TAMADDUN: Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

64
(FIVE YEARS 23)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By State Islamic University Of Raden Fatah Palembang

2622-531x, 1412-9027

2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 59-74
Author(s):  
Ali Mursyid Azisi ◽  
M. Yusuf

Conversion of Religion from Hinduism to Islam in Banyuwangi: Critical Historical Analysis. The purpose of writing this article is to describe the situation and condition of the previous Blambangan kingdom. Also, try to explain how Islam entered and developed in Banyuwangi. Hinduism in the land of Banyuwangi can not be separated from several kingdoms in the archipelago. With the establishment of Islamic education such as pesantren whose influence is very strong at the eastern end of the island of Java, then the marriage line, coupled with the influence of power, Islam can flourish amid the majority of Hindu communities.


2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 39-58
Author(s):  
Muhammad Firdaus Imaduddin

Basically, the development of Islamic intellectual discourse in the archipelago is can’t be separated from the gradual wave of Islamization by preachers from the outside, either from their status as traders, immigrants, or others. At the beginning of the arrival of Islam in the 7th century, intellectual traditions still seemed to be blurred and reaped the point of progress from around the 13th to the 21st. This article uses the historical method of thought Kuntowijoyo in an effort to explore in-depth studies regarding the dynamics of the flow of Islamic intellectual discourse in the archipelago. From the historical data analysis process, the result shows that the map of the development of the Islamic intellectual discourse in the archipelago can be classified typologically based on the period and the background of the area covering it, including: 1) early Islamic intellectual discourse in the archipelago (Mystic Islam 7th – 17th century ), 2) Islamic intellectual discourse during colonialism (traditional Islam versus modern Islam in the 16th  - 19th century), 3) Islamic intellectual discourse in the period of independence (political Islam to cultural Islam in the 19th  - 20th century), and 4) discourse Islamic intellectuals in the reform era (Right Islam and Left Islam 20th – 21st centuries).


2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1-17
Author(s):  
Yunus Winoto

This study aims to determine the noble values ​​contained in the implementation of the ngarot traditional ceremony in Lelea Village, Indtamayu Regency, West Java Province. The approach in research using a qualitative approach with the type of case study research. The data collection technique was carried out through observations, interviews and through literature study. Sources of data in the study include primary data sources derived from observations and interviews with resource persons consisting of young people, traditional leaders, village heads and Lelela village community leaders. The data analysis technique is carried out in three stages, namely the data reduction stage where the researcher collects and reduces the data, the data display stage, the researcher presents the data in the form of a narrative and description and the stage of drawing conclusions. Based on the research results, it is known that there are several values ​​that can be obtained from the implementation of this ngarot traditional ceremony, namely the spirit of mutual cooperation; exemplary symbols from community leaders for young people; enthusiasm to maintain the rice fields in Lelea Village as rice granaries in Indramayu Regency; the use of flowers on the crown or head as a symbol to maintain dignity and honor for girls or cuene as well as the meaning expressed in the mask dance movement which gives a message that human life does not escape death and will definitely end so that humans must always continue to work, do good according to with the age level in his life.


2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 18-38
Author(s):  
Rima Agri Triacitra ◽  
Nor Huda ◽  
Nyimas Umi Kalsum

Artikel ini mengkaji tentang pasang surut perdagangan pada masa Kesultanan Palembang dari tahun 1804-1821. Kajian historis ini mengambil rentan waktu dari masa Kesultanan Palembang sampai berakhirnya Kesultanan Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Munculnya Kesultanan Palembang pada abad ke 17-19 telah melatar belakangi kehidupan masyarakat Palembang . Palembang sebagai pusat. pemerintahan Kesultanan.Palembang memiliki letak yang sangat strategis karena berada di pertemuan Sungai Musi, sehingga memberikan keuntungan bagi perkembangan daerah tersebut terutama di bidang perekonomian. Dalam perkembangannya perdagangan ini sering terjadinya pasang surut pasang surut yang disebakan oleh banyaknya konflik yang terjadi di Kesultanan Palembang. Kata Kunci: Keraton, Kesultanan Palembang, Perdagangan.


Author(s):  
Ahmad Gurdachi ◽  
Armys Dwi Prasetyo

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi Sedekah Obat yang ada di Jermun. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Sumber data primer berasal dari pemangku adat, pemangku agama, pemerintah setempat, serta masyarakat yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Sedangkan sumber data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal, yang berhubungan dengan tema yang dibahas. Teknik pengumpulan data dengan observasi, interview dan dokumentasi. Dalam  melakukan analisis,  peneliti  menggunakan  teknik  analisis  kualitatif  yaitu  analisa  terhadap  data-data  yang bersifat   kualitatif   dengan   mengumpulkan   data,   mengedit   data   yang   telah terkumpul dan mengklasifikasikan  jawaban-jawaban para responden,  setelah  itu  barulah  melakukan intepretasi  (penafsiran)  data  yang  sudah  terkumpul  melalui  pokok-pokok bahasan. Tradisi Sedekah Obat dilakukan pada satu tahun sekali pada bulan Muharram, diadakannya tradisi ini karena dahulu terjadi malapetaka yang menimpa masyarakat di Desa Jermun. Hal yang terpenting dari pelaksanaan tradisi Sedekah Obat ini agar Desa Jermun selalu diberi keberkahan, kesehatan dan dijauhkan dari segala malapetaka sekaligus bentuk rasa syukur kepada sang pencipta. Dari tradisi Sedekah Obat menghasilkan dua nilai yaitu nilai solidaritas dan nilai agama.  


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 142-163
Author(s):  
Sholeh Khudin

Penelitian ini membahas tentang corak pemikiran kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 dan awal abad ke 20 yang bertujuan untuk mengungkap pemikiran dan gagasan kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 dan awal abad 20. Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan mampu menguraikan secara jelas mengenai corak pemikiran kalam ulama Sumsel abad 19 dan awal abad 20. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah intelektual dengan merekonstruksi tradisi dan gerakan intelektual. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merujuk pada penelitian kualitatif, yakni wawancara mendalam, riset partisipatif, pengamatan, dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis menyimpulkan. Pertama, corak pemikiran kalam ulama Sumatera Selatan abad ke 19 M dan awal abad ke 20 M, para ulama membagi sifa-sifat 20 Allah menjadi dua sifat yakni istighna sifa-sifat yang hanya dimiliki Allah SWT dan sifat iftiqar yang dibutuhkan makhluk. Kedua, setelah membahas sifat-sifat Tuhan, para ulama Sumatera Selatan membahas iman kepada rasul-rasul-Nya, mengimani sepuluh malaikat, mengimani kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi, mempercayai keberadaan hari kiamat, dan keberadaan qadha dan qadar.


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 97-112
Author(s):  
Dolla Sobari

Buku Mahfuzhat : Kumpulan Kata Mutiara, Peribahasa Arab-Indonesia merupakan salah satu buku terjemahan yang menjadi best seller dan sempat dicetak selama empat tahun mulai  tahun 2010 sampai dengan 2014. Buku ini menjadi objek penelitian dengan beberapa pertimbangan yaitu: Pertama, secara konten, buku ini berisikan falsafah hidup yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, Sahabat, tabiin dan para ulama shalih kepada umat Islam untuk menjadikannya sebagai pertimbangan dan acuan dalam bersikap atau menyikapi hal-hal yang terkait dengan persoalan kehidupan umat manusia. Kedua,  buku ini mengandung terjemahan teks sastra dan terjemahan teks keagamaan. Kualitas terjemahan itu dapat diukur berdasarkan keakuratan pesan (accuracy in content), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan (readability) terjemah. Ketiga kualitas tersebut memiliki hubungan timbal balik satu sama lain. Karena semua itu memegang peranan penting. Idealnya seorang penerjemah harus bisa menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Buku ini berdasarkan kreteria kualitas terjemahan termasuk buku terjemahan yang mudah dibaca dan dipahami makna atau maksud/pesan yang disampaikan. Di antara faktor yang berpengaruh terhadap kualitas terjemahan adalah ideologi, metode dan prosedur penerjemahan yang digunakan. Dalam penerjemahan buku ini khususnya nasehat Imam Syafei, penerjemah menggunakan beberapa metode yang ditawarkan oleh Newmark. Metode yang digunakan tersebut adalah meteode yang berorientasi pada bahasa sumber yang terdiri dari metode penerjemahan kata demi kata sebanyak 19 data, metode penerjemahan harfiah sebanyak 12 data, metode penerjemahan semantik sebanyak 4 data. Sedangkan metode yang berorientasi pada bahasa sasaran terdiri dari metode penerjemahan bebas sebanyak 80 data, metode penerjemahan adaptasi sebanyak 1 data dan metode penerjemahan komunikasi sebanyak 42 data.  


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 83-96
Author(s):  
Agus Agus Susilo ◽  
Ratna Wulansari

Islam masuk ke nusantara dibawa oleh kaum pedagang asing yang berdagang sambil mengenalkan agama Islam. Untuk mempermudah dalam syiar Islam yang semakin banyak, para Walisongo dan ulama mendirikan Pesantren. Adanya media Pesantren ini, masyarakat nusantara dapat belajar agama Islam dengan leluasa. Seiring berjalannya waktu, kehadiran Pesantren semakin dirasakan oleh masyarakat nusantara, sehingga Pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga membuka ilmu-ilmu umum sebagai bekal para santrinya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Dalam metode sejarah ini, peneliti menggunakan langkah-langkah seperti Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, dan Historiografi. Untuk mengalisis data yang didapat tersebut, peneliti mengkaji sumber-sumber dari jurnal dan buku referensi terkait penelitian yang dilakukan di langkah-langkah metode sejarah tersebut. Hasil dan pembahasan meliputi: 1) Sejarah Perjalanan Pesantren di Indonesia, yaitu: Pesantren yang dirikan oleh para Walisongo sebagai misi penyebaran agama Islam, mendapat sambutan yang baik terhadap masyarakat nusantara. Pondok Pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama, juga sebagai tempat menempa nilai dan norma manusia untuk menjadi akhlak yang terpuji. 2) Pengaruh-Pengaruh Pesantren dalam Pendidikan di Indonesia, yaitu: kehadiran Pondok Pesantren telah banyak memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia. Masyarakat yang belajar agama Islam yang biasa disebut santri dapat belajar membaca dan memahami Al-qur’am serta kehidupan Islam dari sang Kyai di Pondok Pesantren. Setelah kemajuan zaman, Pesantren juga membuka pendidikan umum yang berintegrasi dengan kurikulum pemerintah. Para santri selain mendapatkan ilmu agama juga dibekali ilmu pengetahuan umum yang siap menyambut perubahan zaman. Kesimpulannya adalah peran Pesantren dalam pendidikan Islam di Indonesia sangat besar pengaruhnya. Sistem pendidikan Pesantren mampu membentuk manusia Indonesia yang berakhlak berbudi luhur. Pesantren selain mendidik santri menjadi juru dakwah, juga mampu menciptakan dunia wirausahaan bagi para santri lulusan.


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 164-183
Author(s):  
Fitriah Fitriah
Keyword(s):  

Artikel ini bermaksud memberikan gambaran tentang Eksistensi tradisi Puasa Dalail Khairat serta peran Pondok Pesantren Syafa’atu Thulab dalam melestarikan tradisi Syafa’atu Thulab di Kabupaten Ogan Ilir. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode observasi, interview dan Dokumentasi, Dalam melaksanakan analisis ini peneliti menggunakan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Penulis memperoleh fakta bahwa Pondok Pesantren Syafa’atu Thulab merupakan salah satu Pondok Pesantren salafiyah yang masih mempertahankan tradisi-tradisi kepesantrenan yang berbasis kitab kuning. Salah satu kitab yang fenomenal karena menjadi bacaan dan wirid bagi pengamal puasa dahr (puasa tahunan) yakni Kitab Dalail Khairat karangan Syaikh Sulaiman al-Jazuli. Sehingga puasanya sendiri disebut puasa Dalail Khairat. Pelaksanaan Puasa Dalail Khairat di Pondok Pesantren Syafa’atu Thulab sudah ada sejak Pondok Pesantren ini didirikan. Tradisi puasa ini merupakan bagian dari kurikulum informal yang menjadi identitas dari pesantren tersebut. Kegiatan Ijazah Kubro pada 7 Syuro setiap tahunnya adalah bagian upaya Pesantren melestarikan Tradisi Puasa Dalail Khairat ini, dan tercatat bahwa peserta pengamal puasa di Pesantren ini merupakan pengamal terbanyak se-Indonesia. Eksistensi tradisi puasa Dalail Khairat masih bisa dijumpai di Pondok Pesantren Syafa’atu Thulab. Pondok Pesantren Syafa’atu Thulab merupakan pesantren satu-satunya di Kabupaten Ogan Ilir yang melestarikan tradisi puasa ini. Pengamal puasanya ini tidak hanya berasal dari santri pesantren, namun juga masyarakat desa dan luar daerah Kabupaten Ogan Ilir, seperti Kota Prabumulih, Banyuasin, Musi Banyuasin dan lainnya. Sehingga tak heran, penganut dan pengamal puasa ini makin bertambah setiap tahunnya.


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 127-141
Author(s):  
Isna Rafika Dewi ◽  
Ghofar Shiddiq
Keyword(s):  

Desa Gribigan adalah sebuah desa di kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Desa Gribigan memiliki sejarah dan mitos yang unik. Peneliti berhasil menggali informasi tentang sejarah dan mitos desa ini melalui 6 informan. Dari kesimpulan hasil informasi, secara singkat, asal usul terjadinya mitos desa Gribigan adalah dahulu terdapat seorang Putri Solo yang sedang lari-lari dikejar oleh Prajurit Kediri yang menyenanginya. Hingga pada akhirnya seorang putri tersebut bersembunyi dan menetap di desa Gribigan yang dulunya adalah hutan. Pada saat itu, untuk melindungi putrinya dari kejaran Prajurit Kediri itu, mereka bersumpah bahwa siapa saja prajurit Kediri yang datang ke tempat ini akan terkena kesialan, jika tidak lengser maka ia akan mati. Penyebaran mitos desa Gribigan dilakukan melalui cerita turun temurun. Kemudian, masyarakat menanggapi sejarah mitos melalui komponen sikap, yaitu komponen afektif, behavioral, dan kognitif. Selanjutnya, penelitian ini menemukan hasil yang mengindikasikan bahwa mitos desa Gribigan masih dipegang teguh oleh masyarakat. Akan tetapi, ada yang masih kuat mempercayai dan ada pula yang tidak mempercayai. Ini mendasar pada keyakinan beserta pengetahuannya masing-masing. Keberadaan mitos ini memberi pengaruh peradaban manusia dalam hal mu’amalah (peran aparatur pemerintah) dan aqidah (keyakinan masyarakat). Penelitian ini sangat memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan data dari responden. Penelitian ini sudah menggunakan sampel responden yang sudah tepat sasaran. Namun, untuk mendapatkan data yang lebih variatif, peneliti berikutnya disarankan untuk menambahkan lebih banyak informasi dari sudut pandang aparatur pemerintah seperti TNI dan Polisi di sekitar wilayah desa Wedung untuk mengungkap informasi yang penting yang belum ada di penelitian ini.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document