Establishing healthy seedlings of Enhalus acoroides for the tropical seagrass restoration

2021 ◽  
Vol 286 ◽  
pp. 112200
Author(s):  
Hu Li ◽  
Jianguo Liu ◽  
Xingkai Che
2017 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Lisa Fajar Indriana ◽  
Yuli Afrianti ◽  
Sitti Hilyana ◽  
Muhammad Firdaus Firdaus

Teripang pasir, Holothuria scabra merupakan komoditas hasil laut yang bernilai ekonomis tinggi. Penangkapan berlebihan stok di alam mendorong berkembangnya kegiatan budidaya. Penempelan merupakan fase kritis pada larva teripang karena terjadi peralihan sifat planktonis ke bentik yang memerlukan substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi penempelan, pertumbuhan, dan sintasan larva H. scabra fase penempelan pada substrat lamun yang berbeda. Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan perlakuan empat jenis daun lamun berbeda dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas Enhalus acoroides (L-1), Syringodium isoetifolium (L-2), Cymodocea serrulata (L-3), dan Cymodocea rotundata (L-4). Jumlah awal larva sebanyak 1.000 individu dan substrat dirangkai dengan luasan yang sama sebesar 12 cm x 17 cm untuk setiap unit penelitian. Hasil penelitian menunjukkan jenis lamun yang digunakan sebagai substrat berpengaruh secara nyata terhadap preferensi penempelan dan sintasan larva teripang pasir, namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan. E. acoroides menunjukkan hasil terbaik dengan preferensi penempelan 0,26 ind. cm-2 dan sintasan 10,66%; sehingga layak digunakan sebagai substrat penempelan dalam pembenihan teripang pasir, H. scabra.Holothuria scabra larvae on different seagrass substrates. By: Lisa Fajar Indriana, Yuli Afrianti, Sitti Hilyana, and Muhammad FirdausSandfish Holothuria scabra is marine commodities with a high economic value. Overfishing of natural stocks has compelled an interest to begin aquaculture practice. Settlement is a critical phase for the planktonic larvae as they will transform to benthic form in the presence of substrate. This study aims to evaluate the settlement preferences, growth, and survival rate of H. scabra larvae settled on different seagrass leaves. The research was conducted using the Completely randomized design with four different species of seagrass leaves and five replications. The treatments consist of Enhalus acoroides (L-1), Syringodium isoetifolium (L-2), Cymodocea serrulata (L-3), and Cymodocea rotundata (L-4). Initial number of larvae was 1,000 individuals and the substrate was set with same widthof 12 cm x 17 cm for each unit. Results of the experiment indicated that settlement preference and survival rate of H. scabra larvae was significantly affected by seagrass used as substrate while no significantly differences was observed for growth of larvae. E. acoroides showed the best result with 0.26 ind. cm-2 settelement preference and 10.66% survival rate, so that suitable to be used as settlement substrate in H. scabra hatchery.


2021 ◽  
Vol 44 (2) ◽  
pp. 396-411
Author(s):  
Matthew P. J. Oreska ◽  
Karen J. McGlathery ◽  
Patricia L. Wiberg ◽  
Robert J. Orth ◽  
David J. Wilcox

Author(s):  
Xingkai Che ◽  
Tie Zhang ◽  
Hu Li ◽  
Litao Zhang ◽  
Jianguo Liu

2014 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Supriadi Supriadi ◽  
Richardus F Kaswadji ◽  
Dietrich G Bengen ◽  
Malikusworo Hutomo

Konsep blue carbon yang diperkenalkan oleh UNEP, FAO dan UNESCO pada tahun 2009 memasukkan padang lamun sebagai salah satu ekosistem yang mempunyai peran dalam penyerapan karbon global. Karbon yang diserap disimpan dan dialirkan dalam beberapa kompartemen, antara lain di sedimen, herbivora, kolom air, ekosistem lain dan dalam bentuk biomassa. Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo, Makassar, untuk melihat potensi stok karbon yang tersimpan dalam biomassa lamun. Kepadatan lamun diukur dengan melakukan sampling menggunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 50cm x 50cm. Sedangkan untuk biomassa dilakukan dengan transek 20cm x 20cm. Hubungan antara kepadatan, biomassa dan kandungan karbon dari lamun digunakan untuk menentukan jumlah stok karbon. Kepadatan lamun disurvei pada 236 titik, sedangkan untuk pengambilan sampel biomassa dilakukan pada 30 titik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas lamun mempunyai total stok karbon sebesar 73,86 ton dari total luas padang lamun 64,3 ha. Karbon di bawah substrat sebesar 56,55 ton (76,3%), lebih tinggi dibanding karbon di atas substrat yang hanya 17,57 ton (23,7%). Jenis lamun Enhalus acoroides menyumbang lebih dari 70% terhadap total stok karbon. Berdasarkan kelas karbon, kontribusi terbesar ditemukan pada kelas 100-200 gC.m-2 sebesar 29,41 ton (39,7%). Hasil ini menunjukkan bahwa ekosistem lamun berperan sangat penting dalam menjaga stok karbon di laut sehingga perlu mendapatkan perhatian untuk konservasinya. Kata kunci: konsep blue karbon, lamun, Barranglompo   Blue carbon concept as introduced by UNEP, FAO and UNESCO in 2009 included seagrass beds as one ecosystem having a significant role in global carbon absorption. Absorbed carbon was stored and distributed in various compartments such as in sediments, herbivores, water column, other ecosystems and in form of biomass. The research was conducted in Barranglompo Island, Makassar City to analyze the potency of carbon stock that stored within seagrass biomass. Seagrass density was sampled using quadrat transect method with size of 50cm x 50cm. While for biomass was done by harvesting seagrass at transect of 20cm x 20cm in root penetration depth. Relationship between density, biomass and carbon content of seagrass were used to determine total carbon stock. Seagrass density was surveyed at 236 points, while for biomass sampling was conducted in 30 points. The results showed that seagrass community had total carbon stocks as much as 73.86 tonnes from overall 64.3 ha of seagrass bed areas.  Below ground carbon had 56.55 tonnes (76.3%), higher compared to that aboveground which only 17.57 tonnes (23.7%). Seagrass species Enhalus acoroides contributed more than 70% to the total carbon stocks, whereas, based on the carbon classes, the highest contribution was found at class 100-200 gC.m-2 i.e. 29.41 tonnes (39.7%). These results suggest that seagrass ecosystem plays an important role in maintaining the carbon stock in the ocean and should receive good attention for its conservation. Keywords: blue carbon concept, seagrass, Barranglompo


1999 ◽  
Vol 65 (1-4) ◽  
pp. 321-325 ◽  
Author(s):  
M.Nemesio E Montaño ◽  
Ronald S Bonifacio ◽  
Rowena Grace O Rumbaoa

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document