Carbon Stock of Seagrass Community in Barranglompo Island, Makassar (Stok Karbon pada Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo, Makassar)
Konsep blue carbon yang diperkenalkan oleh UNEP, FAO dan UNESCO pada tahun 2009 memasukkan padang lamun sebagai salah satu ekosistem yang mempunyai peran dalam penyerapan karbon global. Karbon yang diserap disimpan dan dialirkan dalam beberapa kompartemen, antara lain di sedimen, herbivora, kolom air, ekosistem lain dan dalam bentuk biomassa. Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo, Makassar, untuk melihat potensi stok karbon yang tersimpan dalam biomassa lamun. Kepadatan lamun diukur dengan melakukan sampling menggunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 50cm x 50cm. Sedangkan untuk biomassa dilakukan dengan transek 20cm x 20cm. Hubungan antara kepadatan, biomassa dan kandungan karbon dari lamun digunakan untuk menentukan jumlah stok karbon. Kepadatan lamun disurvei pada 236 titik, sedangkan untuk pengambilan sampel biomassa dilakukan pada 30 titik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunitas lamun mempunyai total stok karbon sebesar 73,86 ton dari total luas padang lamun 64,3 ha. Karbon di bawah substrat sebesar 56,55 ton (76,3%), lebih tinggi dibanding karbon di atas substrat yang hanya 17,57 ton (23,7%). Jenis lamun Enhalus acoroides menyumbang lebih dari 70% terhadap total stok karbon. Berdasarkan kelas karbon, kontribusi terbesar ditemukan pada kelas 100-200 gC.m-2 sebesar 29,41 ton (39,7%). Hasil ini menunjukkan bahwa ekosistem lamun berperan sangat penting dalam menjaga stok karbon di laut sehingga perlu mendapatkan perhatian untuk konservasinya. Kata kunci: konsep blue karbon, lamun, Barranglompo Blue carbon concept as introduced by UNEP, FAO and UNESCO in 2009 included seagrass beds as one ecosystem having a significant role in global carbon absorption. Absorbed carbon was stored and distributed in various compartments such as in sediments, herbivores, water column, other ecosystems and in form of biomass. The research was conducted in Barranglompo Island, Makassar City to analyze the potency of carbon stock that stored within seagrass biomass. Seagrass density was sampled using quadrat transect method with size of 50cm x 50cm. While for biomass was done by harvesting seagrass at transect of 20cm x 20cm in root penetration depth. Relationship between density, biomass and carbon content of seagrass were used to determine total carbon stock. Seagrass density was surveyed at 236 points, while for biomass sampling was conducted in 30 points. The results showed that seagrass community had total carbon stocks as much as 73.86 tonnes from overall 64.3 ha of seagrass bed areas. Below ground carbon had 56.55 tonnes (76.3%), higher compared to that aboveground which only 17.57 tonnes (23.7%). Seagrass species Enhalus acoroides contributed more than 70% to the total carbon stocks, whereas, based on the carbon classes, the highest contribution was found at class 100-200 gC.m-2 i.e. 29.41 tonnes (39.7%). These results suggest that seagrass ecosystem plays an important role in maintaining the carbon stock in the ocean and should receive good attention for its conservation. Keywords: blue carbon concept, seagrass, Barranglompo