ANALISIS DETERMINAN KEMISKINAN DI PULAU JAWA DENGAN MODEL REGRESI SPASIAL
Kemiskinan masih menjadi masalah serius di berbagai negara dan menjadi tujuan utama dari agenda Sustainable Development Goals (SDGs). Kemiskinan juga masih menjadi perhatian di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Hanya saja tingkat kemiskinan di Pulau Jawa bervariasi antar kabupaten/kota. Strategi penanggulangan kemiskinan akan lebih efektif bila mempertimbangkan faktor geografis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan determinan kemiskinan pada tingkat kabupaten/kota di Pulau Jawa dengan menggunakan model regresi spasial. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buku Data dan Informasi Kemiskinan tahun 2019 yang telah dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik. Tingkat kemiskinan kabupaten/kota tampak dipengaruhi oleh tingkat kemiskinan kabupaten/kota di sekitarnya atau terdapat ketergantungan spasial. Model Spatial Autoregressive Regression (SAR) lebih sesuai digunakan dalam menentukan determinan tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Pulau Jawa. Sedangkan faktor non spasial yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Pulau Jawa adalah persentase penduduk miskin yang berpendidikan rendah (tamat SLTP ke bawah) dan persentase penduduk miskin yang bekerja di kegiatan informal. Tingginya persentase penduduk miskin yang tamat SLTP atau di bawahnya dan persentase penduduk miskin yang bekerja di kegiatan informal akan menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di suatu kabupaten/kota di Pulau Jawa. Oleh karena itu rekomendasi pada pemerintah kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya relatif tinggi bahwa peningkatan taraf pendidikan penduduk miskin diperlukan untuk mendukung penurunan persentase kemiskinan di suatu kabupaten/kota, paling tidak sampai tingkat SLTA. Selain itu peningkatan pekerjaan yang bersifat formal perlu didorong perkembangannya, hal ini mengingat kegiatan formal akan lebih terjamin kelayakan pekerjaannya.