scholarly journals Pengaruh Rizobakteri Penghasil Indole-3-Acetic Acid Terhadap Perkecambahan Biji Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

2021 ◽  
Vol 28 (2) ◽  
pp. 117-123
Author(s):  
Sutrisno Sutrisno

Rizobakteri penghasil Indole-3-Acetic Acid (IAA) berpotensi digunakan sebagai agen biostimulan tanaman padi untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rizobakteri penghasil IAA terhadap perkecambahan tanaman padi (Oryza sativa L.). Isolat rizobakteri penghasil IAA yang digunakan dalam penelitian ini telah diisolasi sebelumnya dengan kode KP2, KP6, KP9 dan KP14. Biji padi IR64 disterilisasi permukaannya dengan menggunakan larutan NaOCl 5%. Biji kemudian direndam dalam suspensi isolat dan dikecambahkan dalam petri dish steril. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan metode one-way analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut yaitu duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase perkecambahan tertinggi adalah kelompok perlakuan KP6 yaitu 98,67 ± 1,15 %. Perlakuan dengan isolat KP2 memiliki pengaruh terbesar terhadap panjang tunas yaitu 5,76 ± 0,77 cm. Panjang tunas kecambah dengan perlakuan KP2 dan KP6 berbeda nyata terhadap kontrol. Ukuran panjang akar tertinggi adalah 9,49 ± 0,41 cm dengan perlakuan isolat KP9. Panjang total kecambah dan indeks vigor pada semua perlakuan berbeda nyata dibandingkan kontrol dengan nilai tertinggi berturut-turut yaitu 9,48 ± 0,33 cm dan 935 ± 74 pada kelompok perlakuan KP2. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa isolat rizobakteri penghasil IAA pada penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan terhadap perkecambahan tanaman padi pada parameter panjang total dan indeks vigor kecambah padi.

2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 128 ◽  
Author(s):  
Skolastika Dara Sabatini ◽  
Rini Budihastuti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy

Padi beras merah (Oryza sativa L. var. indica) merupakan salah satu pangan fungsional. Selain kaya karbohidrat, beras merah juga mengandung antosianin sebagai antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi merah saat ini adalah pertumbuhan dan produksi yang masih rendah. Pertumbuhan dan produktivitas padi yang rendah, antara lain dapat disebabkan oleh ketersediaan Silika (Si) yang rendah. Lahan pertanian di Indonesia banyak mengalami leaching sehingga Si yang tersedia di tanah sawah tidak banding lurus dengan kandungan totalnya. Silika merupakan unsur yang memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya kelompok Gramineae seperti padi. Silika dibutuhkan tanaman monokotil akumulator yang dapat mendukung pertumbuhan karena dapat memperbaiki proses fotosintesis. Aplikasi penggunaan silika saat ini dikembangkan dalam bentuk nanosilika karena langsung mencapai target, dan dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pupuk nanosilika terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi pupuk nanosilika yaitu: P0 (0ml/L), P1 (2,5ml/L), P2 (5ml/L), P3 (7,5ml/L), P4 (10ml/L). Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertambahan tinggi tanaman serta jumlah anakan dari 10-40 HST. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian yang didapat adalah perlakuan pupuk nanosilika P1-P4 memberikan hasil peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang paling baik dan hasil tertinggi yaitu tinggi tanaman 106,40cm dan jumlah anakan 40,20 anakan. Pola pertumbuhan tinggi tanaman cenderung masih meningkat sampai 40 HST, namun pola pertumbuhan anakan vegetatif cenderung melambat pada 40 HST. Kata kunci : beras merah, pertumbuhan, nanosilika


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 81-89
Author(s):  
Skolastika Dara Sabatini ◽  
Rini Budihastuti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy ◽  
Agus Subagio

Silika (Si) merupakan unsur penting yang dibutuhkan terutama pada tumbuhan kelompok Poaceae (Gramineae) dalam mendukung pertumbuhan dan produksinya, termasuk tanaman padi (Oryza sativa L.). Padi beras merah merupakan salah satu sumber pangan fungsional karena mengandung antosianin sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi beras merah saat ini adalah produksi yang rendah, salah satunya disebabkan ketersediaan Silika (Si) yang terbatas dan cenderung menurun pada tanah sawah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk Nanosilika pada produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk Nanosilika yang diberikan  (P0:0ml/L, P1:2,5 ml/L, P2: 5 ml/L, P3: 7,5 ml/L, P4: 10 ml/L). Paramater yang diukur: panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, persentase gabah hampa, berat gabah per rumpun, jumlah gabah per 1g, serta kandungan antosianin. Analisis data menggunakan Analysis of Variance dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan Nanosilika (P1 sampai P4) berpengaruh pada peningkatan produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang tertinggi pada produksi dan kandungan antosianin tanaman padi beras merah.


2017 ◽  
Author(s):  
Agung Sugiharto ◽  
Dwi Rahmawati ◽  
FNU Prayitno

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu benih di lahan salin yaitu melalui penggunaan metode ratun dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan mutu benih padi ratun yang tercekam salinitas dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2015 di Desa Suco, Kecamatan Mumbul Sari Jember dan Laboratorium Teknologi Benih Politeknik Negeri Jember. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah cekaman Salinitas (S) yang terdiri dari 5 taraf, S1 = tanpa cekaman (kontrol), S2 = cekaman salinitas 1000 ppm, S3 = cekaman salinitas 2000 ppm, S4 = cekaman salinitas 3000 ppm, S5 = cekaman salinitas 4000 ppm. Faktor kedua inokulasi bakteri sintetik Synechoccocus sp. (B), yang terdiri dari 2 taraf, B1 = tanpa inokulasi bakteri (kontrol), B2 = Inokulasi sintetik Synechoccocus sp. Data dianalisis menggunakan uji F (ANOVA) dan dilanjutkan dengan perhitungan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukan perlakuan salinitas 1000 ppm (S2) menghasilkan jumlah anakan ratun produktif tertinggi yaitu 19,33 anakan. Cl- mempunyai fungsi utama dalam reaksi fotosintesis sehingga cekaman salintas pada perlakuan 1000 ppm (S2) dapat ditoleran oleh tanaman padi varietas Ciherang pada fase vegetatif. Pemberian Bakteri (B) Synechococcus sp. mampu menghasilkan tunas ratun tertinggi pada fase vegetatif yaitu 40,10 cm. Interaksi dari dua perlakuan menunjukan hasil yang nyata pada parameter jumlah gabah bernas yaitu cekaman salinitas 4000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S5) menghasilkan gabah bernas yang paling tinggi sebesar 99,06 butir. Inokulasi tanaman dengan Synechococcus sp. mampu meningkatkan kandungan nitrogen dan kandungan klorofil dalam jaringan tanaman. Interaksi antara cekaman salinitas 1000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S2) menghasilkan produksi per Ha yang paling tinggi yaitu 1,389 ton dan potensi produksi per Ha tertinggi yaitu 1.66 ton/ha.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
Poovarasan Neelakandan ◽  
Chiu-Chung Young ◽  
Asif Hameed ◽  
Yu-Ning Wang ◽  
Kui-Nuo Chen ◽  
...  

AbstractTea leaves possess numerous volatile organic compounds (VOC) that contribute to tea’s characteristic aroma. Some components of tea VOC were known to exhibit antimicrobial activity; however, their impact on bacteria remains elusive. Here, we showed that the VOC of fresh aqueous tea leaf extract, recovered through hydrodistillation, promoted cell division and tryptophan-dependent indole-3-acetic acid (IAA) production in Pseudomonas sp. NEEL19, a solvent-tolerant isolate of the tea phylloplane. 1-octanol was identified as one of the responsible volatiles stimulating cell division, metabolic change, swimming motility, putative pili/nanowire formation and IAA production, through gas chromatography-mass spectrometry, microscopy and partition petri dish culture analyses. The bacterial metabolic responses including IAA production increased under 1-octanol vapor in a dose-dependent manner, whereas direct-contact in liquid culture failed to elicit such response. Thus, volatile 1-octanol emitting from tea leaves is a potential modulator of cell division, colonization and phytohormone production in NEEL19, possibly influencing the tea aroma.


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 90-97 ◽  
Author(s):  
Srikrishna LATHA ◽  
Deepak SHARMA ◽  
Gulzar S. SANGHERA

The nature and magnitude of heterosis and combining ability was studied in 18 F1 hybrids involving three CMS lines and six testers using line × tester analysis. The analysis of variance for combining ability of all the traits showed that variances due to treatments, parents, hybrids were highly significant. The line ‘CRMS 32A’ and testers viz. ‘Super rice-8’, ‘R 1099-2569-1-1’ and ‘Jitpiti’ were identified as good general combiners. The significant differences between lines x testers interaction indicates that SCA attributed heavily in the expression of these traits and demonstrates the importance of dominance or non additive variances for all the traits. The hybrid ‘CRMS 32A’/‘R 1099-2569-1-1’ and ‘APMS 6A’/‘Super rice-8’ were promising for grain yield. The magnitude of relative heterosis, heterobeltiosis and standard heterosis were also estimated for different characters. A high degree of relative heterosis was observed for grain yield (20.45- 82.37%) in the hybrids viz., ‘CRMS 32A’/‘Super rice-8’, ‘APMS 6A’/‘Super rice-8’, ‘APMS 6A’/‘Jitpiti’ and ‘CRMS 32A’/‘R 1099-2569-1-1’. While, a higher degree of: heterobeltiosis (13.60 -68.37%) was observed for grain yield in the hybrids viz., ‘CRMS 32A’/‘Super rice-8’, ‘CRMS 32A’/‘R 1099-2569-1-1’, ‘APMS 6A’/’Super rice-8’ and ‘APMS 6A’/’Jitpiti’. A high degree of standard heterosis was observed for grain yield in the hybrid ‘CRMS 32A’/‘R 1099-2569-1-1’. The hybrid ‘CRMS 32A’/ ‘R 1099-2569-1-1’ recorded a high degree of relative heterosis (62.01%), heterobeltiosis (57.35%) and standard heterosis (15.05 and 25.51% over check hybrids, ‘Mahamaya’ and ‘Indirasona’, respectively) that can be tested on yield trials for its further testing over locations.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Ahmad Khanafi ◽  
Yafizham Yafizham ◽  
Didik Wisnu Widjajanto

The objective of this research was to investigate the effectiveness of combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer on the growth and production of two varieties of rice. The experiment was assigned in a completely randomized design of factorial pattern. The first factor was the combination of bio-slurry and NPK fertilizer that consisted of P0 = no added fertilizer (control) 0 ton/ha, P1 = NPK fertilizer 550 kg/ha (165 kg N, 33 kg P, 45 kg K); P2 = bio-slurryfertilizer 2.3 tons/ha (45 kg N, 14 kg P, 23 kg K) and NPK fertilizer 400 kg/ha (120 kg N, 24 kg P, 32 kg K); P3 = bio-slurryfertilizer 4.6 tons/ha (90 kg N, 28 kg P, 46 kg K) and NPK fertilizer 250 kg/ha (75 kg N, 15 kg P, 20 kg K); P4 = bio-slurry fertilizer 5.9 tons/ha (115 kg N, 36 kg P, 59 kg K) and NPK fertilizer 100 kg/ha (30 kg N, 6 kg P, 8 kg K); and P5 = bio-slurryfertilizer 8.5 tons/ha (165 kg N, 52 kg P, 85 kg K). The second factor was varieties of rice that consisted of V1 : IR-64 and V2 : Ciherang. Each treatment was repeated three times. Parameters observed were plant height, number of tillers, weight of 1.000 grains, and rice production. Data were analyzed using ANOVA and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer were significantlyaffect (p <0.05)all observation parameters, while varieties of wetland rice did not show significant effect on all observation parameters (p<0.05). The application of bio-slurry fertilizer in single treatment or in either combination with NPK fertilizer had the same result with the treatment of NPK fertilizer on the growth and yield of rice. Keywords: rice, fertilizer combination, bio-slurry fertilizer, NPK fertilizer


Author(s):  
Matthew Chidozie Ogwu ◽  
Aiwansoba Raymond Osas ◽  
Osawaru Moses Edwin

Watermelon, <em>Citrullus lanatus </em>(Thunberg) Matsumura and Nakai is a tropical fruit vegetable. Indole-3-acetic acid (IAA) is a popular phytohormone while lead (Pb) is a common environmental pollutant in urban and sub-urban centers. <em>C. lanatus</em> were obtained from Benin City with a view to study the effects of IAA on their germination in Pb polluted environment.  Germination percentage without IAA and Pb treatment in petri dish was significant after ten days. Hastened germination was observed when IAA and lead were used. About 100 % germination was recorded after seven days. This suggests that water melon seeds can initiate growth even in lead polluted environment. Optimum level of 5 ppm IAA with the different levels of lead treatments may be recommended. Most important was that higher concentrations of Pb in the control (without IAA) did not inhibit seedling shoot nor root growth. Longest seedling shoot length (cm) was 10.33 ± 1.24 and 12.13 ± 2.06 on the seventh and eighth day respectively with the combined treatment levels of 1 ppm IAA and 15 ppm Pb. On the ninth day, 15.27 ± 0.96 was obtained from 1 ppm IAA and 20 ppm Pb. Longest seedling root length (cm) values were recorded from the combined treatment levels of 0 ppm IAA and 10 ppm Pb for the seventh (9.10 ± 0.47) and ninth (10.37 ± 1.81) day respectively and 0 ppm and 15 ppm Pb on the eighth (9.37 ± 0.84) day. Significant means were also obtained with the treatment level of 0 and 20 ppm IAA. This present study suggest the germination of <em>C. lanatus</em> under Pb polluted environment may be rescued with optimum IAA.


2021 ◽  
Vol 53 (6) ◽  
Author(s):  
Iqtidar Hussain ◽  
Abdul Aziz Khakwani ◽  
Imam Bakhsh ◽  
Ejaz Ahmad Khan ◽  
Sheheryar Sheheryar

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Makmur Makmur ◽  
Harli A. Karim ◽  
Hasanuddin K ◽  
Suryadi Suryadi

Tanaman  padi merupakan tanaman penting dan strategis di Indonesia. Kebutuhan pangan khususnya beras mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah curah hujan. Produktivitas rata-rata tanaman padi berkisar 5,14 t /ha.  Padahal, potensi produktivitas tanaman padi dapat mencapai 10-11 t/ha.  Salah satu penyebabkan rendahnya produktivitas tersebut adalah sistem tanam yang belum tepat. Upaya yang bisa diakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menguji berbagai sistem tanam yang sering digunakan petan.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai sistem tanam ( SRI, Jajar Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tabela dan Hambur) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nepo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar selama ± 4 bulan dimulai dari  Mei-Juli 2020 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok  yang terdiri dari faktor sistem tanam dengan 6 perlakuan yaitu System Rice Intensification (SRI), Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tanam Benih Langsung dan Hambur. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga ada 18 petak penelitian. Analisis statistik dilakukan dengan uji F pada taraf nyata 5 %. Jika F hitung lebih besar dari F tabel 5 %, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan vegetatif dan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, Panjang malai, jumlah gabah permalai, berat gabah 1000 biji, hasil perpetak dan Hasil per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tabela menunjukkan rata-rata tinggi tanaman terbaik pada umur 45 HST dan 60 HST. Padi yang ditanam menggunakan legowo menghasilkan produktivitas  13.07 ton/ha. Hasil tersebut merupakan hasil tertinggi diabandingkan dengan sistem tanaman lainnya yaitu tegel (12.60 ton/ha), hazton (12.08 ton/ha), sistem SRI (11.67 ton/ha), tabela (9.91ton/ha) dan hambur (8.56 ton/ha).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document