PEDAGOGIA Jurnal Ilmu Pendidikan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

134
(FIVE YEARS 24)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Pendidikan Indonesia

1693-5276

2019 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 247-260
Author(s):  
Ana Munandar ◽  
Nia Sutisna

AbstrakMMembaca permulaan merupakan kemampuan paling dasar dan penting untuk mempelajari simbol atau kode yang memiliki makna serta dapat diterjemahkan dalam bunyi atau suara. Komponen membaca permulaan yaitu membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat sederhana. Membaca sangat penting untuk setiap orang, begitu juga anak berkebutuhan khusus. Cerebral Palsy adalah individu yang mengalami kerusakan otak menetap yang berdampak pada mobilisasi, gerak, komunikasi, dan lain sebagainya. Metode yang digunakan oleh guru di sekolah kurang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Oleh karena itu, subjek memerlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaannya. Salah satunya yaitu metode pembelajaran Strukrural Analitik Sintetik. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran ini untuk melihat pengaruh kepada kemampuan membaca permulaan pada subjek. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, eksperimen Single Subject Research dengan desain A-B-A. Jumlah sesi pada A1 tiga sesi, B tujuh sesi, dan A2 tiga sesi. Subjek penelitian ini yaitu anak cerebral palsy spastik yang mengalami hambatan kecerdasan kelas IX SMPLB. etiap sesinya anak memperoleh rata-rata nilai A1 yaitu 59,06%, B 74,80%, dan A2 84,25%. Kesimpulannya metode struktural analitik sintetik dapat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan. AbstractPre-reading is the most basic and important ability to learn symbols or codes that have meaning and can be translated in sounds or sounds. The component of pre-reading is reading letters, syllables, words and simple sentences. Reading is very important for everyone, so are children with special needs. Cerebral Palsy is an individual who has permanent brain damage that affects mobilization, movement, communication, and so forth. The method used by teachers in schools is less able to improve pre-reading skills. Therefore, the subject requires learning methods that can improve the ability to read the beginning. One of them is the synthetic analytical structural learning method. This study uses this learning method to see the effect on early reading skills on the subject. The research method uses a quantitative approach, a single subject research experiment with A-B-A design. The number of sessions at A1 is three sessions, B is seven sessions, and A2 is three sessions. The subjects of this study are spastic cerebral palsy children who have intelligence problems in class IX SMPLB. for each session the children obtained an average A1 value of 59.06%, B 74.80%, and A2 84.25%. In conclusion, synthetic analytic structural methods can have a significant effect on improving early reading skills.


2019 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 217-229
Author(s):  
Muhammad Luthfi Hidayat ◽  
Rizky Kusumalestari Toyibah ◽  
Rigita Ardhiani Cahyaningtyas ◽  
Sucika Miftarul Anzila

2019 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 239-246
Author(s):  
Imanue Adhiyata Wulanata ◽  
Rani Elisa Purba

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk menyikapi permasalahan aktivitas siswa pada pembelajaran Biologi dengan menerapkan metode Everyone is a Teacher Here (ETH). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa metode ETH dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa dalam pembelajaran Biologi khususnya pada aktivitas membagikan suatu prinsip atau fakta, mengajukan pertanyaan, mengajukan jawaban dan kontribusi dalam kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Mc Taggart yang berlangsung selama dua siklus. Kegiatan penelitian dilaksanakan di kelas X-A SDH Holland Village Manado. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar observasi siswa, lembar angket siswa, dan pedoman wawancara siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem pembelajaran aktif dengan metode Everyone is a Teacher Here (ETH) dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil observasi pada setiap indikator yaitu 34,38%, 48,44%, 48,96%, dan 51,04%, sedangkan pada siklus dua 56,25%, 57,82%, 55,73%, dan 51,04%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan metode Everyone is a Teacher Here (ETH) dengan mengikuti setiap tahapan dan mengawasi siswa menjalankan peran sebagai seorang guru dapat meningkatkan aktivitas lisan siswa kelas X-A pada mata pelajaran Biologi. AbstractThis research was conducted to address students' activities in learning Biology by applying the method Everyone is a Teacher Here (ETH). This research aims to study the ETH method that can enhance students' oral activity in learning. The research method used is the Classroom Action Research (CAR) method with the Kemmis and Mc Taggart models that last for two cycles. Research activities carried out in class X-A SDH Holland Village Manado. Data collection instruments used were student observation sheets, student questionnaire sheets, and student interview guidelines. Everyone is a Teacher Here (ETH) who can enhance students' verbal activities. This can be seen based on observations on each indicator that is 34.38%, 48.44%, 48.96%, and 51.04%, while in the second cycle 56.25%, 57.82%, 55.73% and 51.04%. Everyone is a teacher here (ETH) by following each stage and discussing students who act as teachers who can remind the oral activities of class X-A students in Biology.


2019 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 120-134
Author(s):  
M. Ridwan Sutisna ◽  
Dadi Mulyadi ◽  
Muthia Alinawati

AbstrakPengembangan pembelajaran dengan melibatkan teknologi menjadi salah satu dampak pesatnya perkembangan teknologi. Blended learning menjadi salah satu opsi yang dapat diadaptasi, namun upaya pengembangan pembelajaran menggunakan blended learning masih belum masif. Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan salah satu model desain pembelajaran menggunakan metode penelitian Design and Development (DnD). Hasil dari penelitian ini yaitu model GALE yang dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran menggunakan strategi blended learning. Model GALE merupakan turunan yang dikembangkan dari model instruksional ADDIE, memiliki empat tahapan yaitu Goal Analysis, Activity Plan, Learning Resources Development, dan Evaluate and Reflection. Dalam penerapannya, blended ini dilakukan di mata kuliah penelitian dan pengembangan teknologi pendidikan pada semester tujuh di program studi teknologi pendidikan. Sekaligus smemanfaatkan fasilitas learning management system yang dimiliki oleh UPI yaitu spot.upi.edu. Hasil dari pengembangan pembelajaran ini dapat menunjang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan blended learning yang telah dikembangkan. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan best practice pengembangan blended learning, selain juga menyajikan model GALE sebagai alternatif model pengembangannya. AbstractThe development of instruction involving technology is one of the effects of the technology rapid development. Blended learning strategy is an option that can be adapted for instructions. However, efforts to develop instruction using blended learning are still not massive enough. This study tries to develop one of the learning design models using the Design and Development (DnD) research method. The results of this study are GALE models that can be used to develop learning using the blended learning strategy. The GALE model is a derivative developed from the ADDIE instructional model. It has four stages, start with the Goal Analysis, Activity Plan, Learning Resources Development, and Evaluate and Reflection. In its implementation, this instructional design model for blended learning strategy is carried out in the research and development of educational technology courses in the seventh semester in Educational Technology program. While at the same time utilizing the Learning Management System (LMS) facility owned by UPI, namely spot.upi.edu. The results of developing this instructional design model can support learning appropriately match to the blended learning needs that have been developed. In addition, this research is expected to be able to provide best practice for the development and implementation of blended learning strategy, and also to presenting the GALE model as an alternative development model.


2019 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 158-166
Author(s):  
Henny Kusumawardani

AbstrakPenelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang keberhasilan pembelajaran eksplorasi gerak tari melalui metode stimulus respon. Objek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1. Yang menjadi dasar penggunaan metode ini adalah pertimbangan  akan mampu meningkatkan kompetensi siswa dari hanya mengidentifikasi gerak tari menjadi memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi gerakan tari melalui metode stimulus respon. Dengan menggunakan metode stimulus respon ini siswa dilatih menggunakan kemampuan kreatif dan inovatif yang ada dalam dirinya agar mampu mencapai tingkat produktif berupa melakukan eksplorasi dan menghasilkan gerakan tari. Tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi. Hasil Observasi dan Refleksi pada siklus 1 mengindikasikan bahwa dua  kelompok dari empat kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi dan membandingkan gerak tari, sedangkan dua  kelompok lainnya baru  mampu mengidentifikasi gerak tari. Pada siklus II, hasil Observasi dan Refleksi menunjukkan terjadi peningkatan dalam penguasaan mempraktikkan dan menghasilkan  gerak tari. Semua kelompok siswa telah mampu mengidentifikasi, membandingkan, mempraktikkan dan mengeksplor gerak tari Bahkan ada satu kelompok telah mampu menghasilkan gerak tari. Direkomendasikan dilakukan remedial untuk kelompok yang belum mampu menguasai kompetensi eksplorasi gerak tari. AbstractThis Classroom Action Research aims to improve the understanding of students' concepts about the success of dance movement learning through the stimulus response method. The object of this study is class XI IPS 1. The basis of the use of this method is the consideration that it will be able to improve student competencies from only identifying dance movements to having the ability to explore dance movements through the stimulus response method. By using this stimulus response method students are trained to use creative and innovative abilities that are within themselves to be able to achieve productive levels in the form of exploring and producing dance movements. The action is carried out in two cycles, each of which consists of four stages, namely Planning, Implementation, Observation and Reflection. Observation and Reflection Results in cycle 1 indicate that two groups of four groups of students have been able to identify and compare dance movements, while the other two groups have only been able to identify dance movements. In the second cycle, the results of observation and reflection showed an increase in mastery in practicing and producing dance moves. All groups of students have been able to identify, compare, practice and explore dance moves. Even one group has been able to produce dance moves. Remedials are recommended for groups that have not been able to master dance movement exploration competencies.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document