The fact is that many young Javanese today do not know wayang characters, wayang stories, folk songs, and children's games. This proves the lack of appreciation of the younger generation for studying literature and culture in their region. They consider that regional literature is ancient and out of date. This causes regional literature and culture to gradually become extinct. Syi'ir Jawi Budi Utami is oral literature written by Kiai Djamal. This research was conducted as an effort to understand syi'ir Kiai Djamal by using the Levi-Strauss structuralism analysis which examines literary works not only from the literary field but also from the field of anthropology. The author focuses this research on two problem formulations, namely, why did Kiai Djamal write syi'ir Jawi Budi Utami and what is the structure of syir Jawi Budi Utami. The method used for data collection is documentation and is processed by descriptive-analytical methods. The purpose of this research is to enrich the discourse and insight into the study of the concept of Levi-Strauss structuralism as well as as a reference or preliminary review for the development of studies on the Sufistic syi'ir of Kiai Djamal in Levi-Strauss structuralism, on the one hand, the application of Levi-Strauss structuralism analysis to other objects. This research found that the principles of writing syi'ir Kiai Djamal consist of five episodes, namely: first Kiai Djamal introduces the phases of a Muslim, namely syari'ah, thoriqoh, and haqiqoh. The second episode of Kiai Djamal introduces one of the tarekat, namely the Syadziliyyah Tarekat, followed by the following chapters regarding the explanation of the Syadziliyyah Tarekat. The third episode is the Qodiriyah Order. The fourth episode is the Tarekat An-Naqsabandiyah in brief. The fifth episode is a continuous explanation of the previous chapter. This shows the structure of writing Syi'ir Kiai Djamal. Also, the researcher sees that the context in syi'ir Kiai Djamal is an unconscious reflection of Kiai Djamal with the discovery of signifier and signified, langue and parole, form and content and phonemes in syi'ir Kiai Sufistik Djamal.
Faktanya anak-anak muda Jawa saat ini banyak yang tidak mengenal tokoh-tokoh wayang, cerita wayang, lagu daerah, dan dolanan anak. Hal ini membuktikan kurangnya apresiasi generasi muda untuk mempelajari sastra dan budaya daerahnya sendiri. Mereka menganggap bahwa sastra daerah bersifat kuno dan ketinggalan zaman. Hal ini menyebabkan sastra dan budaya daerah lambat laun akan mengalami kepunahan. Syi’ir Jawi Budi Utami merupakan salah satu sastra lisan yang ditulis oleh Kiai Djamal. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk memahami syi’ir Kiai Djamal dengan menggunakan analisis strukturalisme Levi-Strauss yang mengkaji karya sastra tidak hanya dari bidang sastra saja tetapi juga dari bidang antropologi. Penulis memfokuskan penelitian ini pada dua rumusan masalah yaitu, mengapa Kiai Djamal menulis syi’ir Jawi Budi Utami dan bagaimana struktur dalam syir Jawi Budi Utami. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dokumentasi, dan diolah dengan metode deskriptif analitis. Tujuan penelitian ini adalah memperkaya wacana dan wawasan tentang kajian konsep strukturalisme Levi-Strauss serta sebagai referensi atau tinjauan awal untuk pengembangan kajian atas syi’ir sufistik Kiai Djamal dalam strukturalisme Levi-Strauss di satu sisi, aplikasi analisis strukturalisme Levi-Strauss terhadap objek lain. Penelitian ini menemukan bahwa prinsip penulisan syi’ir Kiai Djamal terdapat lima episode, yaitu: pertama Kiai Djamal memperkenalkan fase-fase seorang muslim yaitu syari’ah, thoriqoh dan haqiqoh. Episode kedua Kiai Djamal memperkenalkan salah satu tarekat yaitu Tarekat Syadziliyyah disusul bab-bab setelahnya mengenai penjelasan Tarekat Syadziliyyah. Episode ketiga adalah Tarekat Qodiriyah. Episode keempat adalah Tarekat An-Naqsabandiyah secara singkat. Episode kelima adalah penjelasan bab sebelumnya secara sambung menyambung. Hal ini menunjukkan struktur dari penulisan Syi’ir Kiai Djamal. Selain itu peneliti melihat bahwa konteks yang ada dalam syi’ir Kiai Djamal merupakan cerminan nirsadar dari Kiai Djamal dengan ditemukannya signifier dan signified, langue dan parole, form dan content serta fonem dalam syi’ir Kiai Sufistik Djamal.