Application of a Bayesian method to data-poor stock assessment by using Indian Ocean albacore (Thunnus alalunga) stock assessment as an example

2016 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 117-125 ◽  
Author(s):  
Wenjiang Guan ◽  
Lin Tang ◽  
Jiangfeng Zhu ◽  
Siquan Tian ◽  
Liuxiong Xu
PLoS ONE ◽  
2016 ◽  
Vol 11 (12) ◽  
pp. e0168605 ◽  
Author(s):  
Zahirah Dhurmeea ◽  
Iker Zudaire ◽  
Emmanuel Chassot ◽  
Maria Cedras ◽  
Natacha Nikolic ◽  
...  

2013 ◽  
Vol 147 ◽  
pp. 55-62 ◽  
Author(s):  
R.J. David Wells ◽  
Suzanne Kohin ◽  
Steven L.H. Teo ◽  
Owyn E. Snodgrass ◽  
Koji Uosaki

2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Bram Setyadji ◽  
I Wayan Arthana ◽  
I Wayan Kasa

Komposisi hasil tangkapan ikan berparuh (Istiophoridae dan Xiphiidae) menduduki peringkat kedua terbesar setelah tuna (Thunnus sp.) pada perikanan rawai tuna. Sekitar 90% jenis ikan berparuh yang di daratkan didominasi oleh ikan pedang (Xiphias gladius), yang mana merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna, terutama di Samudera Hindia bagian timur. Meskipun dikategorikan sebagai ikan dengan nilai ekonomis tinggi, akan tetapi studi mengenai parameter populasi untuk spesies ini masih terbatas, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter pertumbuhan, laju mortalitas dan laju ekploitasi ikan pedang berdasarkan data ukuran panjang. Model pengkajian stok menggunakan data frekuensi panjang dipilih karena ketersediaan dan kemudahan pengambilan data tersebut dibandingkan dengan metode lainnya. Penelitian ini menggunakan data pemantau ilmiah tahun 2005 sampai dengan 2014 dan data pengamatan harian pendaratan tuna dan sejenisnya tahun 2002 sampai dengan 2014 di Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ikan pedang relatif cepat, terutama pada awal masa pertumbuhan dengan nilai K = 0,12/tahun, t0 = -0,76025 tahun dan L = 302,4 cmFL. Nilai F (0,28/tahun) sedikit lebih besar daripada nilai M (0,24/tahun), yang berarti kematian ikan pedang lebih banyak disebabkan oleh penangkapan. Nilai E sebesar 0,55 mengindikasikan bahwa ikan pedang yang tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia berada pada kondisi optimum. Billfishes (Istiophoridae and Xiphiidae) are the second largest catch in tuna longline fisheries. About 90% of billfishes landed dominated by swordfish (Xiphias gladius) which was a by-catch from tuna longline fisheries, especially in eastern Indian Ocean. Despite of its high economic value, study on stock assessment for this species is limited, especially in Indonesia. The catch-at-size based stock assessment model was applied, to its availability and ease on collecting the data. The Objectives of this study are to estimate growth parameter, mortality rate and exploitation rate based on catch-at-size data. The primary data was obtained from scientific observer program from 2005 to 2014 and port sampling data from 2002 to 2014. The result showed that swordfish were relatively fast growth, especially on their early age (K = 0.12/year) with t0 estimated around -0.76 year and Linf about 302.4 cmLJFL. The estimated of total mortality (Z), natural mortality (M) and fishing mortality (F) from the model were 0.52/year, 0.24/year and 0.28/year respectively. The explitation rate of swordfish in the eastern Indian Ocean is on optimum level (E=0.55).


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 173-181
Author(s):  
Mohammad Imron ◽  
Roza Yusfiandayani ◽  
Mulyono S. Baskoro

Produktivitas penangkapan tuna dapat dilihat dari produksi penangkapan yang didaratkan di pelabuhan (landing) per upaya penangkapan (effort). Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu menjadi salah satu pelabuhan perikanan yang aktivitas perikanannya tergolong aktif di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa dan menjadi salah satu pusat kegiatan perikanan tangkap di wilayah Propinsi Jawa Barat. Produksi ikan tuna di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2010 sampai tahun 2019. Pada tahun 2014-2018 produksi ikan tuna di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan yang cukup drastis. Pada tahun 2019, produksi kembali meningkat menjadi 1,091,612 ton. Landing Per Unit Effort (LPUE) digunakan dalam penelitian perikanan untuk mengindikasikan kelimpahan sumberdaya yang digunakan untuk melakukan stock assessment ketika mengestimasi kelimpahan relatif dari suatu spesies yang dieksploitasi. Komposisi hasil tangkapan tuna oleh kapal tuna longline terdiri atas ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacores), tuna mata besar (Thunnus obesus), ikan tuna albakor (Thunnus alalunga). Produksi tuna yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun 2010-2019 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi ikan tuna sirip kuning sebesar 444,952 ton, ikan tuna mata besar sebesar 979,189 ton, ikan tuna albakor sebesar 122,671 ton. Pada tahun 2019 produksi ikan tuna sirip kuning sebesar 617,992 ton, ikan tuna mata besar sebesar 240,487 ton, ikan tuna albakor sebesar 233,133 ton. Produktivitas tertinggi terjadi pada ikan tuna sirip kuning tahun 2014 dengan nilai LPUE sebesar 6,09 dengan produksi sebesar  2,448,171 ton dengan jumlah effort 402. Produktivitas mengalami fluktuasi setiap tahunnya.


2021 ◽  
Vol 38 ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Ahmad Fathi Norarfan ◽  
Siti Shazwani Azreena Mokti ◽  
Hussein Taha ◽  
Muhamad Amin ◽  
Muhamad Ali ◽  
...  

The tropical anguillid eel, Anguilla bicolor McCelland, 1844, includes two subspecies, Anguilla bicolor bicolor McCelland, 1844 and Anguilla bicolor pacifica Schmidt, 1928, and is distributed across the Indo-Pacific region. Although A. bicolor is widely distributed and recognized as an important fish resource in the Indo-Pacific region, few studies have been conducted on its genetic variation and population structure. DNA barcoding of A. bicolor specimens collected in the Indo-Pacific region was carried out in this study using mitochondrial cytochrome c oxidase subunit I. Anguilla bicolor was found to diverge genetically, which supported its classification into two different subspecies. In addition, our study showed that A. bicolor bicolor had two genetically distinct populations/groups, and these different populations co-occur geographically in Indonesia and Malaysia in the eastern Indian Ocean. Our findings suggest that the eel larvae might be transported from at least two geographically different spawning grounds in the Indian Ocean, and then recruited to and settled in the same habitats in Indonesian and Malaysian waters. The molecular evidence calls for further research on the life history, stock assessment and protection of the populations of A. bicolor bicolor in Indonesia and Malaysia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document