The Analgesic Effect of Morphine and Dexmedetomidine Intravenous Patient-Controlled Analgesia method to Control Pain After Open Cardiac Surgery: A Randomized Control Trial

2015 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
Author(s):  
Iman Ghandi ◽  
Seyed Mostafa Alavi ◽  
Turaj Babaee ◽  
Behshid Ghadrdoost ◽  
Hooman Bakhshandeh ◽  
...  
Author(s):  
Vu Thi Thuc Phuong ◽  
Bui Duc Tam ◽  
Tran Cong Thanh

Pain after cardiac surgery is always an obsession of patients and a top concern of anesthesiologists. Experimental subjects challenged by acute pain and patients in chronic pain experience impairments in attention control, working memory, mental flexibility, problem solving, and information processing speed. The two most commonly used analgesia methods are patient-controlled analgesia (PCA) and erector spinea plane block (ESP). Our study aimed to compare the analgesic effect of ESP with PCA in patients after cardiac surgery using extracorporeal circulation and evaluate the disavantages of these two pain relief techniques. Subject and methods: This study was a randomized controlled intervention study of adult patients who underwent open-heart surgery patients with extracorporeal circulation from May 2020 to September 2021 in the Department of Anesthesiology and Intensive Care Unit - Hanoi Heart Hospital. Results: Two hundred and four (204) consecutive patients were collected, included 108 patients in the ESP group and 96 patients in the PCA group. The mean intraoperative fentanyl amount in the ESP group (0.57±0.50 mg) was lower than in the PCA group (1.00±0.00 mg) (p<0.05). The average VAS score when the patient was lying still and taking deep breaths at the time of assessment in both groups was below 3 (corresponding to low pain level) (p>0.05). The mean morphin consumption 24 hours after surgery was significantly lower in the ESP group (0,23±0,12 mg) than in the PCA group (17,92±3,32 mg) (p<0.05). The mean time after surgery in the ESP group (3.80±1.02 hours) and the PCA group (5.21±1.10 hours) had a clear difference between p<0.05. The mean time of extubation in the ESP group (8.06±1.60 hours) was statistically significantly lower than in the PCA group (8.83±1.43 hours) (p<0.05). The rate of nausea in the ESP group (20.98%) was lower than in the PCA group (58.33%) (p<0.05). Conclusion: Both methods had good analgesic effect with an average VAS score ≤ 3. The ESP group had a lower mean postoperative morphine consumption, a higher patient satisfaction level, and a lower rate of nausea, vomiting, and slow breathing statistically significant less than the PCA group.


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 35-43
Author(s):  
Thomas Thomas ◽  
Iwan Fuadi ◽  
Iwan Abdul Rachman

Nyeri pascabedah harus diatasi dengan baik menggunakan analgetik yang memiliki efek analgesia adekuat dengan efek samping minimal. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan nyeri pascabedah laparotomi kolesistekomi yang dinilai dengan numeric rating score (NRS) antara pasien yang menggunakan continuous intravenous patient controlled analgesia (IV-PCA) fentanil dan oksikodon. Penelitian dilakukan pada periode Agustus–November 2020 di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian randomized control trial (RCT) dilakukan terhadap 32 subjek status fisik ASA I–II yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat continuous IV-PCA fentanil 0,5 µg/kgBB/jam dan kelompok dengan continuous IV-PCA oksikodon 30 µg/kgBB/jam. Nyeri pascabedah dinilai dengan NRS pada jam pertama, ke-6, ke-12, dan ke-24. Analisis statistik data numerik dengan Uji Mann-Whitney, data kategorik dengan uji chi-square dan alternatif Uji Fisher’s Exact. Nilai NRS pada kelompok oksikodon lebih rendah dibanding dengan fentanil pada jam pertama hingga jam ke-24 (p=0,001). Kebutuhan rescue analgetik pada jam pertama dan ke-6 juga lebih rendah pada kelompok oksikodon (p=0,012; p=0,022, berurutan). Penelitian dengan rasio fentanil:oksikodon 1:60 ini tidak menunjukkan perbedaan efek samping kejadian mual, muntah, pusing, sakit kepala, dan pruritus antara kedua kelompok. Pemberian analgesia oksikodon intravena pada pasien pascabedah laparotomi kolesistektomi lebih baik dibanding dengan fentanil intravena.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 108-115
Author(s):  
Ulfah Nurrahmani ◽  
Noviyah

Pneumonia pasca operasi adalah komplikasi paling umum ketiga untuk semua prosedur bedah dan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. VAP terjadi pada 9-27% pasien dengan endotrakeal intubasi, menghasilkan peningkatan risiko 8 kali lipat kematian pada pasien yang menjalani operasi bedah jantung. Aspirasi bakteri dari saluran pencernaan bagian atas telah diidentifikasi sebagai mekanisme kunci dalam patogenesis VAP. Pencegahan pneumonia pasca operasi dihubungkan dengan optimalisasi kebersihan mulut mulai dari fase praoperasi hingga pascaoperasi. Tujuan mengetahui hubungan oral hygiene dengan penurunan kejadian pneumonia pasca operasi bedah jantung berdasarkan pada sumber literatur jurnal penelitian ilmiah terkait. Metode penelitian dengan melakukan pencarian terhadap hasil penelitian dari database seperti PubMed, sciencedirect, dan NCBI dengan menggunakan kata kunci oral hygiene, pneumonia, cardiac surgery. Studi yang digunakan kuantitatif dan kualitatif, serta artikel yang dipublikasikan sampai tanggal 30 Juni 2020 dengan metode penelitian menggunakan quasi experiment dan randomized control trial. Hasil penelusuran didapat 173 artikel dan dipilih 7 artikel yang memenuhi kriteria untuk dilakukan review. Berdasarkan hasil review didapatkan: Tingkat infeksi nosokomial secara keseluruhan menurun pada pasien yang mendapat intervensi oral hygiene. Pneumonia pasca operasi dapat dicegah dengan intervensi sederhana berupa oral hygiene, sikat gigi, dan kumur klorheksidine. Protokol kebersihan mulut dilaksanakan mulai 3 hari preoperasi sampai pasca operasi dengan menggunakan klorheksidine 0,12% atau 0,2% dan salep mupirocin intranasal 2% atau salep dengan kandungan klorheksidine 0,12%. Kesimpulan: Oral hygiene signifkan dalam pencegahan pneumonia pascaoperasi bedah jantung. Dengan optimalisasi kebersihan gigi, dapat meningkatkan keluaran hasil operasi bedah jantung


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document