Analisis Retrospektif Longitudinal: Loss to Follow Up saat Menjalani Terapi Antiretroviral di Yayasan Kerti Praja Bali Tahun 2002-2012
Latar belakang dan tujuan: Loss to follow up (LTFU) yang rendah merupakan salah satu indikator keberhasilan program terapi antiretroviral (ARV). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan persentase kumulatif orang dengan HIV/AIDS (odha) LFTU tahun 2013 sebanyak 17,3%. Selama ini belum pernah dilakukan penelitian tentang LTFU pada odha di Bali, terutama berdasarkan beberapa karakteristik odha.Metode: Penelitian deskriptif longitudinal dilakukan dengan cara analisis data sekunder yaitu rekam medis odha yang memulai terapi ARV tahun 2002 sampai 2012 di Klinik Amertha Yayasan Kerti Praja (YKP). Sampel penelitian adalah seluruh pasien odha yang memenuhi kriteria, yaitu odha yang pertama kali menerima terapi ARV di Klinik Amertha dan mempunyai minimal dua kali kunjungan. Karakteristik yang diteliti adalah: umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, ada tidaknya pengawas minum obat (PMO), faktor risiko penularan HIV serta LFTU. Data yang digunakan hanya berdasarkan data yang tercatat pada rekam medis pasien. Data dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan karakteristik odha LTFU per 100 person years (PY). Untuk memperhitungkan lama waktu hingga terjadinya LTFU dilakukan analisis berdasarkan waktu.Hasil: Dari 548 sampel odha, 77 (14,1%) mengalami LTFU, dengan angka insiden kasar LFTU sebesar 5,15 per 100 PY. Median waktu terjadinya LFTU sampai akhir pengamatan tidak tercapai dalam penelitian ini, karena rendahnya insiden LTFU. Insiden spesifik LTFU lebih tinggi dijumpai pada perempuan (6,6 per 100 PY), umur yang lebih muda (6 per 100 PY), dan bekerja sebagai pekerja seks (7,3 per 100). Odha yang tidak memiliki PMO (9,3 per 100 PY) dan homoseksual (9,1 per 100 PY) juga memiliki insiden spesifik LTFU yang lebih tinggi.Simpulan: Insiden spesifik LTFU yang lebih tinggi dijumpai pada perempuan, umur yang lebih muda, bekerja sebagai pekerja seks, tidak memiliki PMO, dan homoseksual.