scholarly journals APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN ALTERNATIF SISTEM MOLD MH14024 BOBBIN HORN DI PT MITSUBA INDONESIA

2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Sri Lestari ◽  
Desy Rosarina ◽  
Eko Hariyanto

MH14-024 Bobbin Horn adalah sebuah produk untuk komponen Horn atau klakson yang diproduksi oleh PT. Mitsuba Indonesia. Produk ini diproduksi dengan proses injection molding dengan sistem cold runner, yaitu proses produksi injection molding yang menghasilkan barang dengan kualitas bagus, tapi masih disertai runner. Runner ini yang dilihat oleh PT. Mitsuba Indonesia suatu hal yang sia-sia, karena tidak mempunyai nilai jual dan bahkan memerlukan suatu proses yang bernama crusher, supaya runner tersebut bisa kembali digunakan sebagai bahan campuran pada proses injection berikutnya. PT. Mitsuba Indonesia terus mengembangkan proses produksi untuk terus meningkatkan produktifitas, salah satunya dengan mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini, proses produksi dengan menggunakan mesin injection molding ada beberapa pengembangan sistem, yaitu sistem mini runner dan sistem hot runner. Yang masing-masing memiliki nilai lebih dari sistem yang sebelumnya. Pada penelitian ini, penulis mempelajari data-data hasil kuesioner seorang responden ahli dan kemudian dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan keputusan dalam menentukansistem mold pada MH14-024 Bobbin Horn. Hasil dari semua perhitungan dibuat rangkuman dan dievaluasi sehingga mendapatkan nilai prioritas alternatif tertinggi sebesar 0.6648 untuk sistem hot runner yang dipilih sebagai keputusan yang akan diambil untuk pembuatan mold MH14-024 Bobbin Horn. Kata Kunci : MH14-024 Bobbin Horn, Injection molding, AHP, Kriteria, Alternatif.

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Istna Mar`atul Khusna ◽  
Novita Mariana

Abstrak— Bibit merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan budidaya tanaman padi. Budidaya tanaman padi dimulai dari memilih bibit tanaman yang berkualitas karena bibit termasuk objek utama yang dikembangkan pada budidaya selanjutnya. Bibit sebagai pembawa gen dari induknya yang akan menentukan sifat dari tanaman setelah berproduksi dan untuk mendapatkan bibit padi yang berkualitas dapat diperoleh dari memilih dan menentukan bibit yang berasal dari induk berkualitas. Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya padi. Bibit yang berkualitas mampu beradaptasi, memiliki pertumbuhan yang cepat serta seragam, tumbuh lebih cepat, tahan hama dan tinggi nilai produktivitasnya. Untuk mendapatkan bibit padi berkualitas, petani sering mengalami kesulitan. Berdasarkan kesulitan yang dialami petani, maka akan dibangun sebuah sistem pendukung keputusan untuk membantu petani memutuskan bibit yang akan ditanam sesuai dengan kondisi lingkungan tanam dengan mempertimbangkan beberapa aspek kriteria. Dalam mengatasi masalah pemilihan bibit padi tersebut dibuat sebuah program sistem pendukung keputusan agar memudahkan informasi dan rekomendasi kepada petani padi tentang bibit yang berkualitas. Dengan menggunakan dua metode yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Penentuan bobot kriteria dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), sedangkan untuk tahap perankingan dikerjakan dengan menggunakan metode TOPSIS. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah padi berkualitas dari lima alternatif yang sudah ditetapkan, yaitu: Sunggal, Inpari32, Ciherang, IR64, Situbagendit. Sistem menghasilkan nilai preferensi tertinggi yaitu 0,858 pada padi Sunggal di urutan pertama dan  0,767 pada padi Inpari32 diurutan kedua. Jadi dari hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan bibit padi berkualitas yang cocok ditanam di di desa sambongbangi yaitu Sunggal dan Inpari32..Kata Kunci : Bibit Padi, DSS, TOPSIS, AHP, Kualitas Bibit Padi


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 88 ◽  
Author(s):  
Aji Sasongko ◽  
Indah Fitri Astuti ◽  
Septya Maharani

Pemilihan karyawan baru dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting karena menentukan kualitas perusahaan tersebut di masa yang akan datang, dalam memilih karyawan baru diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menseleksi satu per satu pelamar yang telah mendaftar. Salah satu cara yang efektif dalam menseleksi karyawan adalah dengan cara menerapkan sistem penunjang keputusan sehingga dapat memutuskan dengan hasil yang tepat dalam menseleksi karyawan baru. Aplikasi ini menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), yaitu dengan melakukan pembobotan terhadap kriteria dan pelamar. Hasil penelitian berupa aplikasi sistem pemilihan karyawan baru  berbasis web yang memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan secara tepat dan diharapkan dapat mempermudah proses seleksi karyawan baru.


2016 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
I Nyoman Radiarta ◽  
Erlania Erlania ◽  
Joni Haryadi

Penerapan konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis blue economy (BE) merupakan langkah strategis dalam pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Konsepsi BE bertujuan untuk menciptakan suatu industri yang ramah lingkungan, sehingga bisa tercipta pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi terkini dan langkah-langkah strategis pengembangan perikanan budidaya berbasis BE di Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2014. Data dikumpulkan dari lima lokasi yaitu: Provinsi Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Sumbawa. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur yang disusun dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process. Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT) dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan perikanan budidaya yang berbasis BE. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penerapan BE di bidang perikanan budidaya masih harus diperkaya dengan kerangka kebijakan kelautan dan perikanan, termasuk didalamnya ketersediaan teknologi perikanan budidaya yang prospektif, peningkatan sumberdaya manusia, sosialisasi konsepsi BE, dan penerapan perikanan budidaya yang mampu mengakomodasi prinsip-prinsip BE. (Analysis of Aquaculture Development Based on Blue Economy Concept Using Analytical Hierarchy Process (AHP) Approach)The implementation of blue economy (BE) concept for development of marine and fisheries sectors is a strategic step for marine and fisheries programs. The aim of BE conception is to promote an environmental friendly industrial based, so it can create natural resources management and sustainable used. Purpose of this study was to evaluate the current conditions and strategic plans for aquaculture development based on BE concept in Indonesia. The study was carried out during March-October 2014. Data were collected from five locations: Lampung, East Java, Bali, West Nusa Tenggara, South Sulawesi, and Sumbawa Regency. Interviews using a structured questionnaire based on the analytical hierarchy process approach were used for gathering data and information. SWOT analysis was also conducted to analyse aspects that affect the development of BE based aquaculture. The results of this study indicated that the application of BE in the field of aquaculture remains to be enriched with marine and fisheries policy framework, including the availability of prospective aquaculture technology, improving human resources capability, socialization of BE conception, and implementation of aquaculture which could accommodate the principles of BE.


Author(s):  
Ilham Pramuja Nasution ◽  
Arjon Samuel Sitio

The budget allocation of a village fund is very important and take big effect to village progress Because the office to distribute the tax result for village development. But, that allocation is not accurately. Therefore there was design a system to support a decision a budget allocation of village funds by using an Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research done to the make-easy an office village in budgeting is the allocation of village funds. An method of Analytical Hierarchy Process (AHP) is one of a method known as important as the highest level. An AHP method is look for the best alternative


2014 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Ahmad Fatih Fudhla

Ahmad Fatih FudhlaSystems Modeling Laboratory, Industrial Engineering Department, STT YPMRaya Ngelom 86, Taman, Sepanjang, Sidoarjo 61257, East Java, IndonesiaEmail: [email protected] keputusan dalam memilih desain pengembangan komponen Gear Transmission box (GTB) pada Traktor Tangan dilakukan dengan banyak kriteria. Berdasarkan diskusi Focus group dan brainstorming yang dilakukan oleh tim pengembangan produk, teridentifikasi tujuh kriteria yakni; Ketahanan material terhadap korosi, Kemampuan desain untuk diproses di lantai produksi, kemampuan desain dalam menahan beban operasi maksimum traktor tangan, pengaruh terhadap proses produksi komponen lainnya, biaya manufaktur, massa desain GTB, dan waktu proses. Kriteria tersebut dikelompokkan ke dalam kategori positif dan negative. Positif adalah kriteria yang nilainya semakin besar semakin baik, sedangkan negatif semakin kecil semakin baik. Terdapat tiga alternatif desain, yakni Desain Awal, Desain 1 dan Desain 2. Pemilihan dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Evaluasi dilaksanakan terpisah untuk kedua kategori. Alternative terbaik adalah alternative yang memiliki nilai perbandingan terbesar antara nilai alternatif criteria positif dan negative.KataKunci: Analytical Hierarchy Process, Perbandingan Berpasangan, Perancangan dan Pengembangan Komponen ProdukABSTRACTDecision making on selection of hand tractor Gear Transmission Box (GTB) “Improvement Designs” is carried out according to many criteria. Based on the focus group and brainstorm performed by product-development teams, seven criteria are finally identified as follows; Material corrosion resistance, Manufacturability, The ability of the design to withstand the maximum load operation, influence on the other components process, manufacturing cost, mass of GTB design, and processing time. Those criteria are categorized into positive and negative characteristics. Positive criteria indicate that score which is the greater the better, by contrast, negative is the less the better. There are 3 alternatives namely Initial Design, Design 1 and Design 2. The selection is performed based on Analytic Hierarchy Process (AHP) Method. The evaluation is analyzed separately according to each category. The best alternative is the one which has the highest ratio between positive and negative criteria.Key Words: Analytical Hierarchy Process, Pair-wise Comparison, Component Design and Development


2017 ◽  
Vol 2017 ◽  
pp. 1-9 ◽  
Author(s):  
Mahmoudreza Keymanesh ◽  
Hasan Ziari ◽  
Samira Roudini ◽  
Ali Nasrollahtabar Ahangar

It is attempted to identify and prioritize the accident prone points (black spots) in “Iraanshahr-Sarbaaz-Chabahar” road located in Baluchistan, Iran, without no use of accident data but rather using Analytic Hierarchy Process (AHP), which is the enhanced procedure of road safety audit technique. First, by surveying the whole route, all factors that could influence accidents in this road were specified; then the route was divided into eight sections; this division was performed based on the uniformity and homogeny of each section in terms of geometric design and regional conditions. In each section, potentially hazardous locations were identified and some questionnaires were prepared, which were filled by 5 road traffic experts familiar with the route; then the collected data were analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP) using Expert Choice Software and the black spots were identified and prioritized. Finally, these black spots were compared with the black spots that had been obtained by traffic police based on accident data.


2015 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
Author(s):  
Adhy Purnama

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Metode AHP untuk memberikan solusi dalam pemilihan Pejabat Kopertis Wilayah III yang sebelumnya dilakukan secara konvensional atas faktor subyektif. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), wawancara, dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria kemampuan manajerial, kualitas kerja, pengetahuan dan skill, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama, motivasi, dan disiplin kerja diperoleh prioritas tertinggi sebagai calon pejabat Kopertis Wilayah III dengan skor 0.409


2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Adjie Alfarizky Akbar

Sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbasis komputer interaktif, yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Penilaian kinerja guru adalah proses analisis dalam rangka menghasilkan pengajar yang baik, dikhawatirkan akan adanya penilaian bersifat subjektif yang dapat menilmbulkan kecemburuan sosial bagi guru yang tidak mendapatkan nilai yang baik. Maka, dirancanglah sebuah sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). FAHP adalah penggabungan dari algoritma Fuzzy Logic dengan algoritma Analytic Hierarchy Process.


2013 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Daniel Walangare ◽  
Rosa Delima ◽  
Restyandito Restyandito

The problem addressed in this research is how to predict the winner of football match with various criteria. The problem will be solved using Analytic Hierarchy Process (AHP) method. The AHP method that implemented to solve the problems will run two analysis to get an alternative solution. The first AHP method is criteria analysis, in order to get priority vector value. In criteria analysis, to know the consistency of criteria value filling, CR < 10%. If known that criteria value filling not consistant, the process must be repeated until CR < 10%. Then continue with alternate analysis to get global priority vector value wich is AHP solution. The accuration of this system is close to 80% compare with the real condition.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 2229-2237

A seal manufacture factory located in Ipoh, Perak produces two types of seal available in the factory which are metal and plastic seals. Due to manual assembly, human operator tends to get fatigue for doing repetitive task in one long shift. When this occurs, minor error such as misplace or wrong orientation of jaw will occur. Moreover the jaw sometimes can be missing during transportation of work – in – progress to another process. The objective is to design a jig that have the ability to detect reverse and missing jaw so that the finish product which has the quality problem will be prevented from being shipped to customers. The jig must also have a flexibility to be used for other plastic seal product. For methodology, each and every stage was explained in detail. In result and discussion section, House of Quality (HOQ) was used to determine the highest criteria weightage. The important criteria which will be carried forward to Analytical Hierarchy Process (AHP) are 15.9% on flexibility and ease of maintenance, 15.4% on both ease of use and longevity of jig usage, lastly 15.2% for accuracy checking. The result obtain after AHP computation are Design 1 with 20.7%, Design 2 with 13.7%, Design 3 with 22%, Design 4 with 27.1% and Design 5 with 16.5%. Design 4 is selected due to the highest weightage after computation. Final selected design was justified according to characteristic needed in objective.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document