Jurnal Peternakan Sriwijaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

100
(FIVE YEARS 36)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Pusat Unggulan Riset-Penggembangan Lahan Suboptimal (Pur-Plso)

2303-1107, 2303-1093

2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Suci Ananda

Pengaruh lama inokulasi ampas sagu dengan Aspergillus niger pada waktu yang berbeda terhadap kandungan ADF dan NDF dalam kaitannya untuk mencari alternatif  pakan ternak ruminansia yang murah dan berkualitas baik. Penelitian ini menggunakan Ampas sagu yang difermentasi dengan Aspergillus niger mulai dari 0 jam sampai 144 jam. Data yang diperoleh dianalisa dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri atas Tujuh perlakuan dan Tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama inokulasi ampas sagu dengan  Aspergillus niger berpengaruh nyata (P<0.01) baik itu pada penurunan kandungan ADF maupun NDF. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kandungan ADF tertinggi yaitu pada H0  (21,36%) dan terendah yaitu pada H6 (15,67%) sedangkan NDF tertinggi yaitu pada H0 (42,23%) dan terendah yaitu pada H6 (23,59%), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ampas sagu yang diinokulasi dengan Aspergillus niger selama 24-144 jam menghasilkan kandungan ADF dan NDF yang lebih rendah dibandingkan dengan ampas sagu yang diinokulasi pada 0 jam (kontrol). Inokulasi ampas sagu dengan Aspergillus niger selama 24 – 144 jam  menurunkan  kandungan ADF dan NDF ampas sagu, peningkatan lama inokulasi dari 0 sampai 144 jam memberikan respon linear, dimana kandungan ADF dan NDF terendah berdasarkan kurva respon terlihat pada lama inokulasi 144 jam. 


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 8-15
Author(s):  
Aryanti Candra Dewi ◽  
Jamhari Jamhari ◽  
Setiyono Setiyono

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Rosella, pemberian filler tepung terigu dan mocaf, serta interaksi antara pemberian ekstrak Rosella dan pemberian filler tepung terigu dan mocaf terhadap sensoris sosis ayam. Rancangan penelitian menggunakan analisis variansi pola faktorial (3 konsentrasi ekstrak Rosella × 3 kombinasi filler) konsentrasi ekstrak Rosella 0, 4, 8 dan imbangan filler tepung terigu : tepung mocaf 100:0, 50:50, dan 0:100. Pengujian sensoris dilakukan oleh panelis. Kualitas sensoris dianalisis dengan analisis ragam ANOVA, dilanjutkan uji lanjut Duncan’s new Multiple Ranges Test (DMRT). Parameter yang diamati adalah kualitas sensoris berupa warna, rasa, aroma, tekstur, dan daya terima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak Rosella sampai 8% mampu meningkatkan warna dan tekstur sosis ayam.Kata Kunci: Filler, Ekstrak Rosella, Sosis, SensorisThis study aims to determine the effect of adding Rosella extract, giving wheat flour and mocaf as filler, and the interaction between adding Rosella extract and giving wheat flour and mocaf as filler for chicken sausage sensory. The research design used factorial variance analysis (3 concentrations of Rosella extract × 3 filler combinations). Rosella extract concentration were 0, 4, and 8. The balance of wheat flour filler with mocaf flour were 100:0, 50:50, and 0:100. Sensory testing was carried out by panelists. Sensory quality was analyzed using ANOVA analysis of variance, followed by Duncan’s new Multiple Ranges Test (DMRT). The parameters observed were sensory qualities in the form of color, taste, aroma, texture, and acceptance. The results showed that the addition of Rosella extract up to 8% was able to improve the color and texture of chicken sausage.Keywords: Filler, Rosella extract, Sausage, Sensory


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 16-28
Author(s):  
Amam Amam

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Kemitraan Usaha Peternakan menyebutkan bahwa kemitraan usaha peternakan adalah kerjasama antar-usaha peternakan atas dasar prinsip saling memerlukan, memperkuat, menguntungkan, menghargai, bertanggung jawab, dan ketergantungan. Penelitian bertujuan untuk mengulas sistem kemitraan usaha peternakan sapi potong rakyat di Pulau Jawa, yaitu sistem gaduhan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengulas sistem gaduhan di Desa Bedadung, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Desa Bedadung merupakan salah satu desa rintisan Program Satu Desa Satu Dosen (SDSD) yang dikelola oleh Tenaga Ahli Pendamping Desa (TAPD). Program SDSD merupakan program kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Jember (Nomor 19/SKB/2020) dengan Universitas Jember (Nomor 12134/UN.25/KS/2020). Penelitian dilakukan dengan metode observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan survei. Metode survei dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuisioner. Responden adalah peternak sapi potong yang melakukan sistem gaduhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 44,88% usaha peternakan sapi potong rakyat dikelola dengan sistem gaduhan. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa motivasi utama pemilik ternak sistem gaduhan ialah tidak mampu memelihara sendiri, rasa ingin memiliki sapi, tabungan keluarga, menambah penghasilan, dan tidak punya kandang, sedangkan motivasi utama pemelihara ternak sistem gaduhan jantan ialah menambah penghasilan dari penggemukan (fattening), dan sistem gaduhan betina ialah mendapatkan anakan dari pembibitan (breeding). Rekomendasi kebijakan mengenai sistem gaduhan sapi potong rakyat yaitu perlu diperhatikan oleh semua pemangku kepentingan sebab merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Bentuk kearifan lokal tersebut ialah mendukung program pembibitan ternak pada sistem gaduhan betina yang mencapai 80,39%.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 29-36
Author(s):  
Teguh Ari Prabowo

Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang akan dijadikan salah satu konsentrasi peternakan sapi perah di Jawa Timur, yang masih menyimpan potensi untuk pengembangannya, karena dukungan iklim dan topografi yang sesuai dengan habitat sapi perah Peranakan Frisien Holstein (PFH). Jenis sapi perah yang banyak dipelihara oleh peternak di Kabupaten Pacitan adalah jenis sapi Friesian Holstein yang memiliki produk utama susu. Penelitian mengenai produktivitas sapi perah FH ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran potensi yang dimiliki oleh sapi perah yang dipelihara para peternak di daerah Pacitan. Hasil penelitian diperoleh performans sifat produksi susu yang meliputi rataan produksi susu setiap laktasi 4175,89 ± 980,33 kg/ekor/hari; lama laktasi 315,97 ± 25,17 hari; dan lama kering sebesar 65,53 ± 14,59 hari. Performans sifat reproduksi yang meliputi rataan kawin pertama setelah beranak 85,25 ± 19,64 hari; lama masa kosong 117,10 ± 30,52 hari; jumlah kawin perkebuntingan 2,10 ± 0,88 kali; lamanya bunting 284,19 ± 8,12 hari; dan selang beranak 390,54 ± 26,60 hari.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 21-26
Author(s):  
Fitria Tsani Farda

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji sifat fisik bungkil inti sawit giling hasil pengayakan dengan ukuran ayakan yang berbeda. Perlakuan terdiri dari 4 level ukuran ayakan: 16, 30, 50, dan 100 mesh dengan 3 ulangan pada setiap level ayakan. Peubah yang diamati adalah berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, daya ambang, dan sudut tumpukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level ukuran ayakan mempengaruhi (P<0,01) berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, daya ambang, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan, dan daya ambang bungkil inti sawit menurun sedangkan sudut tumpukan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya ukuran ayakan yang digunakan.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 11-20
Author(s):  
Depison Depison ◽  
Sofi Crisdayanti ◽  
Gushairiyanto Gushairiyanto ◽  
Silvia Erina

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Bobot Badan, Pertambahan Bobot Badan Harian dan karakteristik morfometrik sapi Brahman cross dan sapi Bali di Kecamatan Pamenang Barat Kabupaten Merangin. Metode penelitian adalah survey dengan teknik pengambilan sampel secara purpossive sampling, Kriteria sampel umur I1 (16-19 bulan) dan hewan tidak sedang bunting sebanyak 120 ekor yang terdiri dari 60 ekor sapi Bali dan 60 ekor sapi Brahman cross. Data yang dihimpun adalah karakteristik morfometrik meliputi; bobot badan (BB), pertambahan bobot badan harian (PBBH), panjang badan (PB), lingkar dada (LiD), dalam dada (DaD), lebar dada (LeD), tinggi pundak (TP), tinggi pinggul (TPi), dan lingkar kanon (LK). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t dan T2-hotelling untuk membandingkan morfometrik antar kelompok bangsa dan bila hasilnya signifikan dilanjutkan dengan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk sapi Bali dan sapi Brahman cross. Hasil penelitian menunjukan BB, PBB dan ukuran-ukuran tubuh sapi Brahman cross dan sapi Bali berbeda nyata (P<0,05). Faktor penentu ukuran tubuh sapi Brahman cross dan sapi Bali adalah LiD dan faktor penentu bentuk tubuh adalah PB.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 27-34
Author(s):  
Bayu Rosadi ◽  
Liber Hasudungan Sinurat ◽  
Silvia Erina

Spermatozoa dari epididimis hewan yang sudah mati merupakan pilihan menarik untuk preservasi gamet jantan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyimpanan epididimis pada suhu 5 0C terhadap kualitas spermatozoa sapi Bali. Sebanyak 20 buah epididimis sapi Bali disimpan dalam refrigerator dengan suhu 5 oC, dialokasikan pada 4 lama penyimpanan yang berbeda yaitu kontrol, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Peubah yang diamati meliputi motilitas, persentase hidup dan abnormalitas. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa lama penyimpanan pada suhu 5 oC berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas namun tidak mempengaruhi (P>0,05) persentase hidup dan abnormalitas. Motilitas turun pada 48 jam (62,23%) dan 72 jam (59,46%) dibandingkan kontrol (70,36%), sedangkan 24 jam (67,74%) tidak berbeda dengan kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan epididimis pada suhu 5 oC selama 72 jam mampu mempertahankan kualitas spermatozoa sapi Bali yang layak untuk inseminasi.


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 35-43
Author(s):  
Bela Tera Nurcahyanti ◽  
Rudy Hartanto ◽  
Dian Wahyu Harjanti

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian suplemen tepung temulawak terhadap konsumsi serat kasar, kecernaan serat kasar dan produksi lemak susu pada sapi laktasi dengan rata-rata bobot badan 461,57±44,99 (CV = 9,75%) kg dan rata-rata produksi susu awal 6,87±2,70 (CV = 39,34%) liter.  Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan dan 6 kelompok berdasarkan produksi susu. Perlakuan yang diterapkan yaitu T0 = sebagai kontrol, T1 = Suplemen temulawak 1% kebutuhan BK berdasarkan 3% BB. Parameter yang diamati meliputi konsumsi serat kasar, kecernaan serat kasar dan produksi lemak susu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi SK pakan T0 sebesar 5,265 kg BK, T1 sebesar 5,279 kg BK, kecernaan serat kasar T0 sebesar 57,14, T1 sebesar 58,75 dan produksi lemak susu T0 sebesar 0,249 kg, T1 sebesar 0,251 kg. Data dari T0 dan TI menunjukan tidak adanya perbedaan yang  nyata terhadap data konsumsi serat kasar dan produksi lemak susu (P ? 0,05). Disimpulkan bahwa pemberian suplemen temulawak 1% kebutuhan BK temulawak belum mampu meningkatkan konsumsi serat kasar, kecernaan serat kasar   dan  produksi lemak susu sapi perah.Kata  kunci :  sapi perah, temulawak, konsumsi, serat kasar, produksi lemak susu


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Sofia Sandi ◽  
Riswandi Riswandi ◽  
Saka Puspa Wijaya ◽  
Asep Indra munawar Ali ◽  
Eli Sahara ◽  
...  
Keyword(s):  

ABSTRAK Silase merupakan teknik pengawetan pakan dalam kondisi segar yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kurangnya ketersediaan hijauan rawa pada musim kemarau panjang. Nilai NDF, ADF dan IVTD dapat diukur menggunakan peralatan yang dikembangkan oleh ANKOM Technology Corp. Metode ANKOM lebih efisien dan memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan nilai NDF, ADF dan IVTD pada hijauan rawa dengan dan tanpa silase menggunakan teknologi ANKOM. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) LAPTIAB PUSPIPTEK Serpong. Perlakuan terdiri dari KT (Hymenachne acutigluma dengan dan tanpa silase), KA (Neptunia oleracea Lour. dengan dan tanpa silase) dan KO (kombinasi Hymenachne acutigluma 50% + Neptunia oleracea Lour. 50% dengan dan tanpa silase) dengan 3 ulangan.  Data  penelitian ini dianalisa secara deskriptif.  Parameter yang diamati meliputi nilai NDF, ADF dan IVTD selanjutnya dihitung perubahan nilainya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KT, KA dan KO memiliki perubahan nilai NDF, ADF dan IVTD yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi kumpai tembaga 50% dan kemon air 50% dapat mempertahankan nilai NDF, ADF dan IVTD.Kata kunci: hijauan rawa, silase, NDF, ADF, IVTD, ANKOM. 


2020 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 35-54
Author(s):  
Yanuartono - Yanuartono

ABSTRAKMeat bone meal (MBM) dapat dianggap sebagai limbah pemotongan hewan utama, karena proporsi bahan dan residu terbesar tidak dapat digunakan sebagai bahan pangan manusia sehingga digunakan untuk memproduksi MBM. Meat bone meal tidak hanya lebih murah, tetapi juga sumber protein kasar, mulai dari 35 hingga 55% serta kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi, sehingga menjadikannya bahan pakan penting untuk ternak dan hewan kesayangan. Larangan penggunaan MBM sebagai bahan pakan ternak disebabkan oleh munculnya wabah bovine spongiform encephalopathy (BSE) yang disebut juga penyakit sapi gila. Meat bone meal terbukti menjadi vektor yang sangat potensial untuk BSE dan dapat dianggap sebagai penyebab utama penyebaran penyakit tersebut.Tujuan dari ulasan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai manfaat dan risiko menggunakan MBM dalam industri peternakan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document