ANALISIS DETERMINAN KEMISKINAN DI PULAU JAWA DENGAN MODEL REGRESI SPASIAL

2021 ◽  
pp. 97
Author(s):  
Suparna Parwodiwiyono

Kemiskinan masih menjadi masalah serius di berbagai negara dan menjadi tujuan utama dari agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Kemiskinan juga masih menjadi perhatian di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Hanya saja tingkat kemiskinan di Pulau Jawa bervariasi antar kabupaten/kota. Strategi penanggulangan kemiskinan akan lebih efektif bila mempertimbangkan faktor geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan determinan kemiskinan pada tingkat kabupaten/kota di Pulau Jawa dengan menggunakan model regresi spasial. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku Data dan Informasi Kemiskinan tahun 2019 yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik. Tingkat kemiskinan kabupaten/kota tampak dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan kabupaten/kota di sekitarnya atau terdapat ketergantungan spasial. Model Spatial Autoregressive Regression (SAR) lebih sesuai digunakan dalam menentukan determinan tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Pulau Jawa. Sedangkan faktor non spasial yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Pulau Jawa adalah persentase penduduk miskin yang berpendidikan rendah (tamat SLTP ke bawah) dan persentase penduduk miskin yang bekerja di kegiatan informal. Tingginya persentase penduduk miskin yang tamat SLTP atau di bawahnya dan persentase penduduk miskin yang bekerja di kegiatan informal akan menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di suatu kabupaten/kota di Pulau Jawa. Oleh karena itu rekomendasi pada pemerintah kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya relatif tinggi bahwa peningkatan taraf pendidikan penduduk miskin diperlukan untuk mendukung penurunan persentase kemiskinan di suatu kabupaten/kota, paling tidak sampai tingkat SLTA. Selain itu peningkatan pekerjaan yang bersifat formal perlu didorong perkembangannya, hal ini mengingat kegiatan formal akan lebih terjamin kelayakan pekerjaannya.

Author(s):  
Muhammad Irfan Rizki ◽  
Teguh Ammar Taqiyyuddin

Kemiskinan merupakan salah satu  permasalahan global yang terjadi di semua negara berkembang termasuk negara Indonesia. Pengentasan kemiskinanan menjadi prioritas utama dalam tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), dimana pengentasan kemiskinan menjadi tujuan pertama yang ingin dicapai.  Kemiskinana juga menjadi salahsatu permasalahan yang menjadi isu salahsatu isu strategis RPJMD tahun 2018-2023 yang menjadi pusat perhatian pemerintah khususnya di Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Data kemiskinan tiap-tiap kabupaten/kota memiliki tingkat yang berbeda -beda, sehingga terdapat kemungkinan adanya efek spasial dalam data. Maka pemodelan harus mengakomodasi aspek spasial kemudian terbatasnya variabel yang dilibatkan karena keterbatasan data tentunya menimbulkan oomited variabel atau varaiebel yang relevan namun tidak ada dalam model maka digunakan pendekatan fixed effect model dalam mengatasi masalah tersebut. Sehingga pemodelan yang digunakan adalah Spatial Autoregressive Fixed Effact model ( SAR-FEM). Hasil penelitian ini didapatkan bahwa Variabel Tingkat pengangguran terbuka, Indkes pembangunan Manusia dan persentase penduduk berpengaruh signifikan terhadap Tingginya tingkat kemiskina di Provinsi Jawa Barat. Model spatial lag fixed effect yang terbentuk dapat menjelaskan besarnya keragaman dari Tingkat Kemiskinan yang dapat dijelaskan oleh variabel prediktor sebesar 98.88% sedangkan 1.116% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model.


2019 ◽  
Vol 227 (2) ◽  
pp. 139-143 ◽  
Author(s):  
Alex Sandro Gomes Pessoa ◽  
Linda Liebenberg ◽  
Dorothy Bottrell ◽  
Silvia Helena Koller

Abstract. Economic changes in the context of globalization have left adolescents from Latin American contexts with few opportunities to make satisfactory transitions into adulthood. Recent studies indicate that there is a protracted period between the end of schooling and entering into formal working activities. While in this “limbo,” illicit activities, such as drug trafficking may emerge as an alternative for young people to ensure their social participation. This article aims to deepen the understanding of Brazilian youth’s involvement in drug trafficking and its intersection with their schooling, work, and aspirations, connecting with Sustainable Development Goals (SDGs) 4 and 16 as proposed in the 2030 Agenda for Sustainable Development adopted by the United Nations in 2015 .


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 86-91
Author(s):  
DESSY ANGRAINI ◽  
Iza Ayu Saufani

Era SDGs (sustainable development goals) merupakan kelanjutan program MDGs (Millenium Development Goals) memiliki tujuan bersama yang universal untuk memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan yang berkelanjutan, salah satu tujuannya adalah menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. Pentingnya ketersediaan air bersih bagi kehidupan masyarakat dapat memberikan pengaruh penting terhadap kesehatan masyarakat,sehingga air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air. Berdasarkan informasi wali jorong palupuah mengatakan bahwa sumber air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari secara fisik berwarna, terdapat endapan pada penampungan air, dan belum pernah diuji keamananya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaanair bersih di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh KabupatenAgam.Penelitian ini merupakan penelitian observasional survey dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sampel penelitian berjumlah 74 KK ditentukan dengan teknik proportionate stratified random sampling dan analisis data dilakukan dengan univariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden di jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat mayoritas berusia 25-45 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir adalah tamat SMA. Berdasarkan hasil survey rata-rata jumlah anggota keluarga di jorong Palupuah berjumlah 3 orang (32,4%), dan mayoritas responden bekerja sebagai IRT dengan tingkat penghasilan keluarga rata-rata Rp.1.500.000.Terdapat lima sumber air baku utama yang dijadikan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat jorong dan sebagian besar sumber air yang digunakan berasal dari sumber mata air (71.8%). Selain itu, masih ada sebagian masyarakat yang mengeluhkan penyaluran air yang tidak lancar (35,1%). Serta masih ada 41.9% yang mengatakan tidak mudah mendapatkan air bersih. Kualitas air bersih yang disalurkan di Jorong Palupuah termasuk dalam kategori baik. Namun, sebagian besar masyarakat tidak menggunakan PDAM dan sumber air yang digunakan sangat tidak menunjang untuk dikonsumsi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document