mengetahui kesesuaiannya, terdapat 2 konsep yang digunakan sebagai variabel penelitian. Konsep tersebut adalah threshold dan range. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa koridor penelitian memiliki beberapa permasalahan serta potensi yang dapat dikembangkan. Permasalahan tersebut berkaitan dengan daya tarik yang berdampak pada luas jangkauan pelayanan. Dilain pihak, potensi yang dimiliki berupa daya dukung lokasi dan threshold yang sudah memadai.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document