Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

46
(FIVE YEARS 33)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By "Universitas Indonesia, Directorate Of Research And Public Service"

2548-513x

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Hazella Rissa Valda Asari ◽  
Helda Helda
Keyword(s):  

Populasi individu di seluruh dunia berusia 65 tahun dan lebih tua terus meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 26,5%.Situasi hipertensi terus meningkat seiring dengan epidemiologinya yang meluas, yang berkontribusi terhadap meningkatnya beban global penyakit secara keseluruhan. Salah satu faktor hipertensi ialah obesitas. Studi Framingham menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami peningkatan tekanan darah dengan peningkatan kelebihan berat badan. Mengetahui hubungan obesitas dengan hipertensi pada lansia. Desain potong lintang digunakan untuk penelitian yang dilaksanakan pada 9 posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II pada bulan Agustus 2017. Populasi penelitian  adalah lansia yang mengunjungi ke sembilan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II berjumlah 112 lansia. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling. Variabel terikat yaitu kejadian hipertensi pada lansia, variabel bebas utama adalah obesitas dan variabel kovariatnya adalah usia, riwayat hipertensi keluarga, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat 95%CI dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. 45,5% lansia yang berkunjung ke sembilan posyandu lansia mengalami hipertensi, sedangkan lansia yang obesitas sebanyak 38,4%. Obesitas berhubungan dengan hipertensi  pada lansia  dimana lansia yang obesitas berisiko 6,0 kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan lansia yang tidak obesitas setelah dikontrol dengan usia dan riwayat keluarga dengan hipertensi (POR 6,00 (95%CI 2,42-14,83)). Lansia harus mempertahankan berat badan yang ideal agar tidak meningkatkan risiko untuk mengalami hipertensi


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Priskatindea Priskatindea ◽  
Sudarto Ronoatmodjo

Prevalensi pemakaian metode KB modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa tahun 2017 tergolong masih rendah, yakni 27,8%. Terbatasnya tingkat pengetahuan remaja mengenai pilihan kontrasepsi adalah salah satu hambatan pemakaian kontrasepsi pada remaja. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB dengan pemakaian kontrasepsi modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menganalisis hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017. Sampel adalah 309 orang wanita berusia 15-19 tahun yang berdomisili di Pulau Jawa dengan status kawin. Pada hasil ditemukan sebanyak 62,4% responden memakai alat kontrasepsi modern. Berdasarkan Renstra BKKBN 2020-2024 angka ini masih dibawah target capaian modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) yakni 63,41%. Selain itu diketahui hanya 56,4% wanita kawin usia remaja yang  memiliki tingkat pengetahuan alat/cara KB yang baik (mengetahui setidaknya 7 alat/cara KB). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB tidak mempengaruhi pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa setelah dikontrol variabel paritas, pendidikan suami, pengambil keputusan KB, dan kepemilikan jaminan kesehatan. (PR = 0,75; CI 95% 0,42-1,36). Kuesioner SDKI kurang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan mengenai alat/cara KB karena kurang tereskplorenya pertanyaan yang digunakan sehingga hasil ini kemungkinan masih dipengaruhi adanya bias informasi. Studi ini merekomendasikan untuk dilakukan perbaikan pada pengukuran variabel pengetahuan pada survei selanjutnya dengan menggunakan definisi yang lebih spesifik sehingga dapat menggambarkan tingkat pendidikan responden dengan lebih akurat.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Arum Zulaikhah ◽  
Sudarto Ronoatmodjo

Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren kasus baru di dunia sudah mengalami penurunan. Laki-laki Seks dengan laki-laki (LSL) merupakan kelompok risiko tinggi HIV. Upaya pencegahan penularan HIV erat kaitannya dengan perilaku seks. Studi ini menggunakan 1.161 sampel Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2015 pada kelompok LSL yang termasuk bukan pekerja seks. Studi cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku seks konsistensi penggunaan kondom dengan analisis hingga bivariat dengan menggunakan chi-square dan prevalence ratio. Data didapatkan dengan metode respondent driven sampling (RDS) yang kemudian mengeksklusi LSL pekerja seks. Hasil menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten yaitu pengetahuan status HIV dengan prevalence ratio (PR) 1,14 (95% CI 1,02-1,28), pelayanan pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,18 (95% CI 1,06-1,33), serta akses terhadap internet tentang pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,16 (95 % CI 1,02-1,31). Sehingga, LSL yang tidak mengetahui status HIV diri sendiri, tidak mendapatkan pelayanan pencegahan dan penularan HIV, dan tidak mengakses internet mengenai pencegahan dan penularan HIV berisiko lebih tinggi untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks. Maka dari itu, perlu program-program yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan LSL tentang status HIV dirinya sendiri, dan informasi mengenai pencegahan penularan HIV baik melalui program pelayanan maupun internet untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom pada LSL non-pekerja seks. 


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Ghea Efrananditha Sukendar ◽  
Dwi Sarwani Sri Rejeki ◽  
Dian Anandari

Salah satu permasalahan kesehatan di Jawa Tengah adalah kejadian malaria. Kondisi lingkungan dan perilaku mempunyai peran dalam penyebaran malaria.  Gambaran endemisitas dan upaya pengendalian yang diperlukan sebagai dasar perencanaan tindakan pengendalian malaria. Belum ada data yang menyajikan endemisitas malaria dari tahun 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan endemisitas dan menggambarkan kejadian malaria berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu dan upaya pengendalian yang sudah dilakukan periode tahun 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga. Jenis penelitian yaitu deskriptif kuantitatif dengan populasi yaitu seluruh kasus malaria yang tercatat di dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga periode Januari 2010 sampai Desember 2019. Sampel merupakan total populasi. Variabel yang dikumpulkan meliputi API tahunan per kecamatan, jenis kelamin, umur, jenis plasmodium, jenis kasus, wanita hamil, jenis obat, waktu kejadian malaria, tempat dan upaya pengendalian malaria. Sumber data sekunder diperoleh dari laporan bulanan malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga dan data primer hasil wawancara dengan staf malaria di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Analisis data secara deskriptif dan spasial untuk menggambarkan endemisitas malaria. Hasil penelitian menunjukan jumlah kasus malaria selama periode 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga berjumlah 2.023 kasus. Trend endemisitas API dari dari tahun 2010 sampai 2019 semakin baik, dengan jumlah kecamatan kategori LCI semakin sedikit dan semakin banyak kecamatan dalam kategori bebas malaria. Penyebaran terbanyak di Kecamatan Rembang, Pengadegan, Kaligondang dan Karangmoncol. Karakteristik penderita malaria sebagian besar berusia 15-54 tahun, berjenis kelamin laki-laki, jenis infeksi terbanyak  plasmodium falciparum dan  sebagian besar merupakan kasus indigenous.  Upaya pencegahan dan penanggulangan malaria di Kabupaten Purbalingga dilakukan secara terus menerus, dengan berbagai jenis upaya program pengendalian.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Desinta Ayu Lestari ◽  
Asri C. Adisasmita

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu penyakit infeksi yang secara umum ada pada anak usia balita. ISPA diartikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang menularkan diantara manusia. ISPA merupakan faktor morbidtas dan mortalitas utama pada Balita. Faktor risiko terjadinya ISPA pada balita salah satunya yaitu BBLR. Jenis penelitan dalam penelitian ini adalah korelasional. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis cox regression dan hasil ukur Risk ratio (RR). Populasi pada penelitian ini sebanyak 17.848 responden dan sampel yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 13.113 responden. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2020. Variabel pada penelitian ini meliputi umur balita, jenis kelamin, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status merokok ibu dan ayah, status imunisasi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, tempat tinggal, tingkat kesejahteraan keluarga dan jumlah balita dalam keluarga. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan BBLR tehadap kejadian ISPA pada balita usia 0 - 59 bulan dengan pvalue 0,046 dan nilai RR adjusted 1,14 kali (95% CI 1,00 - 1,31) setelah dikontrol oleh variable jenis kelamin, usia bayi, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Penelitian ini ditemukan adanya hubungan signifikan BBLR terhadap ISPA setelah dikontrol oleh variabel confounding jenis kelamin, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Oleh karena itu, pentingnya informasi dari tenaga kesehatan bahwa nutrisi ibu saat hamil penting untuk mencegah bayi terlahir BBLR disertai pemberian imunisasi lengkap pada balita untuk mencegah balita mengalami ISPA.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Novie Ariani ◽  
Tri Yunis Miko Wahyono
Keyword(s):  

Leptospirosis termasuk dalam zoonosis, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptopira, tersebar di seluruh dunia, tetapi paling umum pada daerah tropik dan sub tropik yang memiliki curah hujan tinggi Terjadinya kasus leptopsirosis terkait erat dengan rantai penularan, dan rantai penularan leptospirosis terkait dengan banyak faktor. Faktor risiko leptospirosis dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok utama: faktor hewan, faktor lingkungan, dan faktor manusia. Banten yang merupakan daerah endemis Leptospirosis, terpilih untuk menjadi lokasi surveilans Sentinel Leptospirosis, tepatnya berlokasi di Kab, Tangerang dan Kab. Serang. Penelitian tentang leptospirosis masih sangat jarang dilakukan di provinsi Banten, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di 2 kabupaten lokasi surveilans sentinel leptopspirosis provinsi Banten selama tahun 2017 – 2019. Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan populasi sampel adalah suspek Leptospirosis di lokasi Sentinel. Dari hasil penelitian di dapat hasil faktor faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di 2 kabupaten lokasi surveilas sentinel Leptospirosis di Provinsi Banten tahun 2017 – 2019 adalah jenis kelamin POR 2,2 95%CI : 1,099 - 4,327 , umur POR 0,13 95%CI: 0,134 - 0,523, penyimpanan makanan tertutup POR 0,44 95%CI: 1,012 - 5,109, keberadaan tikus POR 4,08 95%CI : 1,738 - 9,566, keberadaan hewan peliharaan POR 2,24 95%CI: 1,104 - 4,544 dan kontak dengan air tergenang POR 2,88 95%CI : 1,418 - 5,827.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Pebrina Manurung ◽  
Helda Helda

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berisiko mengalami banyak masalah kesehatan seperti jatuh sakit dalam enam hari pertama kehidupannya atau mengalami infeksi, serta dapat juga menderita masalah jangka panjang seperti perkembangan motorik dan sosial yang tertunda atau ketidakmampuan belajar. WHO memperkirakan BBLR sekitar 15% hingga 20% dari jumlah yang lahir, mewakili tiap tahunnya ada sekitar 20 juta kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat komplikasi saat hamil dengan kejadian BBLR. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu study cross sectional dengan menganalisis data IFLS tahun 2014. Sebanyak 372 responden diikutkan dalam studi ini. Analisis chi square test untuk mengetahui hubungan antara exsposure (riwayat komplikasi saat hamil) dan outcome (BBLR) serta variabel lain yang diikutkan dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, urutan kelahiran dan konsumsi tablet Fe saat hamil sedangkan untuk analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Ada hubungan antara riwayat komplikasi saat hamil dengan kejadian BBLR dengan nilai asosiasi PR  2,123 (95% CI 0,999-4,529), artinya ibu yang memiliki riwayat komplikasi saat hamil lebih beresiko 2,123 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwayat komplikasi saat hamil untuk melahirkan anak BBLR. Riwayat komplikasi saat hamil berhubungan dengan terjadinya BBLR. Ibu hamil diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dengan selalu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan untuk dapat mendeteksi dini adanya komplikasi serta menanganinya agar tidak berdampak pada janin, dan ibu hamil juga sebaiknya patuh minum tablet Fe sesuai anjuran agar dapat mencegah terjadinya komplikasi anemia.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Tri Damayanti Simanjuntak ◽  
Tri Yunis Miko Wahyono

In 2010, the Global Burden of Disease research revealed that cases of chronic kidney disease had increased and became a serious health problem. Indonesia Basic Health Research data in 2013 revealed that the proportion of patients with chronic kidney failure aged ≥ 15 years old based on doctor's diagnosis was 0,2% and 0,6% kidney stones. Therefore the aim of the study is to analyze the relationship between type 2 diabetes mellitus and chronic kidney disease in the population of Indonesia in 2014-2015. This type of research is observational with a cross-sectional design. The study used secondary data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014-2015. The sampling technique used total sampling, which found 34,012 people who met the inclusion and exclusion criteria. The independent variables of this study are type 2 diabetes mellitus and chronic kidney disease as the dependent variable. Covariate variables are age, sex, smoking status, history of hypertension, and history of high cholesterol. Analysis bivariate of the relationship between type 2 diabetes mellitus and chronic kidney disease in this study using chi square and multivariate analysis using logistic regression test. The magnitude of the effect expressed in the prevalence odds ratio (POR) with confident interval (CI: 95%.) This study shows the prevalence of chronic kidney disease in Indonesia population in 2014 – 2015 is 1%. The result of chi-square test of the relationship between type 2 diabetes mellitus and chronic kidney disease in the Indonesian population showed POR=2.48 (p-value =0.0002; 95%CI 1.422-4.071). Multivariate analysis with logistic regression tests shows that smoking status, history of high cholesterol, and history of hypertension influence the relationship of type 2 diabetes mellitus and chronic kidney disease.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Nia Reni Adha ◽  
Krisnawati Bantas
Keyword(s):  

Durasi kembalinya menstruasi pertama di Indonesia dinilai masih sangat cepat. Hal ini berdampak pada peningkatan kehamilan yang tidak direncanakan dan pendeknya jarak lahir.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu kembalinya menstruasi pertama pasca persalinan di wilayah rural Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan responden sebanyak 1701 ibu berusia 15-49 tahun, yang melahirkan anak terakhir dalam waktu 1 tahun sebelum survei. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan analisis survival/ kesintasan, Cox Regression. Dari penelitian ini didapatkan waktu kembali menstruasi pertama pasca persalinan di Indonesia hingga 12 bulan pengamatan dengan median time tiga bulan. Faktor yang berhubungan dengan waktu kembalinya menstruasi pertama pasca persalinan adalah paritas (HR: 0,830; 95% CI 0,732-0,9941) p-value (0,004). Perlu peningkatan konseling mengenai metode amenore laktasi (MAL) pada wanita yang baru pertama kali melahirkan sebagai pencegahan kehamilan dini.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Halimah Siregar ◽  
Krisnawati Bantas

Diabetes Mellitus salah satu PTM tertinggi didunia, prevalensi global diabetes  di antara orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5% pada 2014. Penelitian yang dilakukan  Edward ditemukan bahwa> 50% orang tua dengan diabetes melaporkan kesulitan melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Rindra bahwa individu yang menderita diabetes akan berisiko 3kali (95% CI; 2.860-3.288) dibandingkan individu yang tidak menderita diabetes untuk mengalami disabilitas. Tujuan penelitian ini melihat hubungan diabetes mellitus dengan kejadian disabilitas untuk aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Penelitian ini desain cross sectional data IFLS 2015, di analisis sampai multivariat menggunakan Regressi Logistik. Adapun variabel penelitian ini ialah (Diabetes Mellitus, disabilitas, usia, jenis kelamin, pendidikan, obesitas dan hipertensi). Jumlah studi partisipan semua yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 3408 partisipan. Variabel pada penelitian ini adalah Disabilitas, Diabetes Mellitus, Obesitas, Hipertensi, Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan. Definisi operasional pada variabel dependen ialah disabilitas jika salah satu dari 6 item ADL membutuhkan bantuan dan atau tidak mampu melakukannya. Diabetes Mellitus pada penelitian ini individu yang pernah di diagnose tenaga kesehatan dan sedang minum obat DM. Tidak ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian disabilitas dengan secara statistika dengan nilai POR 1.225 (95%CI ; 0.379-3.958). Pada variabel kovariat hanya usia dengan rentang  (75-90th) yang berhubungan secara statistika terhadap kejadian disabilitas untuk aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)  dengan nilai POR 2.172 (95% CI;1.117-4.222). Tidak ditemukan hubungan diabetes mellitus dengan kejadian aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dengan nilai POR 1.225 (95%CI ; 0.379-3.958) dibandingkan dengan individu yang tidak menderita diabetes mellitus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document