scholarly journals PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP MUTU FISIOLOGIS BENIH BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor) SETELAH MENJALANI PENYIMPANAN

2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Hixkia J. Marpaung ◽  
Eko Pramono ◽  
Muhammad Kamal

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis bahan organik yang berbeda pada mutu fisiologis benih tiga varietas sorgum.Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014. Perlakuan disusun secara faktorial dalam Rancangan Petak Terbagi (Split plot Design) yang diulang tiga kali sebagai ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang sapi (B) yang terdiri atas 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2) dan 15 t ha -1 (b3) dan anak petak adalah varietas tanaman sorgum (G) yang terdiri dari varietas Numbu (g1), Keller (g2), Wray (g3). Benih yang telah dipanen dari setiap kombinasi perlakuan di uji viabilitasnya dengan metode Uji Kertas digulung (UKD). Pengujian mutu fisiologis benih dilakukan pada saat setelah panen sebelum disimpan, tiga bulan setelah disimpan, dan lima bulan disimpan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis bahan organik 15 t ha -1 menghasilkan mutu fisiologis benih sorgum lebih tinggi daripada tanpa bahan organik. Varietas Numbu menghasilkan benih dengan mutu fisiologis yang lebih tinggi daripada varietas Keller dan varietas Wray terutama setelah benih disimpan selama 3 dan 5 bulan. Pemberian bahan organik 15 t ha -1 menunjukkan peningkatan mutu fisiologis benih sorgum pada varietas Numbu dan Keller.

2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 407
Author(s):  
RM Ulin Nadhif ◽  
F X Susilo ◽  
M Syamsoel Hadi ◽  
Purnomo Purnomo

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh genotipe tanaman sorgum dan pengaruh pola tanam terhadap kelimpahan kumbang kubah predator pada tanaman sorgum. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Maret sampai Agustus 2017. Perlakuan disusun dalam rancangan petak terbagi (split plot design) dengan 3 ulangan (blok).  Petak utama adalah pola tanam (monokultur vs tumpangsari) dan anak petak adalah genotipe sorgum (15 genotipe). Data dianalisis ragam (taraf nyata 0,01) dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 0,05. Genotipe sorgum berpengaruh nyata terhadap kelimpahan kumbang kubah predator coccinellidae (genotipe Talaga Bodas memiliki kelimpahan kumbang kubah tertinggi dan Numbu dengan kelimpahan kumbang kubah terendah). Pola tanam tidak bepengaruh terhadap kelimpahan kumbang kubah predator. Interaksi antara genotipe sorgum dan pola tanam terjadi pada pengamatan ke lima (7 MST), pada pengamatan ini kelimpahan kumbang kubah predator ditemukan pada GH-6 monokultur.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 351
Author(s):  
Agnes Ratnasari ◽  
Efri Efri ◽  
Muhammad Syamsoel Hadi ◽  
Hasriadi Mat Akin

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui ketahanan 15 genotipe sorgum yang ditanam pada dua sistem tanam berbeda yaitu monokultur dan tumpangsari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2017- Februari 2018 di Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Perlakuan disusunmenggunakan rancangan acak kekompok dalam Split Plot Design dengan faktor utama adalah sistem pola tanam (tumpangsari, monokultur), dan anak petak adalah 15 genotipe sorgum (Numbu, Samurai 1, GH3, UPCA, GH4, P/I WHP, GH6, Super 2, GH13, P/F 51-93-C, Super 1, GH5, Mandau, GH7 dan TalagaBodas). Monokultur sorgum ditanam pada jarak 80 cm x 20 cm. Tumpangsari sorgum ubikayu dilakukan dengan cara menanam sorgum di antara tanaman ubikayusehingga jarak tanam sorgum tetap 80 cm x 20 cm, sedangkan jarak tanam ubikayu 80 cm x 60 cm, baik sorgum maupun ubikayu ditanam secara bersamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari lebih efektif untuk menekan intensitas penyakit antraknosa. Pada penelitian ini intensitas penyakit antraknosa terhadap 15 genotipe sorgum yang diamati dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Genotipe Numbu, GH3, Talaga Bodas, Super 1, dan Mandau adalah genotipe dengan intensitas penyaki terendah dibandingkan genotipe Samurai 1, UPCA, GH4, P/I WHP, GH13, P/F 5-193-C, GH5, GH6 dan GH7 . Genotipe Samurai 1, UPCA, GH4, P/I WHP, GH13, P/F 5-193-C, GH5, GH6 dan GH7 adalah genotipe yang intensitas penyakitnya lebih rendah dibandingkan genotipe Super 2. Dan genotipe Super 2 adalah genotipe dengan intnsitas penyakit antraknosa tertinggi.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 523
Author(s):  
M. Eldhino Mardhitiar Alayubie ◽  
F X Susilo ◽  
M Syamsoel Hadi ◽  
Lestari Wibowo

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh genotipe tanaman sorgum dan pola tanam sorgum (tumpangsari versus monokutur) terhadap tingkat serangan hama kutu daun pada tanaman sorgum.  Pada plot-plot percobaan dilakukan 1) penanaman tumpangsari tanaman sorgum-ubikayu, 2) penggunaan 15 genotipe sorgum, dan 3) pengamatan terhadap serangan hama kutu daun pada tanaman sorgum.  Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Maret sampai Agustus 2017.  Perlakuan disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (split plot design) dengan petak utama adalah pola tanam (tumpangsari dan monokultur) dan anak petak adalah 15 genotipe sorgum, dengan tiga ulangan (blok).  Data dianalisis ragam (taraf nyata 0,01 atau 0,05), dilanjutkan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 0,05.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe sorgum berpengaruh nyata terhadap serangan hama kutu daun.  Genotipe GH-13 rentan terhadap serangan kutu daun.Genotipe GH-3, GH-7, Super 2, P/F 5-193C, dan Talaga Bodas ketahanannya sedang cenderung rentan terhadap serangan kutu daun.  Genotipe yang tahan terhadap serangan kutu daun yaitu P/I WHP.  Genotipe GH-4, GH-5, GH-6, Samurai 1, Super 1, Numbu, Mandau, dan UPCA ketahanannya sedang cenderung tahan terhadap kutu daun.Selain itu terlihat bahwa pola tanam tumpangsari dan monokultur berpengaruh nyata terhadap serangan kutu daun yakni pola tanam tumpangsari dapat menurunkan serangan kutu daun pada tanaman sorgum.


2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Novri Novri ◽  
Muhammad Kamal ◽  
Sunyoto Sunyoto ◽  
Kuswanta Futas Hidayat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis bahan organik yang diaplikasikan pada tanaman sorgum pertama terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ratoon I, pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ratoon I yang terbaik pada tiga varietas yang dicoba, dan mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik yang diaplikasikan pada tanaman sorgum pertama dengan tiga varietas yang dicoba terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ratoon I. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2013. Perlakuan disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak percobaanyang digunakan pada penelitian ini berukuran 4m x 4 m. Tiap satu satuan percobaan seluas 16 m dengan jarak tanam 80x20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; Perlakuan dosis bahan organik 15 ton/ha menghasilkan bobot biji/malai sorgum ratoon I tertinggi yaitu 45,64 g/tanaman atau setara 285,25 g/m2 2; Varietas Numbu menunjukkan hasil bobot biji/ malai sorgum ratoon I tertinggi yaitu 55,37 g/tanaman atau setara 346,06 g/m sedangkan, varietas Wray menghasilkan bobot brangkasan basah tertinggi, yaitu 0,54 kg/tanaman atau setara 3,37 kg/m2 2 ; dan Kombinasi antara dosis bahan organik dan varietas sorgum yang tepat untuk menghasilkan bobot brangkasan basah tertinggi adalah dosis bahan organik 5 ton/ha dengan varietas Wray yaitu 0,54 kg/tanaman atau setara 3,37 g/m2.


2017 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 342
Author(s):  
Rizal Mahdi Kurniawan ◽  
Heni Purnamawati ◽  
Yudiwanti Wahyu E. K

<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem tanam alur dan pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan di KP Leuwikopo IPB Dramaga, Bogor pada bulan Februari - Juni 2013. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu sistem tanam alur sebagai petak utama dan jenis pupuk sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam alur meningkatkan daya hasil pada produktivitas biji kering, produktivitas polong kering, dan bobot kering biji per tanaman lebih baik dibandingkan sistem tanam konvensional. Hal tersebut ditunjukkan dengan perlakuan sistem tanam alur yang memiliki produktivitas 2.93 ton/ha polong kering, sedangkan sistem tanam konvensional sebesar 2.55 ton/ha polong kering. Sistem budidaya kacang tanah pada sistem tanam alur dapat meningkatkan efisiensi tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang telah diberikan baik pupuk organik maupun anorganik, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah menjadi lebih baik. Pemberian jenis pupuk kandang ayam + Dolomit + NPK memberikan respon terhadap pertumbuhan dan  daya hasil rata-rata tanaman yang lebih baik dibandingkan jenis pupuk lainnya.</em></p>


2019 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 507-513
Author(s):  
FN Kamarum Munira ◽  
Md. Parvez Anwar ◽  
Sabina Yeasmin ◽  
Md. Harun Or Rashid ◽  
Mst Farzana Rahman ◽  
...  

The experiment was conducted at the Agronomy Field Laboratory, Bangladesh Agricultural University, Mymensingh during July to November 2016 to investigate the performance of separated tillers of hybrid rice variety Dhani Gold. The experiment comprised three times of tiller transplantation viz. 3, 4 and 5 week aged tiller seedlings and four levels of number of tiller seedlings transplanted hill-1 viz. 2, 3, 4 and 5 tiller seedlings hill-1 laid out in a split plot design with 3 replications. The highest plant height was obtained when 3-week aged tiller seedlings were transplanted at the rate of 3 tiller seedlings hill-1. The highest number of total tillers hill-1 and number of effective tillers hill-1 were found when 3-week aged tiller seedlings were transplanted with 5 tiller seedlings hill-1. The highest grains panicle-1 was obtained when 4-week aged tiller seedlings were transplanted with 5 tiller seedlings hill-1. The highest grain yield was found when 3-week aged tiller seedlings were transplanted with 5 tiller seedlings hill-1. The lowest grain yield was found when 5-week aged tiller seedlings were transplanted with 2 tiller seedlings hill-1 in hybrid rice variety Dhani Gold. Based on the findings of the present study it may be concluded that 3-week old tiller seedlings of Dhani Gold should be transplanted at the rate of 4 or 5 tiller seedlings hill-1 for higher yield. Thus present study confirms the potentiality of growing hybrid rice from separated tillers in case of unavailability of seedlings or to minimize the seed cost of high value hybrid rice seeds. J Bangladesh Agril Univ 17(4): 507–513, 2019


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document