Texere
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

61
(FIVE YEARS 51)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Politeknik STTT Bandung

2774-1893, 1411-3090

Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 104-115
Author(s):  
Agus Hananto ◽  
Didin Wahidin
Keyword(s):  

Perkembangan teknologi semakin pesat dengan adanya alih teknologi 4.0 pada industri tekstil khususnya pada produksi kain rajut. Kain rajut diproduksi menggunakan mesin rajut salah satunya adalah mesin rajut datar semi otomatis. mesin rajut datar semi otomatis yang ada di politeknik sttt bandung, dapat memproduksi kain rajut dengan lebar 80 - 100 cm. Pada produksi kain rajut yang menggunakan mesin rajut datar, sering terjadi cacat bolong yang disebabkan oleh benang putus pada jarum rajut. Hal ini akan mengakibatkan produksi kain rajut menjadi tidak maksimal, karena mesin sering berhenti tiap kali benang putus. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan perancangan dan pembuatan sensor cacat bolong pada kain rajut pada mesin rajut datar semi otomatis. Pendeteksi cacat bolong kain rajut menggunakan sensor LDR, kemudian variable nilai output sensor diolah menggunakan mikrokontroler, dari mikrokontroler menghasilkan trigger untuk menyalakan alarm, menghitung jumlah cacat, serta menghentikan mesin.  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas atau mutu kain rajut, mengetahui efisiensi mesin serta dapat mengaplikasikan salah satu penerapan dari teknologi 4.0 dalam hal sistem kontrol otomatis berbasis komputer pada proses pembuatan kain rajut pada mesin rajut datar semi otomatis.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 83-93
Author(s):  
Wiwiek Eka Mulyani ◽  
Lestari Wardani ◽  
Annisa Nur Fitriyanti

Pigmen warna dalam kulit bawang merah hasil ekstraksi mengandung senyawa yang dapat memberi warna pada kain. Ekstrak dalam bentuk cair tidak tahan lama dalam penyimpanan sehingga dibuat dalam bentuk bubuk agar lebih tahan lama.  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan zat warna lebih tahan lama dalam penyimpanan dengan cara pengeringan.  Proses pengeringan zat warna yang  dilakukan pada penelitian ini menggunakan oven dan spray dryer. Karakterisasi yang digunakan untuk mengevaluasi hasil pencelupan menggunakan spektrofotometri, Laundry-O- meter untuk ketahanan terhadap pencucian dan crockmeter untuk ketahanan terhadap gosokan. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah berat kering zat warna bubuk Hasil pengeringan menggunakan oven dan spray dryer masing-masing sebesar 4,97 gram dan 2,68 gram dari 1 Liter larutan ekstraksi. Kandungan air yang terdapat dalam zat warna bubuk  dengan pengeringan menggunakan oven sebesar 35% sedangkan menggunakan spray dryer sebesar 3% setelah didiamkan selama 2 bulan. Evaluasi terhadap hasil pencelupan menggunakan zat warna bubuk hasil pengeringan menggunakan oven dan spray dryer masing-masing memiliki ketuaan warna (K/S) sebesar 3,46 ; kerataan warna (standar deviasi) sebesar 0,105; kecerahan dan arah warna   L* 74, 28 ; a* 0,68 dan b* 25,55 ;  dan ketuaan warna  (K/S) sebesar 3,05 ; kerataan warna (standar deviasi) sebesar 0,08 ; kecerahan dan arah warna  L* 77,19 ; a* - 2,03 dan b* 27,32. Untuk ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan ketahanan warna terhadap gosokan basah serta kering keduanya memiliki hasil yang sama yaitu  4-5 dan 5.  Kandungan air zat warna bubuk dan kerataan warna yang lebih baik dihasilkan dengan pengeringan menggunakan spray dryer.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 116-128
Author(s):  
Susanti Windari ◽  
Achmad Ibrahim Makki

Rendahnya tingkat pencapaian output produksi dapat terjadi karena adanya pemborosan atau waste. Waste ditandai dengan tingginya rework dan reject, serta rendahnya kualitas dan produktivitas kerja. Waste dapat direduksi dengan mengetahui tingkat prosentase waste tertinggi dan terendah, sehingga dapat diketahui jenis waste yang paling mempengaruhi timbulnya jenis waste yang lain. Dengan mengidentifikasi jenis waste yang terjadi diharapkan dapat dicari akar penyebab waste dan solusinya sehingga berdampak pada peningkatan output produksi. Waste Assessment Model (WAM) merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui jenis waste yang terjadi pada industri manufaktur. Berdasarkan pendekatan metode WAM pada studi kasus proses penjahitan artikel “01” ditemukan bahwa waste yang paling kritis yaitu waste inappropriate processing. Waste ini diakibatkan oleh tingginya tingkat rework pada bagian kerah dari output yang dihasilkan. Akar penyebab rework pada bagian kerah yaitu tidak adanya alat bantu yang dapat meminimalisir dan memudahkan proses penjahitan kerah. Setelah dilakukan perbaikan tingkat rework menurun yang diikuti dengan meningkatnya output produksi.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 94-103
Author(s):  
Ichsan Purnama ◽  
Maya Komalasari ◽  
Ghina Puspita Adhyaksa ◽  
M Azhari
Keyword(s):  

Tren fashion, khususnya proses pelusuhan pakaian jadi banyak dikerjakan untuk menghasilkan efek khusus agar memiliki kenampakan berbeda setelah pencucian. Proses pencucian dapat dikerjakan diantaranya  biopolishing, stone wash dan acid wash/ice wash, hal ini dilakukan untuk memodifikasi produk akhir  memberikan tampilan berbeda dan meningkatkan kemampuan kenyamanan pakaian. Proses biopolishing adalah proses penyempurnaan menggunakan enzim, bertujuan memperbaiki kenampakan, pegangan kain, sifat permukaan  lebih halus, bebas pilling, dan memiliki daya serap tinggi. Penambahkan batu apung memperluas tingkat pelusuhan dibagian-bagian tertentu, dan memberikan tampilan berbeda.Percobaan menggunakan mesin washing skala laboratorium  dengan variasi konsentrasi enzim  1%, 2% , dan batu apung 1/3  dan 1/2  suhu 60oC selama 30 menit pada mesin washing skala laboratorium. Pengujian meliputi pilling kain, pengurangan berat (SNI ISO 7211-6), ketuaan warna (SNI ISO 105-J03), ketahanan jebol cara diagfrgma (SNI ISO 13938-1), dan ketahanan gosok metode  martindale (SNI ISO 12947-1). Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan konsentrasi enzim dan batu apung, grade pilling semakin besar, pengurangan berat makin besar, tingkat ketuaan warna makin rendah, kekuatan jebol makin turun, dan semakin besar pengurangan tebal dan berat pada uji tahan gosok dengan metode martindale. Kondisi optimum diperoleh pada konsentrasi enzim 1 % dengan penggunaan batu apung 1/2  volume mesin washing skala laboratorium.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 71-82
Author(s):  
Tina Martina ◽  
Ursae Pramesvari ◽  
Santi Ramadhanti
Keyword(s):  

Indonesia memiliki kekayaan ragam kain tenun  tradisional dari masing-masing daerah. Salah  satu  daerah  yang menghasilkan  kain  tenun  tradisional  yaitu kabupaten Jepara, Jawa  Tengah.  Kain  tenun  yang diproduksi  di  desa  Troso  Kabupaten  Jepara  disebut  dengan  kain  tenun  Troso. Dalam upaya memperkenalkan kain tenun Troso, maka disusun rencana penelitian ini yang bertujuan  untuk memberikan  alternatif  baru  penggunaan  kain  tradisional  tenun  ikat  troso  dan aplikasi teknik ikat mengikat atau lebih dikenal dengan makrame yang pembuatannya dilakukan secara manual sebagai nilai  tambah dalam pembuatan busana. Hasil dari  penelitian  ini  berupa  busana  ready to wear  yang  terinspirasi  dari  Trend Forecasting Fashion tahun 2019-2020 Singularity yang diterbitkan oleh Bekraf dengan tema Svarga. Metodologi yang digunakan adalah studi literatur dan studi lapangan dalam proses eksperimen pembuatan  produk.  Kain  tenun  Troso  dan  kain  tambahan  yang  akan  digunakan memerlukan sifat yang menghasilkan kenyamanan serta kekuatan yang baik bagi penggunanya.  Hal  tersebut  mendasari  perlunya  dilakukan pengujian untuk kain tenun troso dan kain pendukung. Selain itu aplikasi makrame yang diterapkan akan diproduksi dengan teknik  pencelupan  zat warna  untuk memperoleh  hasil  gradasi warna. Produk  tekstil  atau  fashion  tersebut  kemudian  dinilai  secara  ekonomi  di masyarakat  dengan menggunakan metode kuantitatif berupa kuisioner.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 129-138
Author(s):  
Tina Martina ◽  
Wine Regyandhea Putri ◽  
Eka Oktariani ◽  
Annisa Djonaputri

AbstrakDewasa ini, produk fashion berkonsep ramah lingkungan, seperti eco fashion, menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Filosofi eco fashion berkesinambungan dengan konsep produk yang berkelanjutan (sustainable product). Salah satu metoda pewarnaan yang dapat digunakan untuk memenuhi konsep eco fashion dan sustainable product adalah teknik eco printing. Pada penelitian ini digunakan teknik ecoprinting metoda pukul pada kain kapas yang telah dicelup dengan warna dasar menggunakan pewarna alami, kulit kayu tegeran. Proses pre-mordanting menggunakan zat kapur dan tawas dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kelunturan warna akibat penggunaan zat warna alam. Kain yang telah diproses ecoprinting kemudian di produksi menjadi 2 buah busana Ready-to-wear dengan tema neo medieval subtema dystopian fortress pada trend forecasting singularity 2019-2020. Survey kelayakan harga dilakukan berdasarkan uji kuantitatif sehingga didapatkan data bahwa sebanyak 55% - 80% responden menyatakan tertarik dengan model produk yang ditawarkan, 75 -77% responden merasa bahwa produk pertama dan kedua yang ditawarkan layak dihargai Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 46-61
Author(s):  
Doni Primadi ◽  
Mohamad Widodo ◽  
Noerati Noerati

Poli(N-isopropilakrilamida) (PNIPAAm) merupakan salah satu polimer responsif yang peka terhadap perubahan temperatur di sekitarnya dan telah banyak dipelajari potensi pemanfaatannya untuk aplikasi tekstil cerdas. Polimer tersebut berubah sifat dari hidrofilik menjadi hidrofobik secara reversibel dan konsisten di sekitar temperatur transisinya (LCST). Sifat tersebut telah dipelajari pemanfaatannya untuk membuat jaring penangkap air yang dapat menangkap dan melepaskan air mengikuti suatu siklus tertentu perubahan temperatur lingkungan. Pada studi ini, plasma lucutan korona bertekanan atmosfir telah digunakan untuk mencangkokkan PNIPAAm pada permukaan jaring raschel polietilena. Jaring tersebut biasa digunakan dalam pertanian untuk melindungi tanaman dari cahaya matahari dan terpaan hujan. Pengamatan morfologi permukaan dengan SEM memberikan petunjuk awal adanya pembentukan lapisan pada permukaan pita polietilena. Analisa kimia permukaan dengan FTIR mengkonfirmasi bahwa lapisan tersebut merupakan lapisan PNIPAAm yang telah berhasil dicangkokkan pada permukaan polietilena. Keberadaan PNIPAAm ditunjukkan dari kemunculan puncak-puncak serapan khas polimer tersebut pada frekuensi 1541 cm-1 dan 3428 cm-1 untuk regangan NH amida sekunder, 1639 cm-1 untuk regangan amida sekunder C=O, dan 2934 cm-1 untuk regangan asimetris -CH3. Puncak-puncak tersebut ditemukan pada semua spektra hasil pencangkokan yang belum maupun yang sudah dicuci dengan air ataupun detergen yang membuktikan bahwa NIPAAm telah berikatan kimia dan tercangkok dengan baik pada permukaan jaring polietilena. Hasil perhitungan penambahan berat pada sampel yang sudah dicuci menunjukkan jumlah pencangkokan NIPAAm bertambah sesuai dengan lamanya waktu iradiasi, yaitu masing-masing sebesar 2,83%, 4,82% dan 5,37% pada perlakuan plasma selama 5, 10 dan 15 menit. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu iradiasi plasma semakin banyak radikal bebas yang terbentuk pada permukaan polietilena dan menjadi pusat-pusat reaksi sehingga semakin banyak pula PNIPAAm yang berikatan dan berhasil dicangkokkan.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 26-35
Author(s):  
Atin Sumihartati ◽  
Luluk Luriastuti
Keyword(s):  

Automatic template sewing machine adalah mesin yang dapat melakukan penjahitan otomatis serta pemotongan kampuh dengan menggunakan laser. Syarat pemotongan yang baik adalah hasil potongan tepat dan akurat, hasil potongan bersih dan rapi, pinggiran kain tidak saling menempel, potongan yang konsisten. Di PT X target produksi tidak tercapai karena potongan kampuh kerah tidak rata sehingga operator harus memotong kembali kampuh tersebut agar rapi. Faktor yang mempengaruhi hasil potongan laser yang paling umum pada automatic template sewing machine adalah kecepatan pemotongan, kecepatan pergerakan template serta karakteristik kain yang digunakan. Upaya perbaikan dilakukan dengan cara melakukan pengaturan kecepatan laser (2000 rpm, 2200rpm, 2400rpm) serta kecepatan pergerakan template (2400 rpm, 2600 rpm dan 2800 rpm) untuk mengetahui kecepatan yang sesuai dan dapat digunakan pada automatic template sewing machine untuk jenis bahan  poliester 100% sehingga dapat meningkatkan kualitas potongan kampuh pada kerah.  Dari  9  sampel pengujian,  didapatkan hasil potongan yang optimal pada kecepatan  laser 2000  rpm  dengan  kecepatan  template  (2400  dan  2600)  rpm  dengan  hasil  potongan  kampuh  rapi,  pada  ujung  kampuh  kerah  terpotong  dengan  rapi  dan baik, lapisan antar kain tidak lengket dan pinggir kain tidak berwarna kekuningan.


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 62-70
Author(s):  
Dewi Salshabila ◽  
Eric Hasmiraldi ◽  
Tomi Tomi

Perhitungan kebutuhan bahan baku merupakan salah satu proses perencanaan yang harus dilakukan sebelum proses produksi dimulai. Perencanaan produksi dilakukan agar proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien baik dari jumlah produk, waktu penyelesaian maupun biaya produksi. Rumah Jahit Gasa memproduksi pesanan berupa 24 kemeja UKM Bhaskara Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada Januari tahun 2020. Rumah Jahit Gasa mengalami permasalahan penghitungan kebutuhan bahan baku yang kurang tepat sehingga terdapat sisa bahan baku berlebih sebesar 4,8 meter. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan cara menerapkan metode blok marker yang sesuai untuk industri skala kecil dan menengah dalam membuat kemeja Bhaskara. Hasil dari penerapan metode blok marker pada kemeja Bhaskara akan mempengaruhi perhitungan kebutuhan bahan baku dan biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat kemeja Bhaskara. Beberapa data yang dibutuhkan untuk menerapkan metode blok marker yaitu spesifikasi produk, spesifikasi bahan baku, jumlah produk, spesifikasi ukuran, stitch, seam dan kampuh kemeja bhaskara. Pengaruh penerapan metode blok marker terhadap perhitungan kebutuhan bahan baku berupa kain drill untuk membuat 24 kemeja Bhaskara yaitu 34,66 meter dan mengalami penurunan sebesar 5,34 meter atau 13,35%, hasil tersebut menunjukkan penghematan dari segi biaya sebesar Rp.176.220,- atau 13,35% dari hasil penghitungan metode yang biasanya dilakukan oleh Rumah Jahit Gasa


Texere ◽  
2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 1-15
Author(s):  
Nindhita Gita Puspita Herdiyani ◽  
Zumrotu Zakiyah ◽  
Salsabiil Khoirunnisa

Pembuatan desain motif di atas permukaan kain dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode perintangan. Teknik perintang warna yang berkembang di negara Jepang adalah teknik katazome. Katazome adalah teknik pembuatan motif reka latar pada kain menggunakan celup rintang pasta tepung beras. Pembuatan motif dilakukan dengan cara mengoleskan pasta tepung beras di atas cetakan berupa stensil kertas (katagami). Teknik katazome memberikan alternatif bagi pelaku dan pengguna fashion dalam pembuatan desain motif dan produk pakaian jadi. Metodologi yang digunakan adalah studi pustaka dan percobaan dalam pembuatan desain motif dan produk pakaian jadi. Teknik katazome sesuai jika diterapkan untuk membuat produk yang ramah lingkungan dan dekat dengan isu sustainable fashion saat ini. Bahan utama teknik ini terbuat dari bahan yang organik dan tidak banyak menggunakan bahan kimia. Hasil produk dari penelitian ini berupa busana ready to wear yang terinspirasi dari motif rempah. Tema yang diusung yaitu pada Trend Forecasting Singularity 2019/2020 tema Svarga dengan sub tema Upskill Craft. Penerapan teknik katazome pada kain berbahan kapas (strada terracotta) terdiri dari mordanting kain, pembuatan motif pada katagami, pembuatan pasta tepung beras dan pencelupan menggunakan pewarna kunyit. Takaran resep dalam pembuatan larutan zat warna yang berasal dari kunyit, jumlah celupan dan durasi perendaman kain dalam larutan fiksasi tunjung berpengaruh terhadap ketahanan luntur warna kain yang dilakukan penerapan teknik katazome.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document