Respon Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur dan Pemberian Jenis Pupuk

2017 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 342
Author(s):  
Rizal Mahdi Kurniawan ◽  
Heni Purnamawati ◽  
Yudiwanti Wahyu E. K

<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem tanam alur dan pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan di KP Leuwikopo IPB Dramaga, Bogor pada bulan Februari - Juni 2013. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu sistem tanam alur sebagai petak utama dan jenis pupuk sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam alur meningkatkan daya hasil pada produktivitas biji kering, produktivitas polong kering, dan bobot kering biji per tanaman lebih baik dibandingkan sistem tanam konvensional. Hal tersebut ditunjukkan dengan perlakuan sistem tanam alur yang memiliki produktivitas 2.93 ton/ha polong kering, sedangkan sistem tanam konvensional sebesar 2.55 ton/ha polong kering. Sistem budidaya kacang tanah pada sistem tanam alur dapat meningkatkan efisiensi tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang telah diberikan baik pupuk organik maupun anorganik, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah menjadi lebih baik. Pemberian jenis pupuk kandang ayam + Dolomit + NPK memberikan respon terhadap pertumbuhan dan  daya hasil rata-rata tanaman yang lebih baik dibandingkan jenis pupuk lainnya.</em></p>

2017 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 342-350
Author(s):  
Rizal Mahdi Kurniawan ◽  
Heni Purnamawati ◽  
Yudiwanti Wahyu E. K

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sistem tanam alur dan pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Penelitian dilaksanakan di KP Leuwikopo IPB Dramaga, Bogor pada bulan Februari - Juni 2013. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan perlakuan terdiri dari dua faktor, yaitu sistem tanam alur sebagai petak utama dan jenis pupuk sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem tanam alur meningkatkan daya hasil pada produktivitas biji kering, produktivitas polong kering, dan bobot kering biji per tanaman lebih baik dibandingkan sistem tanam konvensional. Hal tersebut ditunjukkan dengan perlakuan sistem tanam alur yang memiliki produktivitas 2.93 ton/ha polong kering, sedangkan sistem tanam konvensional sebesar 2.55 ton/ha polong kering. Sistem budidaya kacang tanah pada sistem tanam alur dapat meningkatkan efisiensi tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang telah diberikan baik pupuk organik maupun anorganik, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah menjadi lebih baik. Pemberian jenis pupuk kandang ayam + Dolomit + NPK memberikan respon terhadap pertumbuhan dan  daya hasil rata-rata tanaman yang lebih baik dibandingkan jenis pupuk lainnya.


1970 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 34-42
Author(s):  
Rini Susanti ◽  
Astri Afriani ◽  
Fitra Syawal Harahap

Pengolahan tanah terlalu sering dapat menyebabkan tanah menjadi lebih gembur dan terbuka dalam waktu lama, sehingga meningkatkan laju evapotranspirasi dan mengurangi daya pegang tanah terhadap air. mengurangi daya pegang tanah terhadap air. Pemberian pupuk hayati yang mengandung mikoriza merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. bermikoriza merupakan pupuk yang mampu bersimbiosis dengan perakaran tanaman dan berfungsi untuk meningkatkan ketersedian PH Tanah dan P dalam tanah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan penelitian tentang uji efektifitas pupuk hayati berbasis mikoriza arbuskula dalam meningkatkan Total Mikroba ketesersedian P dan meningkatkan pertumbuhan tanaman Penelitian dilaksanakan dikebun Pembibitan Balai Benih Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Medan pada titik Koordinat N 98042’23,7” dan E 3030’28,3” dengan ketinggian ± 20 m diatas permukaan laut dimulai dari bulan April 2008 sampai dengan Mei 2018. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) yang terdiri dari 3 faktor yaitu Faktor Pengolahan Tanah sebagai anak petak yang terdiri dari 3 taraf : No Tillage (T0), Minimum Tillage (T1), Full Tillage (T2), Faktor inokulasi Mikoriza sebagai anak petak terdiri dari 2 taraf : tanpa inokulasi Mikoriza (M0), ipnokulasi Mikoriza (M1). Faktor Varietas sebagai anak-anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu : Varietas Lokal (V1). Varietas gajah (V2) dan Varietas kancil (V3). Hasil Penelitian Untuk mengetahui pengolahan tanah dan pengaruh mikoriza serta kombinasi yang terbaik dari sistem pengolahan, penambahan mikoriza dan varietas kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang terbaik bagi peningkatan pH tanah, C-organik, P-tersedia, Bahan Organik Serta Total Mikroba Tanah.


2020 ◽  
Vol 11 (6) ◽  
pp. 585-589
Author(s):  
Imnatemjen Aier ◽  
◽  
D. Nongmaithem ◽  

A field experiment was conducted in the Experimental Research Farm of School of Agricultural Sciences and Rural Development (SASRD), Nagaland University during the kharif season 2018. Groundnut variety ICGS-76 was sown @ 70 kg ha-1 for 60×20 cm2 spacing. The experiment was laid in split plot design with three replications. The main plot treatments consisted of two lime levels: lime @ 0 t ha-1 and lime @ 3 t ha-1 while the sub- plot treatments consisted of five sulphur levels: sulphur @ (0 kg ha-1, 10 kg ha-1, 20 kg ha-1, 30 kg ha-1 and 40 kg ha-1 along with recommended dose of fertilizer at 20:60:40 kg N, P2O5 and K2O ha-1 respectively in the form of diammonium phosphate and murate of potash. The results showed that application of lime @ 3 t ha-1 gave higher growth and yield attributes compared to no lime and also application of sulphur @ 40 kg ha-1 gave higher growth and yield attributes compared to lower doses of sulphur though there was only slight increase in the attributes between each successive doses of sulphur. Overall application of lime and sulphur increased all the yield attributes of groundnut, where the highest number of pods plant-1, seeds pod-1, 100 kernels weight, pod yield, kernel yield and stover yield were recorded when treatment was done with lime @ 3 t ha1 and sulphur @ 40 kg ha-1.


Author(s):  
Ekta Joshi ◽  
D.S. Sasode ◽  
R.S. Sikarwar ◽  
Varsha Gupta ◽  
B.S. Kasana

An experiment was conducted during kharif season of 2016 and 2017 at College of Agriculture, Gwalior. To optimise plant population and fertility levels an experiment was laid out in split plot design, replicated thrice in fixed plots and the test variety of the crop groundnut (Mallika) was used. The plant geometry of 30 × 10 cm, 25 × 10 cm and 20 × 10 cm was adopted with three fertility levels as 75, 100 and 125% recommended dose of fertilizers. The yield and economics were increased by optimization of plant geometry and nutrient management under kharif groundnut. Sowing of crop at 30×10 cm spacing resulted in 7.3 and 4.3 % higher pod yield over 25×10 cm and 20×10 cm spacing, respectively and 3.0 % higher haulm yield over 25×10 cm. Similarly, application of 125% RDF resulted in 3.0 and 9.3 % higher pod yield over 100% RDF and 75% RDF, respectively but application of 100% RDF resulted in 18.6% higher haulm yield over 75% RDF and was at par with 125 % RDF application. The highest gross, net returns and B:C ratio was obtained at the spacing of 30×10 cm with 125% RDF.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Ahmadi Suriadi ◽  
Fitria Zulhaedar ◽  
Moh. Nazam

Peanuts (Arachis hypogaea L.) are the second main commodity in the annual cropping pattern in lowland and dryland in North Lombok District of NTB Province. However, peanut productivity is still low, and it varies across regions, which might be due to the traditional crop management of farmers and the difference in land suitability classes. Effects of  crop varieties and land suitability on the peanut productivity have not been evaluated in the Region. Thus, this study aimed to evaluate the productivity and profitability of peanut varieties at various land classification in KLU NTB. The experiment was arranged in a Split Plot Design consisting of three classes of land suitability as main plot and six peanut varieties as sub-plot with three replications. The results showed that the land suitability classes have a significant effect on the agronomic variables of peanut varieties, including plant height, number of branches, number of pods and productivity. The highest peanut yield was obtained at suitable land class (S1), followed by moderately suitable land class (S2) and marginally suitable land class (S3) at 2.37 ton.ha-1, 2.08 ton.ha-1 and 1.71 ton.ha-1, respectively. Likewise, the R/C ratio follows a similar pattern to productivity in various land suitability classes. The highest yield (above 2 ton.ha-1) in each land suitability class was produced by Kelinci variety, followed by Tuban, Bima and Talam varieties. Those varieties have potential prospective to be developed in North Lombok Regency.


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Sasmoyo Adi Nugroho ◽  
Heni Purnamawati ◽  
Yudiwanti Wahyu

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan umur panen tiga varietas kacang tanah (Arachis hypogea L.) berdasarkan akumulasi satuan panas. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan Maret hingga Juni 2014. Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu varietas (sebagai petak utama) dan waktu panen (sebagai anak petak) yang disusun petak terbagi (split plot) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Domba, Badak, dan Panther mulai berbunga pada 24 HST. Varietas Badak dan Panther mencapai 50% populasi tanaman berbunga dengan akumulasi satuan panas 528.2 0Cd pada umur panen 30 HST, sedangkan varietas Domba mencapai 50% populasi tanaman berbunga dengan akumulasi satuan panas 562.7 0Cd pada saat 32 HST. Varietas Domba dan Panther dengan akumulasi panas 1764.2 0Cd pada umur panen 100 HST, sedangkan varietas Badak di panen pada akumulasi satuan panas 1851.4°Cd dengan umur panen 105 HST.


2016 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Sasmoyo Adi Nugroho ◽  
Heni Purnamawati ◽  
Yudiwanti Wahyu

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan umur panen tiga varietas kacang tanah (Arachis hypogea L.) berdasarkan akumulasi satuan panas. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan Maret hingga Juni 2014. Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu varietas (sebagai petak utama) dan waktu panen (sebagai anak petak) yang disusun petak terbagi (split plot) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Domba, Badak, dan Panther mulai berbunga pada 24 HST. Varietas Badak dan Panther mencapai 50% populasi tanaman berbunga dengan akumulasi satuan panas 528.2 0Cd pada umur panen 30 HST, sedangkan varietas Domba mencapai 50% populasi tanaman berbunga dengan akumulasi satuan panas 562.7 0Cd pada saat 32 HST. Varietas Domba dan Panther dengan akumulasi panas 1764.2 0Cd pada umur panen 100 HST, sedangkan varietas Badak di panen pada akumulasi satuan panas 1851.4°Cd dengan umur panen 105 HST.


2020 ◽  
Vol 47 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
A.M. Fulmer ◽  
T.B. Brenneman ◽  
R.C. Kemerait ◽  
R. Macajoux ◽  
D.A. Carroll ◽  
...  

ABSTRACT Late leaf spot (Cercosporidium personatum) and peanut rust (Puccinia arachidis) are the most important diseases of peanut (Arachis hypogaea L.) in Haiti. Traditional Haitian peanut varieties are not only susceptible to these diseases but are also typically grown without benefit of a fungicide program. Five trials were conducted from 2015 to 2017 to evaluate the performance of six Valencia varieties in Quartier-Morin, Haiti (with an additional trial in 2017 at the Central Plateau) with respect to yield, resistance to rust and leaf spot diseases, and response to a fungicide program. A split-plot design with four or six replications was used in these studies. In each, “variety” was the whole plot and presence or absence of a fungicide program was the subplot. Valencia market types 309 Red, 309 Tan, M2, M3, SGV0801 and a local landrace were compared with and without Muscle ADV (tebuconazole + chlorothalonil, Sipcam) (2.3 L/ha) applied at 45, 60 and 75 days after planting (DAP). Final disease ratings (late leaf spot and peanut rust) were assessed approximately 94 DAP and plots were harvested the day following. In all trials, 309 Tan variety had the least amount of leaf spot and rust, but resulted in the lowest yield in four out of five trials, averaging 1727 kg/ha across fungicide treatments. M3, M2 and 309 Red were generally the numerically highest-yielding varieties, averaging 2906, 2864 and 2541 kg/ha across fungicide treatments, respectively, but were not statistically higher than the local Haitian Valencia, averaging 2374 kg/ha. Three fungicide applications during the season significantly increased yields in most trials for all varieties except 309 Tan. The highest and lowest average increase in yield from fungicide was for 309 Red (1126 kg/ha) and 309 Tan (103 kg/ha), respectively. The results from this study conducted over 2 years and 4 seasons document that while resistance to late leaf spot and rust is available in Valencia varieties, yield potential is not directly associated with that resistance. Also, use of fungicide improves yield potential in more susceptible varieties.


2015 ◽  
Vol 38 (6) ◽  
Author(s):  
R. S. Meena ◽  
R. S. Yadav

A field study was conducted to evaluate the date of sowing of groundnut (<italic>Arachis hypogaea</italic> L.) during <italic>kharif</italic> 2009 and 2010. Experiment was laid out in split-plot design by assigned dates of sowing (20 April, 15 May, 9 June and 4 July) and varieties (‘HNG 10’ and ‘TG 37A’ ) in main plots and four fertility levels (without fertilizers, 20 N + 40 P<sub>2</sub>O<sub>5</sub>, 30 N + 60 P<sub>2</sub>O<sub>5</sub> and 40 N + 80 P<sub>2</sub>O<sub>5</sub> kg /ha) in sub-plots. Yield components of semi-spreading variety ‘HNG 10’ were statistically at par with each other at different dates of sowing from 20 April to 9 June. Harvest index in both the varieties was observed significantly higher in 4 July sowing. The results of the study showed that significantly higher crop stand at harvest was observed in 9 June and 4 July sowing than all other sowing dates and variety ‘TG 37A’ flowered significantly earlier than ‘HNG10’. Significantly higher yields were recorded in 30 kg N+60 kg P<sub>2</sub>O<sub>5</sub> /ha which was statistically at par with 40 kg N+80 kg P<sub>2</sub>O<sub>5</sub> /ha. On the basis of economics, variety ‘HNG 10’ of groundnut recorded significantly higher net re urn ( 61843/ha) when sown on 9 June.


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Ahmad Rozak

<p>Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah di lahan salin, telah diilakukan di Pesisir Pantai Sicepit Desa Kasepuhan Batang. Rancangan percobaan yang digunakan Rancangan Split Plot yang terdiri atas 2 faktorial dengan 3 kali ulangan. Data dianalisis dengan uji F dan jika terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %. Faktor pertama dosis pupuk kandang sebagai sub plot: tanpa dosis, dosis pupuk kandang 10 ton/ha, dosis pupuk kandang 20 ton/ha, dan dosis pupuk kandang 30 ton/ha, faktor kedua jarak tanam sebagai main plot: jarak tanam 40 x 10 cm, jarak tanam 40 x 20 cm, dan jarak tanam 40 x 30 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bintil akar efektif, dan bobot polong isi per tanaman berbeda nyata jumlah bunga ginofor, jumlah polong isi per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Dosis pupuk kandang optimum adalah 20 ton/ha (D2). Perlakuan jarak tanam berbeda sangat nyata terhadap jumlah bintil akar efektif berbeda nyata tinggi tanaman, bobot segar brangkasan, dan bobot biji kering per petak. Jarak tanam yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah di lahan salin adalah 40 x 20 cm (J2). Interaksi dosis pupuk kandang dan jarak tanam berbeda sangat nyata terhadap jumlah bintil akar efektif berbeda nyata tinggi tanaman dan jumlah polong isi per tanaman. Interaksi terbaik dicapai pada dosis pupuk kandang 20 ton/ha dan jarak tanam 40 x 20 cm.</p><p> </p><p>Kata Kunci: kacang tanah, dosis pupuk kandang, jarak tanam, lahan salin</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document