Produksi dan Mutu Benih Padi (Oryza sativa L.) Ratun dengan Aplikasi Bakteri Synechococcus sp. pada Berbagai Salinitas Media

Author(s):  
Agung Sugiharto ◽  
Dwi Rahmawati ◽  
FNU Prayitno

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan mutu benih di lahan salin yaitu melalui penggunaan metode ratun dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan mutu benih padi ratun yang tercekam salinitas dengan penambahan bakteri sintetik Synechoccocus sp. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2015 di Desa Suco, Kecamatan Mumbul Sari Jember dan Laboratorium Teknologi Benih Politeknik Negeri Jember. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK) dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah cekaman Salinitas (S) yang terdiri dari 5 taraf, S1 = tanpa cekaman (kontrol), S2 = cekaman salinitas 1000 ppm, S3 = cekaman salinitas 2000 ppm, S4 = cekaman salinitas 3000 ppm, S5 = cekaman salinitas 4000 ppm. Faktor kedua inokulasi bakteri sintetik Synechoccocus sp. (B), yang terdiri dari 2 taraf, B1 = tanpa inokulasi bakteri (kontrol), B2 = Inokulasi sintetik Synechoccocus sp. Data dianalisis menggunakan uji F (ANOVA) dan dilanjutkan dengan perhitungan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukan perlakuan salinitas 1000 ppm (S2) menghasilkan jumlah anakan ratun produktif tertinggi yaitu 19,33 anakan. Cl- mempunyai fungsi utama dalam reaksi fotosintesis sehingga cekaman salintas pada perlakuan 1000 ppm (S2) dapat ditoleran oleh tanaman padi varietas Ciherang pada fase vegetatif. Pemberian Bakteri (B) Synechococcus sp. mampu menghasilkan tunas ratun tertinggi pada fase vegetatif yaitu 40,10 cm. Interaksi dari dua perlakuan menunjukan hasil yang nyata pada parameter jumlah gabah bernas yaitu cekaman salinitas 4000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S5) menghasilkan gabah bernas yang paling tinggi sebesar 99,06 butir. Inokulasi tanaman dengan Synechococcus sp. mampu meningkatkan kandungan nitrogen dan kandungan klorofil dalam jaringan tanaman. Interaksi antara cekaman salinitas 1000 ppm dengan inokulasi bakteri (B2S2) menghasilkan produksi per Ha yang paling tinggi yaitu 1,389 ton dan potensi produksi per Ha tertinggi yaitu 1.66 ton/ha.

2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 188
Author(s):  
Ahmad Khanafi ◽  
Yafizham Yafizham ◽  
Didik Wisnu Widjajanto

The objective of this research was to investigate the effectiveness of combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer on the growth and production of two varieties of rice. The experiment was assigned in a completely randomized design of factorial pattern. The first factor was the combination of bio-slurry and NPK fertilizer that consisted of P0 = no added fertilizer (control) 0 ton/ha, P1 = NPK fertilizer 550 kg/ha (165 kg N, 33 kg P, 45 kg K); P2 = bio-slurryfertilizer 2.3 tons/ha (45 kg N, 14 kg P, 23 kg K) and NPK fertilizer 400 kg/ha (120 kg N, 24 kg P, 32 kg K); P3 = bio-slurryfertilizer 4.6 tons/ha (90 kg N, 28 kg P, 46 kg K) and NPK fertilizer 250 kg/ha (75 kg N, 15 kg P, 20 kg K); P4 = bio-slurry fertilizer 5.9 tons/ha (115 kg N, 36 kg P, 59 kg K) and NPK fertilizer 100 kg/ha (30 kg N, 6 kg P, 8 kg K); and P5 = bio-slurryfertilizer 8.5 tons/ha (165 kg N, 52 kg P, 85 kg K). The second factor was varieties of rice that consisted of V1 : IR-64 and V2 : Ciherang. Each treatment was repeated three times. Parameters observed were plant height, number of tillers, weight of 1.000 grains, and rice production. Data were analyzed using ANOVA and continued with Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). The results showed that the combination of bio-slurry fertilizer and NPK fertilizer were significantlyaffect (p <0.05)all observation parameters, while varieties of wetland rice did not show significant effect on all observation parameters (p<0.05). The application of bio-slurry fertilizer in single treatment or in either combination with NPK fertilizer had the same result with the treatment of NPK fertilizer on the growth and yield of rice. Keywords: rice, fertilizer combination, bio-slurry fertilizer, NPK fertilizer


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 128 ◽  
Author(s):  
Skolastika Dara Sabatini ◽  
Rini Budihastuti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy

Padi beras merah (Oryza sativa L. var. indica) merupakan salah satu pangan fungsional. Selain kaya karbohidrat, beras merah juga mengandung antosianin sebagai antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi merah saat ini adalah pertumbuhan dan produksi yang masih rendah. Pertumbuhan dan produktivitas padi yang rendah, antara lain dapat disebabkan oleh ketersediaan Silika (Si) yang rendah. Lahan pertanian di Indonesia banyak mengalami leaching sehingga Si yang tersedia di tanah sawah tidak banding lurus dengan kandungan totalnya. Silika merupakan unsur yang memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya kelompok Gramineae seperti padi. Silika dibutuhkan tanaman monokotil akumulator yang dapat mendukung pertumbuhan karena dapat memperbaiki proses fotosintesis. Aplikasi penggunaan silika saat ini dikembangkan dalam bentuk nanosilika karena langsung mencapai target, dan dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pupuk nanosilika terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi pupuk nanosilika yaitu: P0 (0ml/L), P1 (2,5ml/L), P2 (5ml/L), P3 (7,5ml/L), P4 (10ml/L). Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan pola pertambahan tinggi tanaman serta jumlah anakan dari 10-40 HST. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian yang didapat adalah perlakuan pupuk nanosilika P1-P4 memberikan hasil peningkatan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang paling baik dan hasil tertinggi yaitu tinggi tanaman 106,40cm dan jumlah anakan 40,20 anakan. Pola pertumbuhan tinggi tanaman cenderung masih meningkat sampai 40 HST, namun pola pertumbuhan anakan vegetatif cenderung melambat pada 40 HST. Kata kunci : beras merah, pertumbuhan, nanosilika


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Makmur Makmur ◽  
Harli A. Karim ◽  
Hasanuddin K ◽  
Suryadi Suryadi

Tanaman  padi merupakan tanaman penting dan strategis di Indonesia. Kebutuhan pangan khususnya beras mengalami peningkatan setiap tahunnya. Salah satu unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah curah hujan. Produktivitas rata-rata tanaman padi berkisar 5,14 t /ha.  Padahal, potensi produktivitas tanaman padi dapat mencapai 10-11 t/ha.  Salah satu penyebabkan rendahnya produktivitas tersebut adalah sistem tanam yang belum tepat. Upaya yang bisa diakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menguji berbagai sistem tanam yang sering digunakan petan.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai sistem tanam ( SRI, Jajar Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tabela dan Hambur) terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nepo Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar selama ± 4 bulan dimulai dari  Mei-Juli 2020 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok  yang terdiri dari faktor sistem tanam dengan 6 perlakuan yaitu System Rice Intensification (SRI), Legowo 2:1, Hazton, Tegel, Tanam Benih Langsung dan Hambur. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga ada 18 petak penelitian. Analisis statistik dilakukan dengan uji F pada taraf nyata 5 %. Jika F hitung lebih besar dari F tabel 5 %, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT). Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan vegetatif dan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, Panjang malai, jumlah gabah permalai, berat gabah 1000 biji, hasil perpetak dan Hasil per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tabela menunjukkan rata-rata tinggi tanaman terbaik pada umur 45 HST dan 60 HST. Padi yang ditanam menggunakan legowo menghasilkan produktivitas  13.07 ton/ha. Hasil tersebut merupakan hasil tertinggi diabandingkan dengan sistem tanaman lainnya yaitu tegel (12.60 ton/ha), hazton (12.08 ton/ha), sistem SRI (11.67 ton/ha), tabela (9.91ton/ha) dan hambur (8.56 ton/ha).


Author(s):  
Yulia Sartika ◽  
Auzar Syarif ◽  
Indra Dwipa

Aims: The research aimed to study the interaction between Jajar Legowo method and silica fertilizer doses to growth and yield of rice. Study Design: Factorial design in Completely randomized design Place and Duration of Study: The research was conducted in farmer’s rice field in Linggo Sari Baganti, Pesisir Selatan, West Sumatera, Indonesia from July to Oktober 2020. Methodology: Factorial design with 2 factors in completely randomized design was used in the research. The first factor was Jajar Legowo method that consisted of 3 degrees (2:1, 3:1 dan 4:1) and the second factor was silica fertilizer doses that consisted of 4 degrees (0 ml/L, 5 ml/L, 10 ml/L and 15 ml/L). The data was analysed using F test 5% and continued by Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) 5% Results: Generally, the interaction between Jajar legowo method and silica fertilizer did not affect the production of rice plant. But, for single factor both jajar legowo method and silica application affected the growth of rice plant Conclusion: The production per hectare of rice plant was lower than description so that this method should be improved to obtain the better result.


2020 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Siti Nurjanah ◽  
Dewi Ratna Nurhayati ◽  
Siswadi Siswadi

Research on "Study of Manure on Growth and Yield of White Glutinous Rice (Oryza Sativa L. var. Glutinosa)" has been carried out from November 11th, 2019 to March 2th, 2020 in Donoudan Village, Ngemplak District, Boyolali Regency, the height of the place around 150 masl and the type of soil grumusol. This study uses a Complete Randomized Block Design (RAKL) with a single factor consisting of 10 kinds of treatments and repeated 3 times. Consisting D0, A1, A2, A3, K1, K2, K3, S1, A2, A3. Obsevation was carried out by taking 8 sample plants at each treatment. Data from this study were analyzed with the Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) at 5%, the parameters observed included plant height, number of tillers per family, leaf color, panicle length of number of productive tillers, weight of grain harvest per plot, weight of grain harvest per clump, and weight of 1000 grains. The results of the research, it was shown that the application of manure affected the length of panicle, the number of productive tillers, the weight of dried grains per clump, the weight of unhulled rice per plot and the weight of 1000 grains. The use of chicken manure with a dose of 4,5 kg/plot gave the highest yield of grain weight per plot which was 1820,90 grams (8,67 tons/ha), had a significant effect with control without manure (increase of 38,73) but not significant effect by providing treatmen of cow manure and goat manure. 


2016 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Eni Yulianingsing ◽  
HL Susilawati ◽  
Prihasto Setyanto

<p><em>Expansion of agricultural land is needed to accomplish the future national food demand. Expansion of agricultural land has been focused on marginal land such as peatland</em><em>. </em><em>The studies was carried out at IAERI experimental farm and used 12 microplots with each have a dimension of 1,5 m x 1,5 m x 1 m and was filled with peat from South Kalimantan. Amelioration treatments such as dolomite (Ca-rock), volcanic ash, peat fertilizer, Fe fertilizer, nitrification inhibitor and control were established as treatments to the microplots, after amelioration, the plots was planted by Inpara 2 rice cultivar. Data of the result was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and Duncant Multiple Range Test (DMRT). The result showed that the highest net carbon from non ameliorant (control) and the lowest from volcanic ash. </em><em>Net carbon highet at non ameliorant (control) </em><em>3785 </em><em>kg-C/ha followed dolomite, Fe fertilizer, NI (nitrification inhibitor), </em><em>peatland fertilizer</em><em> and volcanic ash i.e 3238; 2082; 1574; 1439 and -712 kg-C/ha</em><strong><em></em></strong></p>


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 99-106
Author(s):  
Yummama Karmaita

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi dengan penerapan sistem tanam padi konvensional, padi tanam sebatang (PTS), sistem tanam jajar legowo 2:1, dan sistem tanam hazton. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga terdapat 20 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 5 sampel.Perlakuan terdiri dari: A = Kontrol (sistem tanam konvensional), B = Sistem Tanam Padi Tanam Sebatang (PTS), C = Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1, dan D = Sistem Tanam Teknologi Hazton. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan uji F dari hasil analisa bila F hitung 5% > F tabel 5% dilanjutkan dengan uji Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif) dan pertumbuhan generatif (Panjang malai, berat 1000 bulir, dan hasil gabah basah panen per ha). Hasil penelitian yang didapatkan dari keempat sistem tanam yang diterapkan, penanaman dengan sistem tanam jajar legowo 2:1  dan PTS memberikan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman, pembentukan jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, dan hasil gabah basah panen per ha. Hasil gabah basah panen per ha pada sistem tanam jajae legowo 2:1 adalah sebesar 15,60 ton dan PTS sebesar 12,60 ton.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Tri Kusumastuti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil beberapa varietas padi pada berbagai frekuensi penyiraman dengan MOL rebung. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas PGRI Yogyakarta pada bulan Maret – Juli 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari dua faktor yaitu varietas padi yang terdiri dari tiga aras yaitu Ciherang, IR 64 dan Situ Bagendit dan frekuensi penyiraman dengan MOL rebung yang terdiri dari tiga aras yaitu seminggu sekali, 2 minggu sekali dan 3 minggu sekali. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada jenjang nyata 5 % dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan menggunakan uji jarak berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Situ Bagendit dengan penyiraman MOL rebung 3 minggu sekali memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.).


2021 ◽  
Vol 28 (2) ◽  
pp. 117-123
Author(s):  
Sutrisno Sutrisno

Rizobakteri penghasil Indole-3-Acetic Acid (IAA) berpotensi digunakan sebagai agen biostimulan tanaman padi untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rizobakteri penghasil IAA terhadap perkecambahan tanaman padi (Oryza sativa L.). Isolat rizobakteri penghasil IAA yang digunakan dalam penelitian ini telah diisolasi sebelumnya dengan kode KP2, KP6, KP9 dan KP14. Biji padi IR64 disterilisasi permukaannya dengan menggunakan larutan NaOCl 5%. Biji kemudian direndam dalam suspensi isolat dan dikecambahkan dalam petri dish steril. Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan metode one-way analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut yaitu duncan’s multiple range test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase perkecambahan tertinggi adalah kelompok perlakuan KP6 yaitu 98,67 ± 1,15 %. Perlakuan dengan isolat KP2 memiliki pengaruh terbesar terhadap panjang tunas yaitu 5,76 ± 0,77 cm. Panjang tunas kecambah dengan perlakuan KP2 dan KP6 berbeda nyata terhadap kontrol. Ukuran panjang akar tertinggi adalah 9,49 ± 0,41 cm dengan perlakuan isolat KP9. Panjang total kecambah dan indeks vigor pada semua perlakuan berbeda nyata dibandingkan kontrol dengan nilai tertinggi berturut-turut yaitu 9,48 ± 0,33 cm dan 935 ± 74 pada kelompok perlakuan KP2. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa isolat rizobakteri penghasil IAA pada penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan terhadap perkecambahan tanaman padi pada parameter panjang total dan indeks vigor kecambah padi.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 81-89
Author(s):  
Skolastika Dara Sabatini ◽  
Rini Budihastuti ◽  
Sri Widodo Agung Suedy ◽  
Agus Subagio

Silika (Si) merupakan unsur penting yang dibutuhkan terutama pada tumbuhan kelompok Poaceae (Gramineae) dalam mendukung pertumbuhan dan produksinya, termasuk tanaman padi (Oryza sativa L.). Padi beras merah merupakan salah satu sumber pangan fungsional karena mengandung antosianin sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia. Kendala budidaya padi beras merah saat ini adalah produksi yang rendah, salah satunya disebabkan ketersediaan Silika (Si) yang terbatas dan cenderung menurun pada tanah sawah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk Nanosilika pada produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk Nanosilika yang diberikan  (P0:0ml/L, P1:2,5 ml/L, P2: 5 ml/L, P3: 7,5 ml/L, P4: 10 ml/L). Paramater yang diukur: panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, persentase gabah hampa, berat gabah per rumpun, jumlah gabah per 1g, serta kandungan antosianin. Analisis data menggunakan Analysis of Variance dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test dengan taraf signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan Nanosilika (P1 sampai P4) berpengaruh pada peningkatan produksi dan kandungan antosianin padi beras merah. Perlakuan P4 (10ml/L) memberikan pengaruh yang tertinggi pada produksi dan kandungan antosianin tanaman padi beras merah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document