scholarly journals POLA KONSUMSI MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 12-24 BULAN (CONSUMPTION PATTERN OF COMPLEMENTARY FOOD IN INFANTS AGES 12-24 MONTHS

2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Rostika Rostika ◽  
Elis Endang Nikmawati ◽  
Cica Yulia

Beberapa masalah yang berkaitan dengan pola konsumsi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 12-24 bulan yaitu memiliki nafsu makan rendah, suka memilih jenis makanan tertentu, dan tidak ingin makan dalam jumlah banyak sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi bayi. Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran pola konsumsi MP-ASI yang berkaitan dengan jenis MP-ASI, frekuensi konsumsi MP-ASI dan tingkat kecukupan gizi MP-ASI. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan jumlah responden 60 orang. Instrumen berupa kuesioner penelitian, semiquantitative food frequency questionnaire dan recall 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76,7%) bayi usia 12-24 bulan mengonsumsi jenis makanan sesuai dengan anjuran Kemenkes 2014 yaitu makanan padat berupa nasi dan lauk pauk seperti makanan keluarga. Frekuensi makan pada bayi usia 12-24 bulan di Kelurahan Isola lebih dari setengahnya (65%) bayi mengonsumsi makanan utama sebanyak 3-4 kali/hari dan 71,6% mengonsumsi makanan selingan sebanyak 1-2 kali/hari. Kontribusi zat gizi MP-ASI terhadap pemenuhan AKG diantaranya energi sebesar 58,9%, zat gizi protein sebesar 80,2%. zat gizi lemak sebanyak 43,5%, kontribusi karbohidrat sebesar 69,1%, kecukupan mineral kalsium sebanyak 23,4%, fosfor sebesar 35,7%, zat besi memenuhi 66,4%, vitamin A sebanyak 65,8% dan vitamin C sebesar 58,7%. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memberikan konsumsi MP-ASI kepada bayi usia 12-24 bulan dengan lebih baik lagi

2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 73-82
Author(s):  
Dwi Arum Sulistyaningsih ◽  
Binar Panunggal ◽  
Etisa Adi Murbawani

Latar belakang. Panjang badan dipengaruhi oleh like growth factor-1 (IGF-1). Hormon tersebut merupakan hasil sintesis hormon pertumbuhan yang didukung oleh hormon tiroid dari iodium. Asupan iodium yang rendah dapat mempengaruhi hormon pertumbuhan seperti IGF-1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status iodium dengan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan. Metode. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional, serta dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu Kecamatan Genuk Kota Semarang. Sebanyak 69 anak direkrut menggunakan metode simple random sampling. Data asupan diperoleh melalui Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire. Pengukuran status iodium dalam urine dilakukan di laboratorium GAKI Fakultas Kedokteran UNDIP. Data dianalisis menggunakan uji korelasi rank Spearman. Hasil. Rerata panjang badan subjek yaitu 75,3±4,4 cm. Sebanyak 94,2 persen subjek memiliki status iodium dengan kategori tinggi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status iodium dan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan (p=0,95) baik asupan iodium dan panjang badan (p=0,68). Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein (p=0,00), zink (p=0,01), vitamin A (p=0,00) dengan panjang badan. Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara status iodium dan panjang badan pada anak stunting usia 12-24 bulan.


2021 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 189-196
Author(s):  
Magnalia Morena Ruth Keyasa ◽  
Nurmasari Widyastuti ◽  
Ani Margawati ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Wanita menopause biasanya bermasalah dengan peningkatan lingkar pinggang yang disebabkan oleh obesitas. Lingkar pinggang dan kadar glukosa darah puasa berhubungan secara signifikan pada wanita postmenopause.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional pada subjek 55 wanita menopause yang diambil dengan metode simple random sampling. Data lingkar pinggang didapatkan melalui pengukuran antropometri, data asupan diperoleh melalui wawancara semi-quantitative food frequency questionnaire. Analisis kadar glukosa darah puasa menggunakan Spektrofotometer Biolyzer 100. Analisis bivariate menggunakan uji rank spearman. Hasil: Sebagian besar subjek (81,8%) penelitian memiliki kadar glukosa darah puasa normal dengan rerata 108,8±4,2 mg/dl, sedangkan lingkar pinggang terdapat 60% termasuk kategori obesitas. Hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause (r=0,122, p=0,376).Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah puasa pada wanita menopause.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Sarah Khoerunisa ◽  
Restu Amalia Hermanto ◽  
Aminarista Aminarista

Latar Belakang: Pada negara berkembang kategori usia 20-24 tahun banyak mengalami tekanan darah tinggi, 9,4% laki-laki dan 8,9% perempuan. Di Indonesia kejadian tekanan darah tinggi ?18 tahun adalah 25,8%. Tekanan darah pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi dengan tekanan darah. Metode: Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STT Wastukancana dengan desain penelitian cross sectional, melibatkan 82 subjek penelitian yang dipilih secara simple random sampling. Asupan kafein diukur menggunakan food frequency Questionnaire (FFQ) semi kuantitatif, kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), dan tekanan darah diukur menggunakan alat sphygnomanometer digital. Hubungan masing-masing variabel bebas dengan tekanan darah sistolik diuji menggunakan pearson product momment. Sedangkan hubungan variabel bebas dengan tekanan darah diastolik diuji menggunakan rank spearman. Uji multivariat menggunakan uji regresi linear ganda. Hasil: Sebagian besar subjek memiliki tekanan darah sistolik tinggi (61%) dan tekanan darah diastolik tinggi (74,4%). Asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi masing-masing memiliki hubungan dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Faktor-faktor yang berpengaruh meningkatkan tekanan darah sistolik adalah asupan kafein (B=0,12; p=0,004), kualitas tidur (B=1,36; p=0,001) dan status gizi (B=1,25; p=0,001). Buruknya kualitas tidur subjek pada penelitian ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan-gangguan baik saat sebelum tertidur ataupun pada saat tidur. Simpulan: Tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh asupan kafein, kualitas tidur dan status gizi.


2019 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 158
Author(s):  
Dea Dellyana Wahyutia Ady ◽  
Sri Sumarmi

Background: Sodium is one of the nutrients which is mandatory to be displayed in food packaging. High intake of sodium can increase the risk blood pressure elevation and hypertension. The habit of reading the nutrition label can affect in dietary intake, one of them is sodium.Objective: The purpose of this study was to analyze the association between the habit of reading the nutrition label and sodium intake in female adolescents.Methods: This study was a cross sectional study with citizens of  Modong Village, Tulangan Sub-district, Sidoarjo District with 70 participants. Sample collection used a simple random sampling method. Sodium intake data was collected through interview using Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Data of habit of reading the nutrition label were obtained through interview in reading nutrition label frequency. Statistical test performed was chi square test.Result: The results showed that there was a significant relationship between reading habit of nutrition fact with sodium intake among adult woman (p=0.023). Most respondents rarely read nutrition label (40%) and inadequate sodium intake (30%).Conclusion: The habit of reading nutrition label is significantly associated with sodium intake in female adolescents in Modong Village, Tulangan Sub-district, Sidoarjo District.ABSTRAK Latar Belakang: Natrium adalah salah satu zat gizi yang wajib ditampilkan di label pangan kemasan. Asupan tinggi natrium meningkatkan resiko peningkatan tekanan darah dan hipertensi. Kebiasaan membaca label gizi dapat berpengaruh terhadap asupan zat gizi, salah satunya natrium.Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebiasaan membaca label gizi dengan asupan natrium pada wanita dewasa.Metode: Penelitian cross sectional ini dilakukan pada populasi wanita dewasa di Desa Modong, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo dengan 70 orang responden. Teknik pengumpulan sampel menggunakan simple random sampling. Data asupan natrium didapatkan melalui wawancara menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Data kebiasaan membaca label gizi didapatkan melalui wawancara frekuensi membaca label gizi. Hubungan antara kebiasaan membaca label gizi dengan asupan natrium dianalisis menggunakan uji statistic uji chi square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan membaca label gizi dengan asupan natrium (p=0,023). Sebagian besar responden jarang membaca label gizi (40%) dan mengonsumsi natrium yang berlebih (30%).Kesimpulan: Kebiasaan membaca label gizi memiliki hubungan yang bermakna dengan asupan natrium wanita dewasa di Desa Modong, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 24-29
Author(s):  
Siti Santiaji Pursriningsih ◽  
Binar Panunggal

Latar Belakang : Hiperurisemia merupakan keadaan dimana kadar asam urat dalam darah di atas batas normal. Kadar asam urat dipengaruhi oleh asupan purin, vitamin C dan aktivitas fisik.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui hubungan asupan purin, vitamin C dan aktivitas fisik terhadap kadar asam urat pada remaja laki-laki. Metode : Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Jumlah subjek penelitian adalah 66 remaja laki-laki (usia 16-18 tahun) di SMA Negeri 2 Slawi. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data meliputi karakteristik subjek, asupan purin, vitamin C, aktivitas fisik, dan kadar asam urat. Asupan purin dan vitamin C diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan Food Frequency Semi Quantitative, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner aktivitas fisik selama 3 hari. Metode enzimatik PAP uricase digunakan untuk menganalisis kadar asam urat. Data dianalisis menggunakan uji Pearson. Hasil : Kadar asam urat sebagian besar subjek (94%) termasuk dalam kategori normal. Sebanyak 94% asupan purin subjek rendah, yaitu < 500 mg per hari, 64% asupan vitamin C subjek tinggi yaitu >60 mg per hari dan 53% subjek aktivitas fisik normal. Terdapat hubungan antara asupan purin, vitamin C dan aktivitas fisik terhadap kadar asam urat (p= 0,000).Simpulan : Terdapat hubungan bermakna antara asupan purin, vitamin C dan aktivitas fisik terhadap kadar asam urat pada remaja laki-laki.


2015 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 232-242
Author(s):  
Ade Mulyasari ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang : Hiperurisemia terjadi pada wanita setelah menopause akibat adanya penurunan kadar estrogen. Protein hewani diyakini sebagai penyebab peningkatan kadar asam urat dalam darah, sedangkan asupan zat gizi seperti asam folat, vitamin C dan kalsium memiliki efek urikosurik. Konsumsi cairan yang cukup dapat menurunkan kadar asam urat darah dengan berfungsi sebagai media pembuangan asam urat.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan asupan zat gizi seperti protein, asam folat, vitamin C, kalsium dan cairan dengan kadar asam urat darah wanita postmenopause.Metode : Penelitian observasional dengan jenis penelitian deskriptif analitik menggunakan metode cross sectional pada wanita postmenopause di Kelurahan Ngemplak Simongan dan Bongsari Kota Semarang. Subjek sebanyak 68 orang didapatkan dengan cara random sampling. Data IMT didapatkan melalui pengukuran antropometri, data asupan protein, vitamin C, asam folat serta kalsium diperoleh melalui wawancara menggunakan Semi-Quantitatives Food Frequency Questionnaire. Recall 24 jam dilakukan untuk mengetahui asupan cairan. Metode kolorimetri digunakan untuk menganalisis kadar asam urat darah. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Analisis bivariat menggunakan uji Korelasi, analisis multivariat menggunakan uji Regresi Linier Ganda.Hasil : Subjek hiperurisemia ditemukan sebanyak 8 orang (11,8%). Hampir keseluruhan asupan protein subjek lebih dari anjuran. Asupan asam folat dan vitamin C sebagian besar subjek cukup, sedangkan sebanyak 86,8% subjek memiliki asupan kalsium kurang. Asupan cairan sehari kurang dari 1500ml/hari ditemukan pada 57,4% subjek. Asupan protein hewani, vitamin C, kalsium dan cairan berhubungan dengan kadar asam urat darah (p < 0,05). Sementara hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa asupan protein hewani, vitamin C dan kalsium paling berpengaruh dengan kadar asam urat darah wanita postmenopause (Adjusted R Square = 0,298).Kesimpulan : Asupan protein hewani yang berlebih dan asupan vitamin C serta kalsium yang kurang, berhubungan dengan peningkatan kadar asam urat darah pada wanita postmenopause.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Mefa Hidayatul Rohmah ◽  
Ninna Rohmawati ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Status gizi pada remaja dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan mereka, kebiasaan sarapan dan jajan merupakan penyebab yang dapat mempengaruhi status gizi remaja seperti gizi kurang dan lebih. Kebiasaan meninggalkan sarapan dapat mempengaruhi asupan energi dan gizi sehingga menjadi kurang, yang dapat mengakibatkan siswa menjadi lemas, kurang konsentrasi, bahkan pingsan. Kebiasaan meninggalkan sarapan mengakibatkan siswa merasa lapar sehingga memicu siswa membeli jajan di sekolah, kebiasaan jajan yang berlebihan dapat mengakibatkan asupan yang berlebih sehingga terjadi kegemukan pada siswa yang dapat memicu penyakit degeneratif nantinya. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi siswa di SMP Negeri 14 Jember. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan observasional analitik dengan desain cross‒sectional. Jumlah sampel 82 siswa dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 14 Jember pada bulan Agustus 2019. Data kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, dan pengetahuan gizi menggunakan instrumen berupa angket, konsumsi energi dan pola sarapan serta makanan jajanan dengan wawancara recall 24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ). Data tinggi badan dan berat badan menggunakan microtoise dan bathroom scale digital. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p<0,05). Selain itu adanya hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi (p<0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan jajan dengan status gizi. 


2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 160-168
Author(s):  
Febrina Yollanda Maretha ◽  
Ani Margawati ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Di Indonesia, aplikasi pesan antar makanan online semakin populer di berbagai kelompok masyarakat termasuk mahasiswa. Aplikasi pesan antar makanan online dapat mempermudah membeli makanan karena pembeli dapat mengatur jenis, jumlah dan frekuensi makanannya sendiri. Aplikasi ini juga menyediakan berbagai makanan yang kurang sehat sehingga dapat berpengaruh pada frekuensi makan dan kualitas diet.Tujuan: Menganalisis hubungan penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan dan kualitas diet mahasiswa.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiwa Universitas Diponegoro sebanyak 70 orang yang dipilih melalui metode simple random sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah penggunaan aplikasi pesan antar makanan online, sedangkan variabel terikat adalah frekuensi makan dan kualitas diet. Variabel perancu penelitian ini adalah uang saku dan pengetahuan gizi. Data konsumsi makan diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) lalu dikonversi ke skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Data diuji dengan uji korelasi Rank Spearman.Hasil: Terdapat 97,1% subjek yang memiliki kualitas diet buruk.Tidak ada hubungan antara penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan utama (p= 0,162), frekuensi makan selingan (p= 0,751) dan kualitas diet (p= 0,869). Ada hubungan negatif yang signifikan antara uang saku dengan frekuensi makan utama (r= -0,297 ; p= 0,013).Simpulan: Tidak ada hubungan antara penggunaan aplikasi pesan antar makanan online dengan frekuensi makan dan kualitas diet. Preferensi pribadi dan ketersediaan makanan di sekitar tempat tinggal menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap frekuensi makan dan kualitas diet. 


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 54
Author(s):  
Vivilia Niken Hastuti ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti

Latar belakang: Asupan purin yang berlebihan menjadi salah satu faktor peningkatan kadar asam urat yang memicu hiperurisemia. Asupan protein total dan protein kedelai diduga terkait dengan hiperurisemia karena kandungan purinnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan protein total dan protein kedelai dengan kadar asam urat.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan subjek 62 wanita menopause yang diambil dengan cara simple random sampling. Data indeks massa tubuh didapatkan melalui pengukuran antropometri, data asupan diperoleh melalui wawancara semi-quantitative food frequency questionnaire. Analisis kadar asam urat menggunakan fotometri. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Pearson.Hasil: Subjek normourisemia sebanyak 96,8% dengan rerata kadar asam urat 3,7±0,67 mg/dl. Sebanyak 71% subjek mempunyai asupan protein kedelai berlebih namun hanya 17,8% dengan asupan protein total lebih. Tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan protein total dan protein kedelai dengan kadar asam urat dalam darah wanita menopause (p>0.05). Simpulan:Tidak terdapat hubungan antara asupan protein total dan protein kedelai dengan kadar asam urat.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Diajeng Dian Rahana Ningsih ◽  
Binar Panunggal ◽  
Adryan Pramono ◽  
Deny Yudi Fitranti

Latar belakang: Anemia pada anak memberikan dampak terhadap proses pertumbuhan, perkembangan dan kekebalan tubuh. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidak cukupan asupan zat gizi terutama zat besi dan protein. Ketidak cukupan asupan zat besi dan protein mengganggu proses pembentukan sel darah merah dan transportasi zat gizi ke seluruh tubuh. Asupan zat besi dan protein dapat diperoleh salah satunya dari menu makan pagi.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan protein dan kebiasaan makan pagi terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada anak usia 9 – 12 tahun.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (belah lintang). Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah anak usia 9 – 12 tahun sejumlah 62 siswa. Penelitian dilakukan di SD Islam Taqwiyatul Wathon, diwilayah kelurahan Tambaklorok, kecamatan Semarang Utara. Kadar hemoglobin dianalisis menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Data asupan zat gizi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) selanjutnya dianalisis menggunakan Nutrisurvey. Analisis data menggunakan uji Rank-Spearman. Hasil: Prevalensi status gizi subjek berdasarkan indikator IMT/U Sebanyak 50% underweight. Sebanyak 8,0% subjek tidak memiliki kebiasaan makan pagi. Rerata kadar Hemoglobin subjek pada penelitian ini yaitu sebesar 12,9±0,97g/dl. Rerata asupan protein subjek hanya sebesar 42,5±11,81 g/hari. Angka ini lebih kecil dari jumlah yang dianjurkan AKG yaitu 60 g/hari. Terdapat hubungan antara asupan protein, kebiasaan makan pagi dan kadar hemoglobin pada anak usia 9-12 tahun. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara asupan protein, makan pagi terhadap kadar hemoglobin pada anak usia 9-12 tahun.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document