scholarly journals Pengaruh Media Tumbuh yang Berbeda terhadap Kandungan Air, Protein dan Lemak Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens)

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 149-157
Author(s):  
Maulana Maulana ◽  
Nurmeiliasari Nurmeiliasari ◽  
Yosi Fenita

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh media tumbuh yang berbeda terhadap kandungan air, protein dan lemak maggot BSF. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus – Oktober 2020 di Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu dan Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu. Desain penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan ulangan sebanyak 3 ulangan. Pada penelitian ini menggunakan berbagai media tumbuh yaitu Lumpur Sawit (M1), Ampas Tahu (M2), Ampas Kelapa (M3) dan Pelepah Sawit (M4). Analisis data dilakukan dengan analisis ragam, apabila analisis berpengaruh nyata (P<0,05) maka dilakukan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa media tumbuh berbeda mempengaruhi kandungan air (P<0,05), tidak berpengaruh nyata (P>0,05) pada parameter kandungan lemak kasar dan signifikan mempengaruhi kandungan protein kasar (P<0,01) dan berat segar maggot BSF yang dihasilkan.  Media yang menghasilkan kadar air Maggot BSF yang terendah yaitu ampas tahu (77,14 ± 0,53%); media tumbuh yang terbaik menghasilkan kadar protein maggot tertinggi adalah media tumbuh ampas kelapa (37,71 ± 0,54%) dan media tumbuh yang terbaik menghasilkan berat segar maggot tertinggi adalah media tumbuh ampas tahu (380.67 ± 43,11g). Berbagai media tumbuh maggot menyebabkan perubahan pada komposisi gizi maggot. 

Author(s):  
Eka Indah Raharjo ◽  
Rachimi . ◽  
Abah Muhamad

ABSTRAK Maggot  merupakan  larva  dari  serangga  Black  soldier  fly  (Hermetia  illucens),  memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi berkisar antara 30-45%, mengandung asam lemak esensial (linoleat dan linolenat) dan 10 macam asam amino esensial, Kelebihan lain maggot black soldier fly  ini dibandingkan dengan serangga yang umumnya adalah dari segi kebersihan  lalat  ini  tidak seperti  lalat rumah dan pakan utama black soldier fly adalah sari bunga. Kelebihan dari maggot black  soldier  fly  adalah  memiliki  kandungan  anti  mikroba  dan  anti  jamur,  sehingga  tidak membawa  agen  penyakit. Maggot  dapat  digunakan  sebagai  bahan  substitusi  tepung  ikan  dan dapat  diberikan  dalam  bentuk  segar  pada  ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi media ampas kelapa sawit dan dedak padi yang tepat terhadap produksi maggot. Sedangkan untuk manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase ampas kelapa sawit dan dedak padi terbaik terhadap jumlah produksi maggot. Serta sebagai sumber informasi untuk para petani ikan dalam melakukan usaha budidaya maggot.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut : Perlakuan A : ampas sawit 50% dedak padi 50%, Perlakuan B: ampas kelapa sawit 25% dedak padi 75%, Perlakuan C : ampas kelapa sawit 75% dedak padi 25%, Perlakuan D : ampas kelapa sawit 85% dedak padi 15%. Hasil penelitian kombinasi media ampas kelapa sawit dan dedak padi berdasarakan hasil Analisis Varian (ANAVA) menunjukan bahwa kombinasi media pada perlakuan A 50 % amapas kelapa sawit dan 50 % dedak padi menghasilkan rata-rata produksi maggot terbaik yaitu 262,67 gram, sedangkan hasil uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan multipel range test menunjukan adanya perbedaan yang nyata terhadap berat produksi maggot antar kombinasi yang digunakan dalam penelitian. Kandungan nutrisi maggot tebaik terdapat pada perlakuan B dengan protein kasar 50,03%, air 76,44%, abu 8,61 %, lemak kasar 20,57 % dan serat kasar 8,45 %. Kata Kunci : maggot, ampas kelapa sawit, dedak padi, produksi


2018 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 84-87 ◽  
Author(s):  
A.S. Khayrova ◽  
◽  
S.A. Lopatin ◽  
O.A. Sinitsyna ◽  
A.P. Sinitsyn ◽  
...  

2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120-128
Author(s):  
Evan Yonda Pratama ◽  
Riski Hasputri ◽  
Rudi Tejo Setiyono

Jagung merupakan salah satu sumber komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah penggunaan varietas unggul baru, pemupukan dan pengaturan populasi tanam. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki daya hasil yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan calon varietas jagung hibrida yang memiliki hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT Mulya Agro Sarana, Desa Wonokerto, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada April sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi 4 calon varietas jagung hibrida MASB1, MASB2, MASB3, MASB4, dan satu varietas jagung hibrida sebagai standar yaitu varietas Bima 20 Uri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida yang prospektif dikembangkan lebih lanjut yaitu MASB3 dan MASB4, hal ini terlihat pada bobot 1000 butir dan produktivitas ton/ha. Data produktivitas adalah MASB3 sebesar 12.16 ton/ha dan MASB4 sebesar 14.18 ton/ha.


Author(s):  
Sukarman Hadi Jaya Putra ◽  
Maria Stefina Asriyani

Cabai merah besar memiliki nilai ekonomi tinggi, namun cabai merah besar termasuk dalam jenis buah yang mudah rusak. Perlakuanpascapanen yang tepat dibutuhkan, salah satunya melalui proses pengeringan yang sering digunakan secara mekanis dengan waktu pengeringan dan suhu yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berapa lama pengeringan dengan suhu yang berbeda melalui perubahan karakteristik cabai merah besar (Capsicum annum L.). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Temperatur pengeringan yang digunakan adalah S1 (50 °C), S2 (55 °C), S3 (60 °C) dan S4 (65 °C). Waktu pengeringan yang digunakan L1 (20 jam), L2 (23 jam), dan L3 (26 jam). Pengamatan parametrik terdiri dari warna, tekstur, dan rasa. Analisis data yang digunakan adalah analisis varians (ANOVA) 95% (α=0,95) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)5%. Observasi digunakan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan suhu yang berbeda berpengaruh terhadap perubahan warna dan rasa cabai merah besar.


Author(s):  
Laili Munawaroh ◽  
Ummu Kalsum ◽  
Purwanti Budi Laksono ◽  
Irwan Siallagan

Tanaman yang ternaungi mengakibatkan ketersediaan cahaya menjadi berkurang terutama pada intensitas cahaya. Perbedaan karakteristik tanaman yang diatur oleh gennya menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi ternaungi menjadi berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati respon tanaman kedelai varietas Ceneng pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang berbeda. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu naungan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan naungan ± 59% menggunakan pohon pada 0 minggu setelah tanam (MST), naungan paranet pada 8 MST dan tanpa naungan sebagai kontrol. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, waktu berbunga, jumlah bunga, jumlah polong total, jumlah polong hampa dan polong isi, kandungan klorofil serta gula pada daun. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of varians (anova) dengan taraf α = 5%. Hasil uji anova yang signifikan berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan pada tanaman kedelai varietas Ceneng meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan karotenoid daun, namun kadar antosianin menjadi menurun. Perlakuan naungan 59% dan 8 MST memberikan rata-rata kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Perlakuan naungan pada kedelai varietas Ceneng yang cocok adalah naungan 8 MST.


2021 ◽  
Vol 13 (15) ◽  
pp. 8345
Author(s):  
Kieran Magee ◽  
Joe Halstead ◽  
Richard Small ◽  
Iain Young

One third of food produced globally is wasted. Disposal of this waste is costly and is an example of poor resource management in the face of elevated environmental concerns and increasing food demand. Providing this waste as feedstock for black soldier fly (Hermetia illucens) larvae (BSFL) has the potential for bio-conversion and valorisation by production of useful feed materials and fertilisers. We raised BSFL under optimal conditions (28 °C and 70% relative humidity) on seven UK pre-consumer food waste-stream materials: fish trimmings, sugar-beet pulp, bakery waste, fruit and vegetable waste, cheese waste, fish feed waste and brewer’s grains and yeast. The nutritional quality of the resulting BSFL meals and frass fertiliser were then analysed. In all cases, the volume of waste was reduced (37–79%) and meals containing high quality protein and lipid sources (44.1 ± 4.57% and 35.4 ± 4.12%, respectively) and frass with an NPK of 4.9-2.6-1.7 were produced. This shows the potential value of BSFL as a bio-convertor for the effective management of food waste.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document